Waspadai, Komplikasi Berbahaya dari Gangguan Elektrolit
Halodoc, Jakarta – Gangguan elektrolit terjadi ketika kadar elektrolit dalam tubuh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Elektrolit harus dipertahankan dalam takaran yang seimbang agar tubuh berfungsi dengan baik. Kalau tidak, sistem tubuh yang vital dapat terpengaruh.
Elektrolit adalah elemen dan senyawa yang terjadi secara alami di dalam tubuh. Elemen-elemen ini mengontrol fungsi fisiologis penting. Contoh-contoh elektrolit, meliputi kalsium, khlorida, magnesium, fosfat, kalium, dan sodium. Selengkapnya, mengenai komplikasi gangguan elektrolit di sini!
Ketidakseimbangan Cairan
Gangguan elektrolit salah satunya bisa menyebabkan hipervolemia yang merupakan peningkatan abnormal dalam volume cairan dalam darah. Hipervolemia, yang sering disebut kelebihan cairan dapat terjadi sebagai akibat dari peningkatan natrium dalam tubuh yang hipernatremia.
Suplementasi cairan berlebihan yang tidak dapat dikelola secara efektif oleh tubuh serta gangguan dan penyakit lain, seperti gagal hati, gagal ginjal dan gagal jantung. Tanda-tanda dan gejala hipervolemia meliputi hipertensi, dispnea, sesak napas, edema perifer di tangan, kaki dan / atau pergelangan kaki, dan takikardia.
Baca juga: 5 Peranan Penting Elektrolit Bagi Tubuh yang Wajib Diketahui
Hipovolemia di sisi lain adalah defisit cairan tubuh. Hipovolemia dapat terjadi akibat perdarahan dan perdarahan, dehidrasi parah, muntah, dan diare. Defisit cairan ini dapat menyebabkan komplikasi, seperti penurunan curah jantung, syok hipovolemik, asidosis metabolik, kegagalan multisistem, koma, dan kematian.
Selain mengobati penyebab yang mendasarinya, sedapat mungkin perawatan lain untuk hipervolemia termasuk pembatasan cairan dan natrium dan diuretik. Hipovolemia dapat terjadi akibat perdarahan dan perdarahan, dehidrasi parah, muntah, serta diare.
Gangguan elektrolit paling sering disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh melalui muntah yang berkepanjangan, diare, ataupun berkeringat. Gangguan elektrolit juga dapat berkembang karena kehilangan cairan terkait dengan luka bakar.
Obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan gangguan elektrolit. Dalam beberapa kasus, penyakit yang mendasarinya, seperti penyakit ginjal akut atau kronis. Siapapun dapat mengalami kelainan elektrolit. Orang-orang tertentu berisiko lebih tinggi karena riwayat kesehatan mereka. Kondisi yang meningkatkan risiko gangguan elektrolit meliputi:
-
Gangguan penggunaan alkohol.
-
Sirosis.
-
Gagal jantung kongestif.
-
Penyakit ginjal.
-
Gangguan makan, seperti anoreksia dan bulimia.
-
Trauma, seperti luka bakar parah atau patah tulang.
-
Gangguan tiroid.
-
Kelainan kelenjar adrenal.
Ingin tahu lebih lanjut mengenai gangguan elektrolit, tanyakan langsung ke Halodoc untuk informasi lebih lengkapnya. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih kapan dan di mana saja mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Bagaimana cara mengatasi gangguan elektrolit? Tetap terhidrasi jika sedang mengalami muntah, diare, ataupun berkeringat berkepanjangan adalah cara sederhananya. Kemudian, kunjungi dokter jika mengalami gejala umum gangguan elektrolit.
Jika gangguan elektrolit disebabkan oleh obat-obatan atau kondisi-kondisi yang mendasarinya, dokter akan menyesuaikan obat dan mengobati penyebabnya. Ini akan membantu mencegah ketidakseimbangan elektrolit di masa depan.
Baca juga: Ini 3 Alasan Harus Konsumsi Suplemen Vitamin E
Perawatan bervariasi tergantung pada jenis gangguan elektrolit dan pada kondisi yang menyebabkannya. Secara umum, perawatan tertentu digunakan untuk mengembalikan keseimbangan mineral, salah satunya adalah melalui pemberian cairan intravena (IV).
Cairan intravena (IV), biasanya natrium klorida dapat membantu merehidrasi tubuh. Perawatan ini biasanya digunakan dalam kasus dehidrasi akibat muntah atau diare. Suplemen elektrolit dapat ditambahkan ke cairan IV untuk memperbaiki kekurangan.
Obat-obatan dan suplemen oral sering digunakan untuk memperbaiki kelainan mineral kronis dalam tubuh. Ini lebih sering terjadi jika seseorang didiagnosis mengidap penyakit ginjal yang sedang berlangsung.