Atasi Migrain Hanya dengan Tidur, Bisakah?
"Migrain atau sakit kepala sebelah tentu sangat tidak nyaman dan dapat mengganggu aktivitas. Meski demikian, migrain ternyata bisa berkurang dengan mengatur waktu tidur yang tepat."
Halodoc, Jakarta - Migrain adalah gangguan yang umum terjadi pada kepala ketika merasakan sakit yang intens dan membuat pengidapnya kesulitan untuk beraktivitas. Selain itu, seseorang yang mengidapnya mungkin juga mengalami mual, muntah, mati rasa, hingga peka terhadap cahaya. Maka dari itu, penting untuk mengetahui pengobatan yang tepat dan cepat untuk mengatasinya.
Disebutkan salah satu cara untuk atasi migrain adalah dengan tidur. Dengan memposisikan kepala bersandar ke bawah, dipercaya dapat meredakan rasa sakit yang ditimbulkan dari gangguan pada kepala tersebut. Namun, apakah hal tersebut benar adanya? Berikut pembahasan lengkap tentang tidur yang dapat obati migrain saat menyerang!
Tidur Dapat Mengatasi Migrain yang Menyerang
Beberapa sumber mengatakan jika gangguan yang menimbulkan sakit kepala sangat dipengaruhi oleh tidur, bahkan beberapa lainnya hanya disebabkan oleh pola istirahat tersebut. Sebaliknya, sakit kepala lainnya yang terjadi dapat memengaruhi tidur seseorang, sehingga menimbulkan dilema kausalitas pada beberapa kasus.
Seseorang yang mengidap migrain umumnya mengalami serangan di antara jam 4 hingga jam 9 pagi. Hal ini berarti migrain mempunyai kemungkinan besar terjadi karena mekanisme pengaturan waktu dengan ritme tidur seseorang yang membuat tubuh membuat siklus tersendiri. Kurang tidur adalah pemicu yang paling umum, seperti halnya terlalu banyak tidur.
Dengan melihat hubungan dari pengaruh tidur dan juga sistem pengaturan waktu sirkadian, maka migrain sangat erat hubungannya dengan jam istirahat seseorang. Rasa kantuk yang berlebihan juga dapat menjadi bagian dari gejala sebelum serangan migrain terjadi, juga sebagai gejala setelah serangan. Maka dari itu, tidur dapat menjadi salah satu terapi yang dilakukan jika migrain menyerang, terutama pada anak-anak.
Fakta lainnya yang harus diketahui adalah insomnia dan migrain sangat berdampingan, terutama pada seseorang yang mengidap gangguan kronis. Namun, insomnia dan migrain lebih berisiko terjadi pada seseorang yang mengalami cedera kepala yang cukup ringan, sebagian besar bagian dari sindrom pasca gegar otak.
Perasaan kantuk yang berlebihan, terutama di siang hari, sangat berhubungan erat dengan sakit kepala. Selain itu, sakit kepala yang terjadi di pagi hari juga dapat terjadi sebagai gejala apnea tidur yang obstruktif. Gangguan yang menyebabkan kondisi pernapasan tidak teratur saat tidur ini dapat menyebabkan tidur tidak tenang, sehingga risiko mengalami migrain meningkat.
Apabila kamu mempunyai pertanyaan terkait tidur yang dapat obati migrain, dokter umum dari Halodoc siap membantu untuk menjawabnya! Kamu cukup download aplikasi Halodoc di smartphone yang digunakan untuk mendapatkan kemudahan akses kesehatan.
Mengapa Migrain dan Tidur Berhubungan Erat?
Keseimbangan antara waktu tidur dan bangun tergantung pada sistem tubuh yang dibangun secara konstan, yang disebut dengan homeostasis. Jika seseorang terlalu banyak membebani salah satu keadaan antara tidur atau bangun, seperti begadang dan tidur di akhir pekan, sistem tubuh akan melakukan penyesuaian untuk memperbaiki keseimbangan yang ada.
Disebut juga apabila serangan migrain mungkin saja terjadi disebabkan oleh gangguan pada mekanisme tubuh tersebut. Contohnya, ketika seseorang kekurangan tidur, dirinya akan merasakan migrain yang timbul karena memaksa tubuh untuk tetap diam dan berbaring agar sistem yang ada tetap seimbang. Seseorang yang terlalu banyak tidur juga dapat menimbulkan gangguan tersebut.
Dengan mengetahui apabila tidur dapat obati migrain yang menyerang, diharapkan agar gangguan ini mudah diatasi, sehingga aktivitas tidak terpengaruh. Selain itu, pengaturan jam tidur juga sangat penting agar penyakit yang menyerang kepala tersebut tidak terjadi lagi di kemudian hari.