Benarkah Konsumsi Daging Babi Bisa Sebabkan Taeniasis?
Halodoc, Jakarta - Daging babi umum dikonsumsi karena sebagai salah satu sumber protein yang baik. Namun, terdapat risiko yang dikaitkan dengan daging babi, yaitu infeksi cacing pita atau taeniasis. Bahkan, bisa dikatakan bahwa daging babi merupakan rumah bagi cacing pita. Taeniasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing taenia solium alias cacing pita babi. Cacing pita babi ini dapat ditemukan di seluruh dunia, apalagi di negara-negara yang memiliki sistem sanitasi buruk.
Di beberapa negara, babi dibiarkan berkeliaran bebas, sehingga mereka mengonsumsi kotoran manusia yang mengandung telur cacing pita. Cacing pita dapat masuk melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi oleh cacing tersebut. Telur cacing pita yang masuk ke perut manusia akan menetas menjadi larva. Kemudian, larva akan melanjutkan perjalanan menuju usus dan masuk ke peredaran darah. Selain pada saluran pencernaan, cacing pita juga menyebar ke bagian lain di dalam tubuh manusia seperti otot, mata, dan otak.
Infeksi cacing pita umumnya tidak spesifik atau malah tidak menunjukkan gejala sama sekali. Gejala-gejala infeksi cacing pita yang dapat timbul antara lain sakit perut, diare, sembelit, serta mual muntah. Apabila menyebar ke otot, infeksi cacing pita bisa menyebabkan benjolan kecil di bawah kulit.
Baca juga: Cara Penularan Cacing Kremi
Infeksi cacing pita babi di dalam otak dikenal dengan sebutan neurosistiserkosis. Gejalanya berupa sakit kepala, gangguan penglihatan, kejang, dan penurunan kesadaran. Gejala lain yang menandakan cacing pita sudah menginfeksi otak adalah kebingungan, sulit konsentrasi, gangguan konsentrasi, gangguan koordinasi tubuh, dan tanda-tanda pembengkakan otak.
Cara Penyebaran Taeniasis
Sementara itu taeniasis terjadi ketika telur atau larva cacing pita berada pada usus manusia. Masuknya telur atau larva cacing pita bisa melalui:
- Mengonsumsi daging babi, sapi, atau ikan air tawar yang tidak dimasak hingga matang seluruhnya.
- Mengonsumsi air kotor yang mengandung larva cacing, akibat terkontaminasi kotoran manusia atau hewan yang terinfeksi.
- Melakukan kontak yang dekat dengan pengidap infeksi cacing pita, misalnya melalui pakaian yang terkontaminasi kotoran yang mengandung telur cacing.
Cacing pita dewasa bisa tumbuh hingga 25 meter dan dapat bertahan dalam usus manusia hingga 30 tahun tanpa diketahui. Setiap bagian dari tubuh cacing pita bisa menghasilkan telur yang dikeluarkan dari tubuh melalui tinja setelah cacing pita tumbuh dewasa. Penyebarannya melalui kontak dengan kotoran yang mengandung cacing pita bisa terjadi apabila kebersihan diri dan lingkungan tidak terjaga baik.
Baca juga: Waspadai Gejala Taeniasis yang Sering Tidak Disadari
Faktor Risiko Taeniasis
Selain karena mengonsumsi daging babi, sejumlah faktor yang membuat seseorang berisiko mengalami taeniasis adalah:
- Berada dalam lingkungan dengan sanitasi yang buruk.
- Bepergian atau tinggal di daerah endemi atau negara yang sering mengonsumsi daging babi, sapi, atau ikan air tawar yang terkontaminasi cacing pita.
- Memiliki sistem imunitas tubuh yang lemah, sehingga tidak dapat melawan infeksi. Kondisi ini sering terjadi pada pengidap HIV AIDS, diabetes, pengidap kanker yang menjalani kemoterapi, serta pengidap yang melakukan transplantasi organ.
Bagaimana Cara Mencegah Taeniasis
Langkah pencegahan perlu kamu lakukan agar tidak mengalami penyakit taeniasis. Pencegahan dapat berupa menghindari konsumsi daging (terutama daging yang tidak matang sempurna), mencuci semua buah dan sayuran, serta masak makanan hingga matang.
Peternak diharuskan untuk membuat saluran pembuangan kotoran yang baik, sehingga tidak mencemari air yang digunakan untuk keperluan konsumsi. Selain itu, periksakan pula hewan peliharaan ke dokter hewan jika terinfeksi cacing pita. Jangan lupa pula selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengolah makanan, serta sebelum dan setelah keluar dari toilet.
Baca juga: 4 Penyebab Cacingan Alias Ascariasis pada Anak
Kamu juga bisa mengomunikasikan gangguan taeniasis pada dokter melalui aplikasi Halodoc untuk mendapatkan saran penangan terbaik. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Saran dokter dapat diterima dengan praktis dengan cara download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga.