Disebut Silent Killer, Seberapa Bahaya Gagal Jantung Kongestif?
Halodoc, Jakarta - Gagal jantung bukan berarti jantung berhenti bekerja. Kondisi tersebut menandakan jantung bekerja kurang efisien dibandingkan dengan pada keadaan normal. Disebabkan karena berbagai hal, darah bergerak melalui jantung dan tubuh pada tingkat yang lebih lambat, sehingga tekanan pada jantung mengalami peningkatan.
Akibatnya, jantung tidak dapat memompa cukup oksigen dan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ruang-ruang jantung memberikan respons dengan meregangkan untuk menampung lebih banyak darah untuk bisa dipompa ke seluruh tubuh, atau dengan cara menebal. Kondisi ini memungkinkan aliran darah tetap normal, tetapi dinding otot jantung pada akhirnya akan melemah dan tidak dapat memompa darah dengan normal.
Di sisi lain, ginjal memberikan respons dengan menyebabkan tubuh menahan cairan dan garam. Jika cairan menumpuk di lengan, kaki, pergelangan kaki, dan paru, akan terjadi penyumbatan. Inilah kondisi terjadinya gagal jantung kongestif.
Pada dasarnya, gagal jantung kongestif dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
-
Disfungsi distolik, atau gagal jantung sistolik terjadi ketika otot jantung tidak berkontraksi dengan kekuatan yang cukup, sehingga darah bersih yang dipompa ke seluruh tubuh menjadi lebih sedikit.
-
Disfungsi diastolik, atau gagal jantung diastolik terjadi ketika jantung berkontraksi secara normal, tetapi ventrikel mengalami kekakuan, sehingga hanya ada sedikit darah yang masuk ke jantung.
Baca juga: Apa Itu Gagal Jantung Kongestif?
Seberapa Berbahaya Gagal Jantung Kongestif?
Jika kamu mengalami gagal jantung, segeralah periksakan ke dokter. Pasalnya, gangguan jantung ini menimbulkan komplikasi serius jika terlambat ditangani, seperti:
-
Gagal ginjal atau rusaknya ginjal. Gagal jantung mengurangi aliran darah pada ginjal, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya kerusakan ginjal jika tidak segera ditangani. Jika terjadi demikian, perawatan lanjutan berupa cuci darah mungkin dibutuhkan.
-
Masalah pada katup jantung. Katup jantung yang berfungsi membuat darah mengalir pada tempat yang tepat juga tidak bisa berfungsi dengan baik jika jantung mengalami pembesaran atau jika terjadi tekanan yang sangat tinggi pada jantung.
-
Aritmia. Selain itu, turut terjadi masalah pada denyut jantung yang menjadi komplikasi paling potensial dari gagal jantung kongestif.
-
Kerusakan hati. Gagal jantung juga membuat cairan menumpuk, sehingga terjadi tekanan tinggi pada organ hati. Cadangan cairan ini menyebabkan munculnya jaringan parut, yang membuat organ hati semakin sulit untuk berfungsi dengan baik.
Baca juga: 5 Tanda dan Gejala Gagal Jantung Kongestif
Bagaimana Mencegah Kerusakan pada Jantung?
Lalu, apa saja tindakan pencegahan yang bisa dilakukan untuk mencegah kerusakan jantung lebih jantung?
-
Berhenti merokok, karena rokok semakin membuat gagal jantung kongestif semakin parah.
-
Hindari konsumsi alkohol.
-
Rutin berolahraga dan jaga berat badan tetap seimbang agar terhindar dari obesitas.
-
Selalu periksakan kolesterol, tekanan darah, dan kadar gula darah.
Baca juga: Ini Faktor Risiko Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif biasanya tidak mudah terdeteksi, sampai kamu mengalami gejala yang menandakan bahwa penyakit ini telah semakin akut. Jadi, cari tahu gejalanya sedini mungkin, supaya kamu bisa segera mendapatkan penanganan. Kamu bisa bertanya pada dokter lebih lanjut mengenai penyakit ini. Tentu dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Bagaimana caranya? Tentu saja dengan download aplikasi Halodoc!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan