Atasi Trauma Akibat Gempa pada Anak dengan 5 Cara Ini
Halodoc, Jakarta - Selasa kemarin sekitar pukul 17.18 WIB, gempa bermagnitudo 5,0 mengguncang Sukabumi, Jawa Barat. Gempa tersebut berkedalaman 10 kilometer, yang menggoncangkan area Sukabumi dan sekitarnya selama 20 detik. Bukan hanya Sukabumi dan sekitarnya, beberapa area di Jakarta juga merasakan dahsyatnya gempa tersebut.
Baca juga: Trauma pada Anak Bisa Ganggu Karakternya saat Dewasa?
Ketika gempa sering melanda, seseorang akan mengalami perubahan pola pikir dan perilakunya, yang berujung pada trauma gempa dan menimbulkan sejumlah gejala. Misalnya keringat dingin, meningkatnya detak jantung, susah berkonsentrasi, serta terganggunya pola tidur normal. Hal-hal tersebut bukan hanya dialami oleh orang dewasa saja, lho. Ketika hal tersebut terjadi pada anak-anak, langkah apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi trauma pada anak?
Bagaimana Langkah Mengatasi Trauma pada Anak?
Bencana alam bukan hanya meningkatkan duka dan kesedihan, tapi juga trauma mendalam. Trauma gempa yang terjadi kemarin dapat menyerang siapa pun, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak. Hal tersebut yang membuat para volunteer bukan hanya terfokus pada sandang, pangan, papan, serta kesehatan fisik saja. Trauma pada anak pun perlu diperhatikan untuk menghindari gangguan psikologis atau stres pasca gempa. Begini langkah atasi trauma pada anak pasca gempa!
- Yakinkan Mereka
Meyakinkan anak-anak jika mereka akan selalu baik-baik saja. Cara tersebut akan membantu mereka merasa lebih tenang. Hal yang diperlukan adalah komunikasi terbuka. Jangan memarahi mereka saat mereka menangis, karena hal tersebut akan membuat pemulihan pasca trauma menjadi lebih sulit.
- Tutup Akses Media
Cara mengatasi trauma gempa pada anak selanjutnya dapat dilakukan dengan menutup semua akses media, baik online hingga televisi. Pasalnya, semakin sering mereka menonton keadaan pasca gempa, maka pikiran dan kondisi psikologisnya akan semakin kacau.
Baca juga: 5 Cara Pemulihan Trauma Psikis
- Biarkan Mereka Mengekspresikan Perasaannya
Biarkan anak-anak mengekspresikan perasaan dengan cara apapun. Mereka akan berbicara tentang perasaan dan ketakutan mereka untuk mengalihkan rasa cemasnya.
- Jangan Paksa Mereka Bicara
Ketika mereka ingin bercerita, jadilah wadah untuk menampung. Namun, ketika mereka hanya berdiam diri, jangan paksa mereka bicara. Terus mendesaknya untuk berbicara hanya akan membuat tingkat stres anak meningkat. Alih-alih menyembuhkan trauma pada anak, mereka bisa saja mengalami gangguan psikologis, seperti depresi.
- Ajak Mereka Beraktivitas
Hal ini dapat dilakukan ketika anak-anak sudah terlihat tenang dan bisa diajak berkomunikasi. Selanjutnya, ajak mereka untuk beraktivitas, seperti bermain sepakbola, membaca buku cerita, atau menggambar. Kegiatan-kegiatan tersebut akan mengalihkan pikirannya pada gempa yang baru menimpanya. Biasanya, volunteer yang datang untuk membantu akan menyiapkan posko untuk menghabiskan waktu bersama anak-anak dan menjadi pilihan yang tepat untuk menjalani trauma healing.
Trauma pada anak memang dapat segera diatasi, tapi pada beberapa anak, trauma gempa akan menimbulkan reaksi yang lebih dari mereka. Mereka bisa saja kesulitan tidur, mengalami penurunan nafsu makan, takut tidur sendirian, bermimpi buruk, menangis terus-menerus, bahkan menarik diri dari pergaulan. Ketika anak yang mengalami trauma gempa dengan gejala-gejala tersebut, anak harus terus dipantau.
Baca juga: Ini 6 Cara Mengurangi Dampak Trauma Masa Kecil
Jika gejala yang mereka alami semakin parah, segera temui psikolog di rumah sakit terdekat, atau bisa mendiskusikannya langsung dengan psikolog di aplikasi Halodoc untuk membantu pemulihan trauma pada anak. Pemulihan trauma berarti mengatasi kecemasan, ketakutan, serta menyediakan sarana penyelesaian terhadap pikiran dan perasaan negatif yang muncul.
NCBI. Diakses pada 2020. Earthquakes and Children: The Role of Psychologists with Families and Communities.
University of Michigan. Diakses pada 2020. Helping Children Cope with Disasters and Traumatic Events.
NCTSN. Diakses pada 2020. Parent Guidelines for Helping Children after an Earthquake.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan