Ternyata Lansia Punya Peluang Lebih Besar Mengidap Penyakit Menular Seks!

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   07 Agustus 2018
Ternyata Lansia Punya Peluang Lebih Besar Mengidap Penyakit Menular Seks!Ternyata Lansia Punya Peluang Lebih Besar Mengidap Penyakit Menular Seks!

Halodoc, Jakarta – Selama masih aktif melakukan hubungan intim, risiko terkena penyakit menular seksual (PMS) tetap ada walau pun sudah menginjak lansia. Umumnya, PMS menyerang mereka yang melakukan hubungan intim berisiko baik melalui vaginal, anal, bahkan oral. Beberapa penyakit menular seksual yang biasa mengidap lansia adalah herpes genital, kutil kelamin, klamidia, gonore, sipilis, dan HIV.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention diperkirakan sekitar 20 juta kasus penyakit menular seksual muncul setiap tahunnya. Hanya sebagian kecil saja yang mendapat penanganan medis. Bahkan, penyakit menular seksual meningkat pada orang-orang lansia. Lebih dari dua juta kasus klamidia, gonore, dan sifilis terdapat pada mereka yang sudah berusia lanjut. Rata-rata usia para pengidap adalah 55 sampai 64 tahun. Baca juga: Inilah 4 Penyakit yang Bisa Ditularkan Melalui Hubungan Intim

Menurut Dr. Khady Diouf dari Brigham and Women’s Hospital, Harvard Medical School, mengatakan ada beberapa kecenderungan yang membuat lansia terinfeksi penyakit menular seks. Beberapa di antaranya adalah:

  • Para lansia kerap merasa enggan untuk menanyakan permasalahan seksual ke tenaga medis. Bisa jadi karena malu di usia merangkak naik masih mempersoalkan mengenai seks. Apalagi ada kecenderungan edukasi mengenai penyakit menular seksual lebih sering digembar-gemborkan kepada anak muda. Hal ini membuat para lansia merasa tidak perlu khawatir akan mengidap penyakit berbahaya. Seolah-olah ada “keyakinan” tak tertulis yang mengatakan penyakit menular seks hanya terjadi pada anak muda saja.

Baca juga: Benarkah Torpedo Kambing Bisa Meningkatkan Vitalitas Pria?

  • Usia lanjut membuat sistem kekebalan tubuh menurun, sehingga kemampuan tubuh melawan infeksi semakin memburuk. Situasi ini membuat para lansia lebih mudah mengidap penyakit menular seks tertentu. Jika ditelusuri lebih lanjut, beberapa penyakit menular seksual dapat memperlambat kerja motorik. Misalnya penurunan daya ingat atau kebutaan.
  • Usia tua, perceraian, atau pasangan yang meninggal meningkatkan risiko para lansia melakukan hubungan seksual tanpa pengaman dan berganti-ganti. Pemikirannya adalah, “Apalagi yang ditakutkan? Sudah tua juga.”
  • Minimnya informasi mengenai cara hubungan intim yang benar serta aman membuat para lansia kerap melakukan hubungan intim berisiko.
  • Menggunakan pengaman seperti kondom tidak menjadi keharusan buat para lansia, dengan pertimbangan kehamilan tidak akan terjadi saat melakukan hubungan intim. Padahal, kehamilan tidak diinginkan bukan menjadi satu-satunya kekhawatiran. Justru penyakit menular seksual yang perlu diwaspadai.
  • Maraknya pertumbuhan bisnis obat kuat juga mungkin menjadi penyumbang peningkatan perilaku seksual di kalangan lansia. Ketika hubungan intim dengan obat kuat dilakukan dengan edukasi yang tepat, tentunya tidak seberbahaya saat melakukannya dengan minim edukasi.
  • Penurunan lubrikasi pada Miss V juga menjadi penyebab para lansia cenderung lebih mudah mengidap penyakit menular seks. Minimnya lubrikasi alami akan membuat Miss V lebih mudah terluka, sehingga penyebaran penyakit lebih mudah terjadi. Apalagi ketika berhubungan tanpa menggunakan pengaman.

 Seharusnya usia lanjut tidak menjadi alasan buat para lansia mengendurkan keamanannya dalam melakukan hubungan intim. Malah harus lebih waspada, karena kemungkinan gejala penyakit menular seksual bisa lebih lambat terjadi pada mereka yang lansia. Hal tersebut disebabkan oleh faktor tubuh yang menua, sehingga tidak cepat merespon perubahan kondisi kesehatan.

Ingin tahu lebih banyak mengenai kenapa penyakit menular seks lebih mudah terjadi pada orang lanjut usia atau informasi kesehatan lainnya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.