Idap Gagal Ginjal Kronis, Perlukah Transplantasi Ginjal?
Halodoc, Jakarta - Ginjal adalah sepasang organ berbentuk seperti kacang yang berada di bawah tulang rusuk sebelah kiri dan kanan tulang belakang. Kedua organ ini berperan penting sebagai filter canggih pada tubuh. Ginjal memproses sekitar 200 liter darah setiap harinya dan menyaring sekitar 2 liter limbah yang akhirnya dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urine.
Pada dasarnya, ginjal memiliki beberapa fungsi utama, yaitu:
-
Filtrasi darah untuk menghilangkan produk limbah, membuang limbah dari tubuh sebagai urine, dan mengembalikan air serta bahan kimia pada tubuh sesuai dengan kebutuhannya.
-
Pengaturan tekanan darah dengan melepaskan beberapa hormon.
-
Stimulasi produksi sel darah merah dengan melepaskan hormon eritropoietin.
Gagal ginjal kronis berarti terjadi kerusakan pada ginjal sehingga tidak mampu menyaring darah seperti seharusnya. Kerusakan ini mengakibatkan menumpuknya limbah di tubuh. Gangguan kesehatan ini sering kali merupakan penyakit progresif atau bisa memburuk seiring waktu. Komplikasi serius dari penyakit ini adalah gagal ginjal. Jika terjadi, dapat diperlukan dialisis atau bahkan transplantasi ginjal.
Baca juga: Gagal Ginjal Kronis Menurunkan Gairah Seks, Benarkah?
Diabetes dan tekanan darah tinggi adalah penyebab utama penyakit ginjal kronis dan gagal ginjal. Namun, bisa juga terjadi karena cedera fisik pada ginjal atau karena gangguan kesehatan lainnya. Ketika ginjal mengalami kerusakan, maka proses pembuangan limbah dan penyaringan menjadi terganggu.
Pada tahap awal, gagal ginjal kronis sering kali tidak menimbulkan gejala. Perkembangan penyakit ini pun sangat lambat, sehingga banyak orang tidak menyadari jika telah terserang gangguan kesehatan ini sampai pada tahap lanjut dan memerlukan pertolongan dialisis segera. Penyakit ginjal ini juga disinyalir terjadi secara genetik alias diturunkan.
Perlukah Dilakukan Transplantasi Ginjal?
Komplikasi paling serius dari gagal ginjal kronis adalah gagal ginjal tahap akhir. Ketika seseorang berada dalam tahapan ini , diperlukan dialisis atau transplantasi ginjal. Kondisi ini sering terjadi karena dampak dari diabetes melitus, tekanan darah tinggi, glomerulonefritis, penyakit ginjal polikistik, dan masalah anatomi saluran kemih yang parah.
Baca juga: Tanpa Cuci Darah, Apakah Gagal Ginjal Kronis Bisa Diobati?
Kondisi ini mengharuskan pengidap melakukan dialisis. Proses ini sendiri terbagi menjadi 2 (dua), yaitu hemodialisis berupa proses mekanis membersihkan darah dari segala zat limbah yang sudah tidak lagi diperlukan. Berikutnya adalah dialisis peritoneal, ketika produk limbah dihilangkan dengan menggunakan larutan kimia melalui rongga perut.
Transplantasi ginjal dilakukan ketika dialisis tidak mampu menyembuhkan gagal ginjal kronis yang telah memasuki tahapan akhir. Proses pengobatan ini menawarkan masa hidup yang lebih panjang dan menjanjikan, karena ginjal yang rusak diganti sepenuhnya dengan ginjal sehat dari pendonor.
Meski begitu, proses ini membuat pengidap bergantung pada obat-obatan untuk menjaga agar ginjal batu tetap sehat. Sayangnya, beberapa obat memiliki efek samping yang cukup parah.
Baca juga: Perlu Diperhatikan, Lupus Bisa Sebabkan Gagal Ginjal
Beberapa pengidap gagal ginjal kronis dan gagal ginjal akut mulai mempertimbangkan proses transplantasi ginjal setelah menjalani proses dialisis, beberapa lainnya langsung memilih transplantasi bahkan sebelum memikirkan untuk menjalani dialisis terlebih dahulu. Transplantasi tidak dianjurkan untuk pasien yang melakukan dialisis dengan kondisi medis yang parah, seperti kanker atau infeksi aktif.
Jadi, kapan saja kamu mengalami gejala aneh, jangan ragu untuk menanyakan langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc di ponsel kamu. Semoga bermanfaat!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan