Cerdaskan Anak dengan Makan Telur Asin, Benarkah?
Halodoc, Jakarta – Pada masa tumbuh kembangnya, anak membutuhkan asupan gizi, vitamin, dan mineral yang cukup untuk mendukung perkembangannya. Telur bebek memiliki kandungan gizi yang tinggi ketimbang telur ayam, sehingga baik untuk pertumbuhan anak.
Lantas bagaimana ketika telur bebek sudah diproses menjadi telur asin, apakah masih memiliki manfaat yang sama? Proses penggaraman disinyalir bisa mengganggu sistem pencernaan anak, terutama buat SI Kecil di rentang usia 1–3 tahun. Kalau ingin mengonsumsi telur asin, ada baiknya telur dibagi dua, separuh dimakan siang, dan separuhnya lagi dimakan malam.
Ada Aturannya
Menurut Dr Kalpana Bhaskaran, manajer dari Nutrition Research and Head of Glycemic Index Research Unit di Temasek Polytechnic’s School of Applied Science, konsumsi satu kuning telur asin berkontribusi terhadap 187 miligram kolesterol.
Ini melebihi setengah batas konsumsi yang direkomendasikan, yaitu 300 miligram per hari. Sedangkan kandungan natrium pada telur asin adalah 680 miligram. Batas maksimum konsumsi natrium per hari adalah 2000 miligram. Ini sudah sepertiga dari asupan yang direkomendasikan.
Baca juga: Anak Lebih Baik Makan Manis atau Asin?
Ini baru mengonsumsi satu telur asin, padahal dalam asupan sehari-hari ada beberapa jenis makanan lain yang dimakan. Proses penggaraman pada telur asin juga dapat meningkatkan tekanan darah, dan beberapa efek samping lain, seperti masalah lambung dan ginjal. Karena itu, makanan seperti telur asin direkomendasikan untuk dimakan dalam jumlah sedang.
Anak-Anak Membutuhkan Lebih Sedikit Garam
Garam dalam makanan sangat penting untuk kesehatan, tetapi perlu diketahui kalau jumlah yang dibutuhkan sangat kecil. Orang dewasa hanya membutuhkan sekitar 1 gram per hari, sedangkan anak-anak bisa lebih sedikit lagi.
Roti, sereal sarapan, sup, dan keju adalah sumber garam yang signifikan dan biasa ada dalam menu makanan Si Kecil. Namun, makanan ini juga menyediakan nutrisi penting, sehingga tidak boleh sepenuhnya ditinggalkan, kecuali anak sedang menjalani diet tertentu.
Daging olahan, makanan ringan, dan snacks seringkali sarat dengan garam dan menawarkan nilai gizi yang jauh lebih sedikit. Inilah yang perlu dikurangi sehingga anak mengonsumsinya tidak berlebihan. Beberapa jenis makanan tersebut adalah:
- Sarapan sereal.
- Makanan ringan, seperti kerupuk/biskuit, keripik, dan kacang asin.
- Saus botolan.
- Makanan ringan gurih.
- Keju olahan.
- Sosis.
- Mie instan.
- Chicken nugget.
- Popcorn.
- Makanan cepat saji.
Sama hal seperti telur asin, orang tua perlu mengawasi jenis makanan lain yang mengandung garam, sehingga anak tidak berlebihan mengonsumsinya. Berikut ini tips yang bisa dilakukan orang tua:
Baca juga: 5 Kebiasaan Salah saat Makan Buah
- Siapkan makanan menggunakan makanan segar, yang tidak diolah seperti buah dan sayuran, daging segar, ikan, dan unggas.
- Pilih jenis makanan rendah garam. Jika memungkinkan, pilih makanan yang mengandung kurang dari 120 miligram natrium per 100 gramnya dan hindari makanan yang mengandung lebih dari 600 miligram natrium per 100 gram.
- Kurangi asupan makanan ringan kemasan dan batasi menjadi seminggu sekali atau pada acara-acara khusus saja. Pilih camilan, seperti buah segar, yogurt rendah lemak dan custard, kacang tawar atau popcorn, atau sayuran dengan saus buatan rumah sebagai gantinya.
- Hindari menambahkan garam ke masakan. Gunakan jus lemon, bawang putih, cuka, bumbu dan rempah-rempah untuk membumbui makanan.
- Kurangi konsumsi makanan siap saji dan makanan cepat saji karena umumnya mengandung banyak garam.
Masih kurang yakin apakah anak boleh mengonsumsi telur asin dan bagaimana batasannya, tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untuk orang tua. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor orang tua bisa kapan dan di mana saja memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.