Belum Tentu Asma, Sesak Napas Bisa Juga Gejala Edema Paru
Halodoc, Jakarta – Sesak napas bukan hanya disebabkan oleh asma, melainkan juga edema paru. Edema paru adalah kondisi yang terjadi akibat penumpukan cairan dalam kantong paru-paru (alveoli), sehingga oksigen yang dihirup tidak masuk ke paru-paru dan aliran darah.
Edema paru bisa muncul secara tiba-tiba (akut) dan terjadi dalam jangka panjang (kronis). Jika tidak segera ditangani, edema paru bisa menyebabkan peningkatan tekanan di ruang jantung sebelah kanan dan membuatnya gagal berfungsi. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penumpukan cairan di rongga perut (asites), pembengkakan tungkai, dan pembengkakan organ hati.
Mengapa Edema Paru Terjadi?
Edema paru bisa terjadi akibat gangguan jantung atau tanpa gangguan jantung. Edema yang disebabkan gangguan jantung terjadi jika ventrikel kiri jantung tidak mampu memompa darah yang masuk dalam jumlah cukup, sehingga tekanan dalam atrium kiri dan pembuluh darah paru meningkat. Peningkatan ini menyebabkan terdorongnya cairan melalui dinding pembuluh darah ke dalam alveoli, sehingga menyebabkan sesak napas.
Penyakit jantung yang menyebabkan edema paru antara lain penyakit jantung koroner, kardiomiopati, hipertensi, dan penyakit katup jantung. Edema paru yang terjadi tanpa gangguan jantung disebabkan oleh infeksi virus, emboli paru, cedera pada paru-paru, acute respiratory distress syndrome (ARDS), cedera kepala, kejang, dan setelah operasi otak.
Apa Saja Tanda dan Gejala Edema Paru?
Edema paru akut dan kronis menunjukkan gejala yang sedikit berbeda. Namun umumnya, pengidap edema paru merasa sulit bernapas, gelisah, kelelahan, penurunan tingkat kesadaran, pembengkakan pada kaki atau perut, kulit pucat, dan keringat berlebih. Ini perbedaan gejala edema paru akut dan kronis yang perlu diketahui:
-
Gejala edema paru akut: sulit bernapas, merasa tercekik, gelisah, kelelahan, batuk berdahak atau berdarah, nyeri dada dan denyut jantung tidak beraturan (palpitasi)
-
Gejala edema paru kronis: sulit bernapas, mengi, sulit tidur, berat badan naik, pembengkakan pada bagian bawah tubuh (terutama kaki), dan kelelahan.
Bagaimana Diagnosis dan Pengobatan Edema Paru?
Diagnosis dilakukan dengan mengkaji riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan berikut ini:
-
Pulse oximetry untuk mengukur kadar oksigen dalam darah.
-
Elektrokardiografi (EKG) untuk melihat tanda serangan jantung dan masalah irama jantung.
-
Foto rontgen dada untuk memastikan adanya edema paru.
-
Tes darah untuk mengukur kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah, serta mengukur kadar hormon b-type natriuretic peptide (BNP) dan melihat masalah otot jantung.
-
Kateterisasi jantung, dilakukan jika edema paru disertai dengan nyeri dada tetapi tidak ditemukan kelainan saat pemeriksaan EKG.
-
Kateterisasi arteri paru untuk mengukur tekanan dalam pembuluh darah paru. Tindakan ini dilakukan jika pemeriksaan lain tidak menemukan penyebab edema paru.
Edema paru perlu diatasi segera dengan pemberian oksigen. Jika perlu, pengidap edema paru dipasangkan selang yang disambungkan ke alat bantu napas untuk memastikan oksigen yang masuk ke dalam tubuh cukup. Obat yang diberikan untuk mengatasi edema paru berupa furosemide dan obat golongan nitrat seperti nitrogliserin.
Apakah Edema Paru Bisa Dicegah?
Edema paru bisa dicegah dengan berolahraga secara rutin (setidaknya 20 - 30 menit per hari), mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, berhenti kebiasaan merokok, dan mengelola stres.
Itulah fakta tentang edema paru yang sering ditandai dengan sesak napas. Kalau kamu punya keluhan sesak napas, segera berbicara dengan dokter Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter Halodoc kapan saja dan di mana saja melalui fitur Contact Doctor via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!
Baca Juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan