Bisakah Ambiguous Genitalia Pengaruhi Masa Pubertas?
Halodoc, Jakarta – Ambiguous genitalia dapat memengaruhi perkembangan seks termasuk masa pubertas dari pengidapnya. Kondisi organ seks eksternal yang mungkin tidak cocok dengan organ seks internal atau seks genetik menjadi salah satu penjelasan kenapa kondisi ini bisa memengaruhi masa pubertas.
Pada bayi ambiguous genitalia, alat kelaminnya tidak berkembang sempurna, bahkan memungkinkan untuk bayi tersebut memiliki karakteristik dari kedua jenis kelamin. Ingin tahu lebih lanjut mengenai hal ini, baca selengkapnya di sini!
Gangguan pada Pengidap Ambiguous Genitalia
Mereka yang mengidap ambiguous genitalia akan mengalami gangguan ataupun kelainan pada perkembangan seksnya. Ini bisa dilihat dari perkembangan fisik yang abnormal selama masa pubertas. Misalnya, untuk anak lelaki remaja yang mengalami ini bisa jadi malah mengalami menstruasi, pertumbuhan dada, dan perubahan lainnya.
Komplikasi ataupun gangguan tidak hanya terjadi pada tahap pubertas melainkan juga gangguan infertilitas dan peningkatan risiko kanker tertentu. Bagaimana ambiguous genitalia bisa terjadi? Perlu diketahui kalau penentuan seks terjadi secara genetik pada bayi saat pembuahan.
Baca juga: Kenali Ambiguous Genitalia yang Menyerang Bayi
Ini ditentukan berdasarkan kromosom seks. Sel telur ibu mengandung kromosom X, sedangkan sperma ayah mengandung kromosom X atau Y. Seorang bayi yang mewarisi kromosom X dari ayahnya adalah seorang wanita genetik (dua kromosom X). Seorang bayi yang mewarisi kromosom Y dari ayah adalah pria genetik (satu kromosom X dan satu Y).
Organ seks pria dan wanita berkembang dari jaringan yang sama. Apakah jaringan ini menjadi organ pria atau organ wanita tergantung pada kromosom dan ada tidaknya hormon pria (Y). Pada pria, daerah pada kromosom Y memicu perkembangan testis yang menghasilkan hormon pria. Alat kelamin pria berkembang sebagai respons terhadap hormon pria dari testis janin.
Pada janin tanpa kromosom Y alat kelamin berkembang sebagai wanita. Nah, kadang-kadang, kelainan kromosom dapat membuat penentuan jenis kelamin genetik menjadi kompleks. Penyebab ambiguous genitalia pada wanita dapat mencakup:
- Hiperplasia Adrenal Kongenital
Bentuk-bentuk tertentu dari kondisi genetik ini menyebabkan kelenjar adrenal membuat kelebihan hormon pria (androgen).
- Paparan Hormon Pralahir pada Pria
Obat-obatan tertentu yang mengandung hormon pria atau yang merangsang produksi hormon pria pada wanita hamil dapat menyebabkan perkembangan alat kelamin wanita menjadi lebih maskulin.
Bayi yang sedang berkembang juga dapat terkena hormon laki-laki yang berlebihan jika ibu memiliki penyakit atau kondisi yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon.
- Tumor
Walaupun sangat jarang, tetapi tumor pada ibu dapat menghasilkan hormon pria.
Kalau kamu butuh informasi lebih jelas mengenai hal ini, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter ataupun psikolog yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa kapan dan di mana sajamengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Sebenarnya kondisi ambiguous genitalia tidak mengancam jiwa alias menyebabkan kematian. Namun, hal itu dapat menciptakan masalah sosial bagi anak dan keluarga. Untuk alasan ini, tim spesialis berpengalaman, termasuk ahli neonatologi, ahli genetika, ahli endokrin, dan psikiater, serta ahli medisnya diperlukan dalam program perawatan pasien.
Baca juga: Si Kecil Alami Ambiguous Genitalia, Bagaimana Sikap Orang tua?
Tim medis kemungkinan akan merekomendasikan beberapa tes mencakup tes darah untuk mengukur kadar hormon dan menganalisis kromosom untuk menentukan jenis kelamin atau kelainan gen tunggal.
Termasuk juga tes ultrasonografi pelvis dan perut untuk memeriksa testis, uterus, atau vagina yang tidak muncul serta studi X-ray menggunakan pewarna kontras untuk membantu memperjelas anatomi tubuh bayi/anak.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Ambiguous genitalia.
Drugs.com. Diakses pada 2019. Ambiguous gentialia.
MedlinePlus. Diakses pada 2019. Ambiguous genitalia.
NCH Healthcare System. Diakses pada 2019. Disease and Condition Ambiguous Genitalia.