Deteksi Down Syndrome pada Kandungan dengan Cara Ini!

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   20 April 2018
Deteksi Down Syndrome pada Kandungan dengan Cara Ini!Deteksi Down Syndrome pada Kandungan dengan Cara Ini!

Halodoc, Jakarta — Gejala down syndrome setelah bayi lahir bisa dikenali dari ciri-ciri fisik dan lambatnya perkembangan intelektual anak. Namun, saat bayi masih di dalam kandungan, kemungkinan seorang bayi akan terlahir dengan down syndrome juga bisa terdeteksi. Caranya adalah melakukan pemeriksaan dan pengujian antenatal. Sedangkan untuk diagnosis, bisa dilakukan saat janin masih berada di dalam kandungan atau melalui tes darah setelah bayi dilahirkan.

Pemeriksaan Antenatal

Pemeriksaan dilakukan untuk menemukan sesuatu hal tidak normal yang mungkin berkembang atau sudah berkembang selama kehamilan. Tes ini sama sekali tidak mendiagnosis kondisi down syndrome. Tes ini hanya untuk memperkirakan seberapa tinggi risiko janin mengalami down syndrome. Jika hasil pemeriksaan antenatal menunjukkan kemungkinan cukup tinggi terkena down syndrome, tes diagnosis bisa dilakukan untuk mengonfirmasinya.

Semua wanita hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan kondisi genetika, khususnya bila berpotensi. Umumnya, pemeriksaan ini dilakukan pada akhir bulan ketiga usia kehamilan. Pemeriksaan dilakukan dengan tes darah dan pemindaian ultrasonografi (USG). Tes darah dilakukan untuk memeriksa tingkat protein dan hormon tertentu.

Dengan tes USG, dokter akan mengukur ketebalan cairan yang terletak di belakang leher bayi. Jumlah cairan ini bisa memberi informasi mengenai kemungkinan bayi mengalami down syndrome. Jika berdasarkan tes antenatal ini kamu berisiko mengalaminya, tes diagnosis prenatal akan diadakan untuk mengonfirmasinya.

Tes Diagnosis Prenatal

Bentuk tes diagnosis yang dilakukan seperti amniocentesis, cordocentesis, atau CVS (Chorionic Villus Sampling). Tes ini bisa berisiko pula menyebabkan komplikasi keguguran dan pendarahan pada 1 persen kasus.  CVS dapat dilakukan setelah usia kehamilan memasuki 10 pekan dengan mengambil sedikit sampel sel-sel plasenta untuk pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium. Amniocentesis biasanya dilakukan setelah usia kehamilan memasuki 15 hingga 22 pekan dengan mengambil sedikit sampel air ketuban.

Selain itu, tes DNA cell-free fetal juga bisa dilakukan pada minggu ke 10 kehamilan untuk memeriksa lebih lanjut potensi bayi terkena down syndrome.

Untuk Ibu yang sedang mengandung, sebaiknya kamu rajin melakukan pemeriksaan ke dokter ya. Apalagi jika kamu berpotensi mengalaminya. Aplikasi Halodoc bisa menjadi teman yang mendampingimu selama proses kehamilan. Kamu bisa bertanya kepada dokter kandungan terpercaya tentang gejala down syndrome dan sebagainya melalui layanan voice/video call atau chat. Selain itu, di aplikasi Halodoc, kamu juga bisa membeli vitamin dan obat-obatan serta cek lab tanpa harus keluar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store dan Google Play sekarang.