Balita Terlalu Kurus, Awas Malabsorpsi Kronis

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   12 Maret 2020
Balita Terlalu Kurus, Awas Malabsorpsi KronisBalita Terlalu Kurus, Awas Malabsorpsi Kronis

Halodoc, Jakarta - Sudah diberi makanan yang cukup dan bernutrisi, tetapi berat badan balita tak kunjung naik bahkan semakin kurus? Hati-hati, bisa jadi itu tanda malabsorpsi kronis. Dari segi medis, malabsorpsi makanan dijelaskan sebagai gangguan pada saluran pencernaan yang tidak mampu menyerap nutrisi dan cairan dari bahan makanan dengan baik. Kondisi ini biasanya dialami oleh anak-anak, terutama di usia balita.

Jika dibiarkan dalam jangka waktu lama, Si Kecil bisa mengalami malabsorpsi kronis. Akibatnya, ia akan mengalami gizi buruk, yang menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. Ketika malabsorpsi sudah kronis, gejala yang timbul akan menjadi ekstrem, seperti sakit perut dan muntah-muntah, feses lembek dan berbau busuk, rentan terhadap infeksi, hilangnya lemak dan otot, memar-memar, patah tulang, kulit kering dan bersisik, dan melambatnya pertumbuhan serta berat badan.

Baca juga: Ini Perkembangan Ideal Anak dari 1 – 3 Tahun

Kenali Gejala Malabsorpsi Sejak Dini

Karena dapat menimbulkan banyak masalah serius ketika sudah menjadi kronis, malabsorpsi makanan pada anak perlu dikenali sejak dini. Malabsorpsi makanan biasanya dapat terlihat dari beberapa gejala berikut, sesuai dengan gangguan yang terjadi:

  • Malabsorpsi lemak: Feses berwarna sangat cerah, berbau sangat busuk, menggumpal, dan berminyak. Biasanya, feses akan menempel di mangkuk toilet dan sulit disiram.
  • Malabsorpsi protein: Bisa terlihat dari rambut kering dan rontok, serta retensi cairan yang menyebabkan bengkak pada bagian tubuh tertentu.
  • Malabsorpsi jenis gula tertentu: Perut kembung, bergas, dan diare berat.
  • Malabsorpsi vitamin tertentu: Anemia, tekanan darah rendah, otot lemas, atau kehilangan berat badan.

Jika Si Kecil menunjukkan berbagai gejala tersebut, jangan anggap remeh. Segera download aplikasi Halodoc untuk membicarakannya pada dokter anak lewat chat, kapan dan di mana saja. Kalau dokter merekomendasikan pemeriksaan lebih lanjut, ibu bisa menggunakan aplikasi Halodoc juga untuk buat janji dengan dokter anak di rumah sakit.

Baca juga: Ibu Perlu Tahu, Tahap Pertumbuhan Balita dari Duduk hingga Berjalan

Berbagai Penyebab Malabsorpsi pada Anak

Malabsorpsi makanan pada anak biasanya terjadi karena dinding usus rusak akibat infeksi bakteri, virus, atau parasit. Karena infeksi tersebut, lapisan dinding tidak dapat memisahkan zat-zat yang baik, seperti protein, kalsium, atau vitamin, menjadi sel-sel kecil yang akan diedarkan ke seluruh tubuh lewat darah. Melainkan mengeluarkannya bersama dengan zat jahat lain dalam bentuk feses dan dikeluarkan dari tubuh.

Pada balita, malabsorpsi juga dapat terjadi karena tubuh tidak dapat memproduksi enzim tertentu, yang diperlukan untuk mencerna zat makanan. Namun, ada beberapa faktor lain juga yang bisa menyebabkan nutrisi tidak terserap ke dalam tubuh, yaitu:

  • Terdapat luka di usus akibat infeksi, peradangan, trauma, atau operasi.
  • Penggunaan antibiotik dalam jangka waktu lama.
  • Intoleransi laktosa.
  • Infeksi HIV.
  • Penyakit ginjal, hati, atau pankreas.
  • Penyakit celiac disease, crohn’s disease, fibrosis kistik, atau pankreatitis kronis.
  • Cacat bawaan lahir seperti biliary atresia.
  • Mengalami kondisi short bowel syndrome, tropical sprue, atau whipple’s disease.
  • Terapi radiasi yang mengakibatkan cedera pada lapisan usus.
  • Tindakan operasi, misalnya operasi pengangkatan kantung empedu dan operasi pemotongan atau pemanjangan saluran pencernaan.
  • Riwayat keluarga yang mengidap fibrosis kistik atau malabsorpsi dan kebiasaan mengonsumsi alkohol dalam jumlah banyak.

Baca juga: Tahap Pertumbuhan Anak Sesuai Usia 4-5 Tahun

Bagaimana Pengobatan yang Tepat untuk Malabsorpsi pada Balita?

Untuk memastikan diagnosis apakah Si Kecil mengalami malabsorpsi makanan, dokter akan mengawali pemeriksaan dengan meneliti riwayat penyakit dan pola makannya setiap hari. Lalu, dokter akan melakukan pemeriksaan medis, seperti tes darah, tes pernapasan, tes tinja (feses), serta CT scan untuk melihat masalah di dalam saluran pencernaannya. Jika memang ditemukan ada gangguan, akan dilakukan tindakan endoskopi untuk dibawa ke laboratorium dan diteliti lebih lanjut.

Kemudian, jika Si Kecil memang mengalami malabsorpsi, dengan pengawasan dokter, ibu dapat melakukan hal-hal berikut sebagai langkah penanganan:

  • Mengubah pola makan Si Kecil. Ibu mungkin perlu mengurangi pemberian beberapa bahan makanan, seperti olahan susu bagi anak pengidap intoleransi laktosa. Lalu jika perlu, perbanyak pemberian makanan yang mengandung potasium tinggi untuk mengimbangi elektrolit dan lakukan diet bebas gluten bagi anak pengidap penyakit celiac.
  • Memberikan vitamin berdosis tinggi. Hal ini untuk menggantikan vitamin dan mineral yang tidak terserap secara sempurna oleh usus.
  • Terapi enzim. Pemberian suplemen yang mengandung enzim tertentu. Hal ini bertujuan untuk menggantikan enzim yang tidak terserap tubuh.
  • Pemberian obat dengan jenis kortikosteroid dan obat antiradang. Hal ini dilakukan untuk mengobati penyakit Crohn atau terapi antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri.

Jika kondisi malabsorpsi anak sudah kronis hingga menyebabkan terjadinya kondisi seperti penyumbatan empedu, dokter biasanya akan melakukan prosedur atau tindakan operasi. Jadi, yang terpenting adalah mengenali gejala malabsorpsi pada anak sedini mungkin, agar tidak sampai menjadi kronis.

Referensi:

Healthy Children. Diakses pada 2020. Malabsorption.

Children’s Wisconsin. Diakses pada 2020. What is malabsorption?

Healthline. Diakses pada 2020. Malabsorption Syndrome.