Bisa Mengganggu Kinerja Mata, Kenali Fakta Tentang Uveitis
Halodoc, Jakarta – Gangguan pada mata bisa memengaruhi aktivitas dan produktivitas. Sebaiknya kamu rutin periksa kesehatan mata ke dokter, terlebih saat muncul keluhan. Salah satu penyakit mata yang mengganggu kinerja mata adalah uveitis, peradangan pada lapisan tengah mata (uvea). Kondisi ini ditandai munculnya pembuluh darah pada salah satu atau kedua mata.
Baca Juga: Gejala Uveitis, Dapatkah Menyerang di Usia Muda?
Uveitis umumnya terjadi pada orang dewasa berusia 20-50 tahun. Namun, bukan berarti penyakit ini tidak bisa terjadi pada anak-anak. Kamu perlu waspada jika pembuluh darah mata menonjol dan membuat mata tampak memerah karena bisa jadi mengidap uveitis. Ketahui fakta uveitis berikut ini agar lebih waspada.
Mengapa Uveitis Terjadi?
Meski penyebabnya belum diketahui pasti, uveitis diduga berkaitan dengan gangguan autoimun. Kondisi ini kerap terjadi pada pengidap rheumatoid arthritis, psoriasis, ankylosing spondylitis, sarkoidosis, penyakit kawasaki, kolitis ulseratif, dan penyakit Crohn.
Selain itu, uveitis bisa terjadi akibat cedera pada mata, kanker mata, paparan racun pada mata, dan efek samping operasi mata. Penyakit herpes, tuberkulosis, toksoplasmosis, sifilis, histoplasmosis, dan HIV/AIDS bisa meningkatkan risiko uveitis.
Bagaimana Tanda dan Gejala Uveitis?
Gejala uveitis bisa muncul mendadak atau berkembang secara bertahap. Namun secara umum, uveitis ditandai dengan nyeri di sekitar mata, penglihatan kabur, mata merah, mata sensitif terhadap cahaya, muncul titik kecil yang menghalangi penglihatan, dan penyempitan lapang pandang.
Segera bicara pada dokter jika kamu mengalami gejala tersebut. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan bila perlu, dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes darah, analisis cairan mata, angiografi mata, dan tes pencitraan fotografi fundus mata.
Baca juga: Jangan Sembarangan, Ketahui 5 Penyebab Uveitis
Bisakah Uveitis Diobati?
Jika dibiarkan tanpa penanganan, uveitis berpotensi menyebabkan katarak, glaukoma, ablasio retina, edema makula kistoid, dan sinekia posterior. Seseorang berisiko lebih besar mengidap uveitis jika berusia lebih dari 60 tahun, serta pernah mengidap uveitis intermediate, uveitis posterior, dan uveitis kronis. Maka itu, pengobatan uveitis perlu dilakukan segera untuk mengurangi peradangan mata dan mencegah komplikasi.
Ada beberapa pilihan pengobatan uveitis yang dilakukan, antara lain:
1. Konsumsi Obat
Misalnya obat untuk mengurangi peradangan (seperti golongan kortikosteroid), obat untuk melawan bakteri atau virus, dan obat yang memengaruhi sistem imun atau menghancurkan sel. Obat kortikosteroid bekerja dengan cara menghambat sistem kekebalan tubuh untuk melepaskan bahan kimia penyebab peradangan. Obat jenis ini bisa dikonsumsi dalam bentuk tetes mata, suntikan, tablet, atau kapsul. Jika obat ini belum efektif mengobati uveitis, obat imunosupresif atau sitotoksis dianjurkan.
2. Prosedur Operasi
Dilakukan jika gejala uveitis cukup parah dan konsumsi obat tidak berhasil mengatasinya. Beberapa prosedur operasi yang bisa dilakukan adalah vitrektomi (operasi bedah mata) dan operasi penanaman sebuah alat pada mata.
Baca Juga: Waspada, Ini Komplikasi yang Dapat Terjadi pada Pengidap Uveitis
Lama pengobatan uveitis tergantung pada jenis dan tingkat keparahan yang diidap. Bisanya uveitis posterior sembuh lebih lama dibandingkan uveitis anterior. Perlu diketahui uveitis berpotensi muncul kembali setelah masa pengobatan. Jika ini terjadi, segera bicara pada dokter Halodoc.
Kamu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk berbicara pada dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!