Jenis Pola Asuh Anak yang Perlu Dipertimbangkan Orangtua
“Sebagai orang tua, sudah seharusnya memilih pola asuh yang tepat. Hal yang perlu dipertimbangkan bahwa pola asuh apapun akan berpengaruh pada karakter anak.”
Halodoc, Jakarta – Setiap orang tua punya hak dalam memutuskan pola asuh untuk buah hatinya. Pola asuh anak yang permisif, otoriter, uninvolved parenting, dan authoritative adalah jenis pola asuh yang orang tua pilih untuk mendidik dan membesarkan Si Kecil. Pola asuh ini memengaruhi kepribadian dan karakter anak di masa mendatang.
Setiap jenis pola asuh memiliki pendekatan yang berbeda untuk membesarkan anak. Selain itu, masing-masingnya juga memiliki pro dan kontra yang berbeda dan dapat diidentifikasi dengan sejumlah karakteristik yang berbeda. Sebagai orang tua, sudah sewajarnya untuk mengetahui jenis pola asuh anak yang terbaik demi mendukung perkembangan psikis anak.
Jenis Pola Asuh Anak yang Bisa Orang Tua Pertimbangkan
Pastikan orang tua mempertimbangkan dengan baik saat memilih jenis pola asuh anak. Kalau ayah dan ibu masih belum tahu pola asuh yang tepat untuk diterapkan kepada Si Kecil, ketahui beberapa jenis pola asuh anak berikut ini:
1 . Pola asuh permisif
Pola asuh permisif bisa ibu dan ayah lakukan dengan memberikan kebebasan pada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya. Pola asuh ini memang tidak memberikan batasan yang tegas pada anak.
Biasanya orang tua akan mengikuti semua keinginan anak, sehingga anak cenderung bersifat egois, impulsif, sulit diatur, dan kurang punya rasa empati.
Orang tua dengan pola asuh permisif umumnya jarang mengontrol perilaku anak. Ketika anak melakukan kesalahan, orang tua mungkin jarang atau tidak pernah memberikan hukuman.
Sayangnya, ada beberapa dampak pola asuh permisif pada karakter anak, seperti:
- Suka memberontak.
- Prestasinya rendah.
- Kerap mendominasi.
- Kurang memiliki rasa kepercayaan diri.
- Kadang sulit mengendalikan diri.
- Tidak jelas arah hidupnya.
Meskipun jenis pola asuh ini jarang menjadi rekomendasikan oleh banyak ahli, pola asuh ini tidak selalu negatif. Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif biasanya memiliki anak dengan keterampilan sosial yang baik dan punya banyak akal daripada anak yang dengan pola asuh otoriter.
2. Pola asuh otoriter
Orang tua yang otoriter rata-rata lahir dari pola asuh serupa yang diterima mereka saat kecil. Pola asuh ini tidak memberikan ruang diskusi pada anak sama sekali. Sederhananya, peraturan ada untuk mengontrol anak.
Orang tua yang menerapkan pola asuh ini kerap terbilang keras dengan alasan mendidik. Mereka cenderung memberikan kontrol yang sangat kuat pada perilaku anak. Singkatnya, anak harus patuh, dan jika melanggar, maka konsekuensinya adalah hukuman, bahkan hukuman fisik.
Hukuman fisik bisa menimbulkan dampak negatif untuk fisik dan mental anak. Pola asuh ini dapat memengaruhi mental anak, sehingga ia berisiko berperilaku agresif, tidak percaya diri, dan pemalu. Perilaku agresif anak biasanya terbentuk dari kemarahan atau perasaan negatif yang sudah lama terpendam.
Pola asuh otoriter memang sah-sah saja untuk orang tua terapkan. Pola asuh anak jenis ini mungkin tepat diterapkan pada anak yang memiliki masalah perilaku. Misalnya, berkaitan dengan aturan jam malam.
Nah, di luar masalah jam malam, orang tua bisa menerapkan pola asuh lain yang dinilai baik. Intinya, pola asuh bisa saling ibu kombinasikan untuk disesuaikan dengan perilaku anak.
Nah, ada beberapa dampak pola asuh otoriter, yaitu:
- Tidak mempunyai kekuatan memilih.
- Anak sulit mengambil keputusan sendiri.
- Takut salah.
- Tidak mempunyai kekuatan untuk mengatakan tidak.
- Anak jadi takut mengemukakan pendapat.
- Kurangnya motivasi internal.
3. Pola asuh authoritative
Pola asuh authoritative adalah jenis pola asuh yang banyak disarankan ahli. Pola asuh ini memberikan batasan perilaku yang jelas dan konsisten kepada anak.
Selain itu, pola asuh authoritative juga tidak menggunakan kekerasan dalam mengasuh anak. Orang tua yang authoritative umumnya sering mengajak anak untuk mendiskusikan banyak hal, termasuk aturan-aturan yang harus anak patuhi.
Bedanya dengan pola asuh permisif dan otoriter, orang tua dengan pola asuh ini tif tidak membebaskan dan menerima begitu saja perilaku anak, tapi juga tidak memberikan kontrol yang berlebihan. Menariknya, orang tua memberi anak kesempatan untuk mencoba dan bertanggung jawab pada pilihannya.
Nah, berikut dampak pola asuh authoritative pada anak:
- Memiliki keterampilan sosial yang baik.
- Terampil menyelesaikan permasalahan.
- Mudah bekerjasama dengan orang lain-lain.
- Lebih percaya diri.
- Tampak lebih kreatif.
4. Uninvolved parenting
Jenis pola asuh ini sebenarnya mirip dengan permisif tapi tanpa pengasuhan. Pada gaya pengasuhan ini, orang tua benar-benar lepas tangan. Ibaratnya, apa yang anak lakukan orang tua tidak peduli.
Meskipun orang tua yang penyayang melakukan gaya pengasuhan ini saat mereka lelah, tapi tidak ada ahli yang menyarankan untuk sering melakukan pendekatan ini.
Selain itu, anak yang besar tanapa keterlibatan orang tua biasanya lebih rentan terhadap kecemasan dan depresi. Beberapa contoh uninvolved parenting yang kerap orang tua lakukan, yaitu:
- Orang tua tidak bertanya pada anak tentang sekolah atau pekerjaan rumah.
- Ibu dan ayah jarang mengetahui di mana anak berada dan dengan siapa.
- Orang tua tidak menghabiskan banyak waktu dengan anak.
Akibatnya, anak mungkin tidak menerima bimbingan, pengasuhan, dan perhatian dari orang tua. Orang tua juga harus memahami bahwa, Pola Asuh Anak Berpengaruh pada Perkembangan Karakternya.
Sikap yang Orang Tua Wajib Hindari
Selain mempelajari gaya pengasuhan anak, orang tua juga perlu mengetahui sikap yang harus mereka hindari. Berikut ini beberapa sikap yang orang tua harus hindari:
1 . Memarahi anak untuk mendisiplinkannya
Tantangan menjadi orang tua salah satunya harus memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, tentu ini bukanlah hal yang mudah. Namun bukannya tidak boleh marah, sebab marah merupakan emosi normal yang bisa dirasakan oleh setiap manusia, termasuk orang tua.
Untuk menghindari kemarahan, sebaiknya ayah dan ibu menyelesaikan kemarahan terlebih dulu sebelum berinteraksi dengan anak. Sebab, saat marah ayah dan ibu tidak akan mampu berkomunikasi dengan baik.
Meskipun anak mungkin menurut, tapi itu hanya sejenak, dan bukan berarti ia mengakui kesalahan. Anak menurut hanya karena takut atau agar ayah dan ibu berhenti membentaknya.
2 . Memberi hukuman fisik
Apapun alasan dan kesalahan anak, jangan pernah memberikan hukuman fisik pada anak, seperti memukul, menjewer, mencubit, atau mendorong ana. Lagi pula, cara ini tidak akan efektif.
Memberi hukuman fisik justru mengajarkan Si Kecil bahwa kekuatan fisik adalah cara untuk menghadapi konflik.
3 . Tidak konsisten pada anak
Orang tua sebaiknya menghindari sikap konsisten pada anak, termasuk saat mendisiplinkannya. Ada kalanya orang tua melonggarkan konsekuensi saat suasana hati sedang baik, dan selalu melarang anak saat suasana hati sedang tidak baik.
Hal tersebut akan membuat anak bingung, dan ia akan merasa hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, anak jadi mudah merasa cemas. Jadi konsistenlah dalam menjalankan aturan dan konsekuensi yang sudah keluarga sepakati.
4 . Menyogok anak
Menjanjikan hadiah agar ia mau melakukan sesuatu atau berperilaku sesuai keinginan orang tua sama saja dengan menyogok. Sikap tersebut justru dapat membuat anak menjadi rendah diri, karena ia berpikir bahwa pantas mendapatkan hadiah jika mematuhi orang tuanya saja.
Selain itu, anak juga akan berpikir bahwa ia harus mendapatkan hadiah untuk setiap hal yang disukai ayah dan ibu. Perlu kamu waspadai, selalu memanjakan anak dengan hadiah bisa berdampak buruk pada perkembangan anak.
5 . Membuat anak merasa bersalah
Ketika sedang kesal pada anak, tidak jarang orang tua membuat Si Kecil merasa bersalah. Seolah-olah anak membuat orang tuanya berkorban.
Hal tersebut seringkali terucap dengan kalimat seperti:
- “Papa capek kerja demi kamu, masa nilai kamu segini?”
- “Mama tuh pusing gara-gara mikirin biaya sekolahmu!”
Perlu kamu pahami, anak tidak harus bertanggung jawab atas apa yang ayah dan ibu alami atau rasakan.
Cara Menjadi Orang Tua yang Disukai Anak
Meskipun tidak ada orang tua yang sempurna, tapi ada banyak cara yang dapat ayah dan ibu lakukan agar menjadi orang tua yang hebat dan disukai anak. Bentuk kasih sayang yang paling mendasar yang dapat orang tua berikan kepada anak-anak adalah penerimaan, stabilitas, dan yang terpenting adalah cinta.
Tentu setiap orang tua mencintai anak-anaknya, tapi cinta tidak hanya diucapkan, melainkan ditunjukkan dengan sikap. Menunjukkan cinta kepada anak penting dilakukan agar Si Kecil merasakannya dan menyukai ayah dan ibu sebagai orang tuanya.
Berikut ini cara sederhana tapi bermakna untuk menjadi orang tua yang anak sukai:
- Tidak meremehkan anak.
- Hindari membandingkan anak dengan anak lain.
- Mendengarkan anak.
- Melakukan hal menyenangkan bersama.
- Peluk Si Kecil lebih sering.
- Buat rutinitas khusus bersama.
- Selalu sertakan anak dalam keputusan keluarga.
- Perhatian semua anak dengan cara yang sama.
- Dukung anak bahkan saat mereka melakukan kesalahan.
Itulah jenis pola asuh yang perlu orang tua pertimbangkan serta sikap yang harus mereka hindari dan tunjukkan pada anak.
Pastikan orang tua memiliki pola asuh yang tepat yang mengutamakan pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebab, pilihan pengasuhan akan berdampak pada anak hingga mereka dewasa.
Ibu dan ayah juga bisa berbincang dengan psikolog di Halodoc untuk tahu lebih lanjut pola asuh terbaik untuk anak. Yuk, gunakan aplikasinya sekarang dan berbincang lebih dalam dengan psikolog tepercaya!
Referensi :
Verywell Family. Diakses pada 2020. 4 Types of Parenting Styles and Their Effects on Kids.
Healthline. Diakses pada 2020. Which Parenting Type Is Right for You?.
Parents. Diakses pada 2023. 50 Easy Ways to Be a Fantastic Parent
Parents. Diakses pada 2023. 11 Simple Ways to Show Your Child Your Love
Very Well Family. Diakses pada 2023. The 4 Types of Parenting Styles and How Kids Are Affected
Child Encyclopedia. Diakses pada 2023. Parents’ Attitudes and Beliefs: Their Impact on Children’s Development
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan