Bolehkah Lansia Melakukan Diet?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   11 Oktober 2018
Bolehkah Lansia Melakukan Diet?Bolehkah Lansia Melakukan Diet?

Halodoc, Jakarta - Semua orang pasti ingin memiliki tubuh yang ideal. Begitu pun dengan seorang lansia yang ingin tetap menjaga kebugarannya agar tetap sehat. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan diet untuk menurunkan berat badan. Namun, apakah seorang lansia diperbolehkan untuk menjalani diet?

Tentu saja lansia diperbolehkan untuk diet, terutama diet memang memiliki dampak baik untuk kesehatan. Walaupun umumnya, lansia menjalani diet ketika telah terdiagnosis mengidap sebuah penyakit. Penyakit-penyakit kardiovaskuler seperti stroke, jantung, dan ginjal, mengharuskan pengidapnya untuk diet agar menjaga berat badan. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk memantau lingkar perut yang dapat memicu metabolik.

Tidak sedikit juga lansia yang melakukan diet untuk menurunkan berat badan agar dapat mengurangi risiko terkena penyakit. Program diet yang banyak orang lakukan terbilang ekstrem jika dilakukan oleh lansia. Jika lansia melakukan diet tersebut, berat badan akan turun drastis dan mengurangi massa ototnya. Selain itu, diet tersebut juga dapat membuat lansia mengalami kekurangan gizi tertentu, yang dapat berisiko untuk kesehatan.

Tipe Makanan

Untuk seorang lansia, sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dengan protein tinggi. Makanan-makanan yang mengandung protein tinggi adalah ikan dan daging. Sebaiknya, cara pengolahannya adalah dengan direbus atau dikukus.

Makanan yang direbus dan dikukus baik untuk kesehatan tubuh. Pasalnya, cara masak tersebut dapat memecah protein kompleks menjadi sederhana. Di samping itu, makanan yang direbus dan dikukus mempermudah sistem pencernaan lansia untuk mencerna makanan.

Untuk karbohidrat, sebaiknya seorang lansia memenuhi pasokan karbohidrat sebesar 45-60 persen dari total energi. Jangan lupa juga untuk mengonsumsi karbohidrat kompleks yang baik untuk kesehatan.

Makanan-makanan yang mengandung gula atau pemanis buatan dan minuman bersoda sebaiknya juga dihindari. Utamakan makanan dengan indeks glikemik rendah, seperti beras merah, gandum, dan roti putih. Hal ini dilakukan untuk menjaga kadar glukosa pada tubuh.

Selain itu, konsumsi lemak untuk lansia yang direkomendasikan sekitar 25 persen dari total kebutuhan energi. Sedangkan konsumsi lemak jenuh tidak lebih dari 10 persen, serta total kolesterol harus kurang dari 200 miligram per hari.

Lemak juga dibutuhkan oleh para lansia untuk memberikan energi jangka panjang, membantu aktivasi hormon-hormon, menjaga suhu tubuh, melindungi sel-sel tubuh, dan mengangkut vitamin ke seluruh tubuh.

Sumber lemak jenuh yang perlu dihindari adalah makanan bersantan, susu tinggi lemak, daging babi, dan minyak kelapa. Sedangkan, sumber kolesterol terdapat pada makanan seperti jeroan, telur, mentega, otak dan sebagainya.

Diet Sekaligus Sebagai Pengobatan

Diet bukan hanya untuk menurunkan berat badan, tetapi juga untuk mencegah penyakit yang dapat menyerang tubuh dan mengobati penyakit yang telah ada. Karena tidak tertutup kemungkinan, sejalan dengan usia, tubuh akan lebih rentan terhadap penyakit. Di sini lah diet dapat berperan memberi kesehatan pada lansia.

Misalnya, ketika seorang lansia dikatakan mengidap diabetes, maka ia harus mengontrol pola makan dengan mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi serta rendah kalori, gula, dan lemak jenuh. Hal yang terpenting adalah, diet mempunyai tujuan untuk menyesuaikan pola makan dengan penyakit yang ada.

Ketika seorang lansia mengidap sebuah penyakit, selain diharuskan rutin meminum obat, juga pastikan ia tahu jenis makanan dan minuman yang diperbolehkan dan dilarang untuk dikonsumsi. Hal tersebut dimaksudkan agar tetap menerapkan diet dengan makanan yang sehat dan seimbang.

Intinya, lansia diperbolehkan untuk melakukan diet asalkan tetap memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Jika kamu mempunyai pertanyaan seputar diet untuk lansia, kamu dapat menyampaikannya pada dokter-dokter dari Halodoc. Caranya hanya dengan download dari aplikasi Halodoc di Apps Store atau Play Store.

Baca juga: