Bayi Baru Lahir Rentan Alami Anemia Hemolitik

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   03 Oktober 2019
Bayi Baru Lahir Rentan Alami Anemia HemolitikBayi Baru Lahir Rentan Alami Anemia Hemolitik

Halodoc, Jakarta - Kekurangan darah atau anemia umumnya terjadi pada orang dewasa. Hal tersebut terjadi karena tubuh kekurangan sel darah merah untuk menyebarkan oksigen. Seseorang yang mengidap kekurangan darah ini dapat mengalami tubuh lemas, serta sulit untuk berkonsentrasi ketika menyelesaikan pekerjaan.

Ternyata, bayi juga dapat mengalami kekurangan darah atau anemia. Jenis gangguan yang sering menyerang bayi baru lahir adalah anemia hemolitik. Penyakit ini dapat menyebabkan sesuatu yang fatal jika bayi dilahirkan dengan kelainan tersebut. Berikut pembahasan mengenai anemia hemolitik pada bayi!

Baca juga: Kenali Gejala dari Penyakit Anemia Hemolitik

Bayi Baru Lahir Dapat Terserang Anemia Hemolitik

Penyakit anemia hemolitik pada bayi yang baru lahir terjadi karena rusaknya sel darah merah, sehingga menyebabkan anemia. Hal ini umumnya disebabkan oleh tidak sesuainya Rhesus (Rh) dan ABO antara sang ibu dengan janinnya. Walau begitu, ketidakcocokan lainnya mungkin juga terjadi.

Pada perbedaan Rhesus, antibodi IgG akan terbentuk setelah sang ibu terpapar darah Rh-positif selama kelahiran atau ketika terjadi komplikasi saat kehamilan. Kehamilan awal mungkin tidak terpengaruh, tetapi kehamilan setelahnya meningkatkan risiko terhadap anemia hemolitik, serta dapat berkembang menjadi intrauterin hidrops fetalis.

Lalu, ketidakcocokan ABO juga dapat menyebabkan kelainan tersebut pada kehamilan pertama. Hal tersebut disebabkan antibodi yang sudah dimiliki sang ibu sebelum hamil. Bayi tersebut dapat mengalami kepucatan, ikterus, hingga hepatosplenomegali. Gangguan tersebut mungkin saja menyebabkan hal yang berbahaya.

Intinya, hal ini disebabkan sel darah merah pada janin memiliki antigen yang berbeda dengan ibunya. Saat sel darah merah melewati plasenta dan masuk ke aliran darah. Kondisi tersebut akan dianggap suatu ancaman, sehingga menghasilkan antibodi. Akibatnya, antibodi tersebut akan menghancurkan sel darah merah pada janin.

Jika kamu mempunyai kebingungan terhadap menjaga kesehatan janin, dokter dari Halodoc dapat memberikan saran profesional mengenai hal itu. Selain itu, kamu juga dapat memesan pemeriksaan kehamilan secara online di beberapa rumah sakit melalui aplikasi Halodoc. Download aplikasinya untuk mendapatkan kemudahan akses kesehatan.

Baca juga: Ketahui Lebih Lengkap tentang Anemia Hemolitik

Cara Diagnosis Anemia Hemolitik

Salah satu hal yang umum dilakukan untuk mendiagnosis kelainan darah pada ibu dan janin adalah dengan melakukan tes darah. Pada awal kunjungan pemeriksaan kehamilan, ibu hamil akan mendapatkan tes darah untuk menentukan Rhesusnya negatif atau positif. Jika ibu hamil memiliki Rh-negatif dan tes darah positif terbentuk antibodi anti-Rh, penyakit hemolitik pun dapat terjadi.

Setelah itu, darah sang ayah juga akan diperiksa untuk memastikan. Sensitisasi Rh adalah sebuah risiko yang terjadi jika ayahnya memiliki darah Rh-positif yang berbeda dengan ibu hamil. Kamu akan menerima tes darah berkala selama kehamilan untuk memastikan antibodi Rh.

Baca juga: Anemia Aplastik Vs Anemia Hemolitik, Mana yang Lebih Bahaya?

Komplikasi yang Disebabkan oleh Anemia Hemolitik

Saat antibodi kamu menyerang sel darah merah pada bayi, maka sel tersebut akan dipecah dan dihancurkan. Ketika sel darah telah rusak, bilirubin akan terbentuk. Sulit untuk bayi tersebut menyingkirkan bilirubin. Penumpukan akan terjadi pada darah dan jaringan, yang disebut hiperbilirubinemia. Hal ini akan menyebabkan bayi mengalami penyakit kuning.

Saat sel darah merah rusak, bayi akan mengalami anemia dan dapat menimbulkan bahaya. Bayi yang mengalami hal ini akan memproduksi lebih banyak sel darah merah dengan cepat. Hal ini menyebabkan sumsum tulang, hati, dan limpa menjadi lebih besar. Sel darah yang dihasilkan sering tidak matang dan kesulitan menghasilkan yang matang.

Komplikasi yang dapat terjadi ketika anemia hemolitik terjadi adalah:

  • Anemia berat: Hal ini menyebabkan hati dan limpa menjadi terlalu besar. Gangguan ini juga dapat memengaruhi organ lainnya.

  • Hidrops fetalis: Kelainan ini terjadi ketika organ bayi tidak dapat menangani anemia. Jantung bayi akan mulai bermasalah dan menyebabkan penumpukan cairan yang banyak di jaringan dan organ bayi. Karenanya, risiko lainnya yang dapat terjadi adalah kematian saat lahir.

  • Kernicterus: Gangguan ini adalah hiperbilirubinemia yang paling parah. Penumpukan bilirubin terjadi pada otak bayi. Akibatnya, bayi tersebut dapat mengalami kejang, kerusakan otak, ketulian, dan bahkan kematian.

Referensi:
Amboss.com .Diakses pada 2019.Hemolytic disease of the fetus and newborn
urmc.rochester.edu .Diakses pada 2019.Hemolytic Disease of the Newborn (HDN)