Emosi Labil, Tanda Gangguan Kepribadian Ambang?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   03 Oktober 2019
Emosi Labil, Tanda Gangguan Kepribadian Ambang?Emosi Labil, Tanda Gangguan Kepribadian Ambang?

Halodoc, Jakarta - Memasuki masa remaja, tidak heran jika sering terjadi emosi labil atau suasana hati yang berubah-ubah. Jika kondisi ini bertahan sampai dewasa, kamu perlu waspada karena bisa saja mengalami gangguan kepribadian ambang atau BDP. Tanda khas dari kelainan kepribadian ini adalah cara pandang, cara berpikir, dan perasaan yang cenderung berbeda dengan orang lain. 

Biasanya, pengidap BDP mengalami masalah dalam menjalani aktivitas sehari-hari, termasuk menjalin hubungan dengan keluarga ataupun orang lain. Masa remaja dan awal dewasa rentan mengalaminya, dan bertahan sampai seseorang beranjak dewasa. Remaja yang erat dengan pubertas lazim mengalami perubahan suasana hati seperti ini. 

Emosi Labil Menjadi Tanda dari Gangguan Kepribadian Ambang

Lalu, benarkan emosi yang tidak stabil alias emosi labil menjadi tanda utama dari gangguan kepribadian ambang? Ya, ternyata benar, dan kondisi ini terjadi dalam kurun waktu beberapa jam. Pengidap merasa hampa, kosong, dan sulit mengontrol emosi atau amarahnya. 

Baca juga: Harus Tahu, 10 Fakta Mengenai BDP Borderline Personality Disorder

Selain itu, mereka yang memiliki kelainan kepribadian ini mengalami gangguan pola pikir dan persepsi. Mereka akan merasa seakan dirinya tidak pernah baik. Tidak jarang muncul perasaan takut diabaikan, sehingga pengidap melakukan tindakan-tindakan yang terbilang nekat atau ekstrem. Jika menjalin hubungan, pengidap gangguan kepribadian ambang menjalani hubungan yang terbilang intens, tetapi tetap jauh dari kata stabil. 

Pada beberapa kasus, pengidap BPD juga berperilaku impulsif. Perilaku ini cenderung membahayakan dirinya sendiri, melakukan tindakan yang tidak bertanggung jawab, dan cenderung ceroboh. Seperti misalnya melukai dirinya sendiri, mencoba melakukan upaya bunuh diri, melakukan tindakan hubungan intim di luar nikah, kelainan makan atau penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol. 

Baca juga: 4 Faktor Risiko pada Remaja yang Bisa Terkena Borderline personality Disorder

Namun, tidak semua pengidap BDP mengalami gejala yang sama. Masing-masing akan mengalami gejala yang berbeda dan tidak semuanya mengalami emosi labil. Begitu pula dengan tingkat keparahan, frekuensi terjadinya gejala, dan durasi gejalanya juga beragam. 

Penyebab dan Komplikasi Gangguan Kepribadian Ambang

Sebenarnya, apa penyebab seseorang mengalami gangguan kepribadian ambang? Ada banyak, termasuk faktor lingkungan, seperti pengalaman tidak menyenangkan atau perlakuan yang tidak menyenangkan. Bisa juga faktor genetik, terjadinya kelainan pada otak, terutama pada area yang mengatur emosi dan impuls. Ada anggapan juga bahwa BPD yang dialami seseorang berasal dari ciri kepribadian tertentu. 

Pengidap BPD harus mendapatkan penanganan. Jik tidak, banyak sekali komplikasi yang mungkin terjadi, seperti depresi, penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, gangguan makan, gangguan kepribadian bipolar, gangguan kecemasan berlebihan, ADHD, dan PTSD. Di lingkungan sosial, pengidap terancam kehilangan pekerjaan, retaknya hubungan dengan rekan atau pasangan, hingga risiko kematian yang tinggi akibat bunuh diri. 

Baca juga: Mengidap BDP Borderline Personality Disorder, Atasi dengan Terapi Ini

Jadi, selalu waspada dengan orang-orang yang mengidap BDP di sekitarmu. Kamu bisa memberikan bantuan dengan menyarankannya bercerita langsung pada dokter ahli kejiwaan, seperti melalui fitur Tanya Dokter di aplikasi Halodoc kalau dia tidak mau bertatap muka. Kalau ia ingin langsung bercerita, bisa dengan membuat janji dengan dokter pilihan di rumah sakit mana saja yang paling dekat. 

Referensi: 
NIH. Diakses pada 2019. Borderline Personality Disorder.
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Borderline Personality Disorder.
NHS. Diakses pada 2019. Borderline Personality Disorder.