Benign Prostatic Hyperplasia pada Pria Bisa Pengaruhi Stamina Hubungan Intim
Halodoc, Jakarta - Apakah kamu pernah melihat seorang pria setiap malam selalu ke wc berulang kali dan dalam waktu dua jam bisa lebih dari satu kali buang air kecil? Atau mungkin kamu juga pernah mengalaminya? Kemungkinan kondisi tersebut disebabkan oleh penyakit Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau pembesaran pada prostat jinak.
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) terjadi ketika kelenjar prostat membengkak, tetapi tidak parah atau bersifat kanker. Kelenjar prostat adalah sebuah kelenjar dengan bentuk seperti kacang yang terletak di rongga pinggul antara kandung kemih dengan Mr.P.
Kelenjar tersebut memiliki fungsi untuk menghasilkan cairan yang penting untuk kesuburan pria. Pada saat ejakulasi, prostat akan berkontraksi dan cairan tersebut akan keluar dengan sperma, sehingga menghasilkan cairan semen.
BPH sering terjadi pada pria dengan usia di atas 50 tahun dan risikonya semakin besar seiring dengan bertambahnya usia. Menurut studi, 50 persen dari pria mengalami BPH antara usia 50-60 tahun. Sedangkan pada pria berusia di atas 80 tahun mencapai 90 persen.
Benign Prostatic Hyperplasia pada kenyataannya memang dapat memengaruhi gairah dan stamina pria. Beberapa pria dengan pembesaran prostat dapat mengalami disfungsi ereksi atau masalah dengan ejakulasi. Idealnya, hubungan intim pada pria dapat bertahan rata-rata 10-13 menit. Untuk pengidap BPH, mungkin akan bertahan di bawah angka tersebut.
Pada umumnya, terapi hormon yang berfungsi untuk mengobati BPH dapat memengaruhi libido pria. Perawatan ini dapat menurunkan kadar testosteron, sehingga dorongan pria untuk melakukan hubungan intim berkurang. Terapi tersebut juga dapat menambah berat badan atau membuat jaringan payudara pria membesar.
Hubungan BPH dengan Disfungsi Ereksi
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dan Disfungsi Ereksi (DE) merupakan kondisi yang terpisah tetapi saling berhubungan. Ejakulasi dini artinya pria tidak dapat mempertahankan ereksi. Walaupun DE kemungkinan disebabkan oleh masalah kesehatan, tetapi dapat diperburuk dengan BPH.
Beberapa obat yang dikonsumsi untuk mengobati BPH dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Namun, beberapa obat yang digunakan untuk menanggulangi DE juga dapat mengobati gejala BPH. Walaupun obat untuk DE tidak bisa sekaligus mengobati pembesaran prostat, beberapa orang merasa sedikit lega dari gejala-gejala prostat.
Gejala-gejala Prostat
Gejala-gejala umum yang terlihat ketika mengidap Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), yaitu:
- Merasa ingin buang air kecil terus-menerus, terutama di malam hari.
- Sulit untuk memulai atau menghentikan aliran urine saat buang air kecil.
- Kandung kemih selalu terasa berisi walaupun setelah buang air kecil.
- Aliran urine melemah.
- Merasa ingin buang air kecil setelah melakukannya.
- Sulit menampung air kencing.
- Nyeri saat buang air kecil.
- Mengeluarkan urine bersamaan dengan darah.
Munculnya gejala-gejala tersebut karena adanya tekanan oleh kandung kemih dan uretra ketika kelenjar prostat mengalami pembesaran.
Pengobatan BPH
Pengidap BPH mungkin akan ditangani dengan cara yang berbeda-beda. Dokter akan mendiagnosis BPH dengan melihat gejala, kondisi kesehatan, usia pengidap, ukuran prostat, dan pemeriksaan fisik pengidap. Penanganan pembesaran prostat jinak dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu penanganan BPH dengan gejala ringan, sedang, hingga parah. BPH biasanya hanya ditangani dengan obat-obatan, perubahan gaya hidup, dan terapi untuk menahan berkemih.
Itulah pembahasan tentang BPH yang dapat memengaruhi stamina saat pria melakukan hubungan intim. Jika kamu mempunyai pertanyaan-pertanyaan seputar BPH, dokter-dokter Halodoc siap membantu. Komunikasi dapat dilakukan dengan mudah melalui Chat atau Voice/Video Call. Ayo, download sekarang di Apps Store dan Play Store!
Baca Juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan