Waspada Happy Hypoxia, Gejala Baru COVID-19 yang Mematikan
Halodoc, Jakarta – Wabah penyakit COVID-19 yang sedang berlangsung saat ini memang merupakan penyakit baru yang masih terus diteliti. Namun, kini berbagai fakta baru mengenai virus tersebut mulai terungkap. Salah satunya adalah munculnya gejala happy hypoxia yang diduga membuat sejumlah pasien COVID-19 di Indonesia meninggal tanpa menunjukkan tanda-tanda sama sekali.
Happy hypoxia adalah penurunan kadar oksigen dalam darah. Kondisi tersebut membuat seseorang mengalami masalah dalam pernapasan berupa sesak napas atau dispnea. Namun, studi terbaru dari Loyola University Health System, yang ditulis Science Daily mengungkapkan fakta terbaru. Studi ini menyatakan, pengidap COVID-19 yang mengalami happy hypoxia masih bisa beraktivitas tanpa masalah dan tidak mengalami sesak napas. Menurut penulis dari penelitian tersebut, kondisi tersebut masih sangat membingungkan para dokter karena dianggap bertentangan dengan biologi dasar.
Baca juga: Hentikan Kebiasaan Merokok Dapat Mencegah Hipoksia
Mengenal Happy Hypoxia yang Diam-diam Mematikan
Happy hypoxia disebut juga silent hypoxia atau hypoxemia, sebuah kondisi ketika tubuh tidak merasakan gejala seperti sesak napas, tapi jika kadar oksigen dalam jaringan diperiksa, akan didapati hasil yang sangat rendah.
Perlu diketahui bahwa tekanan oksigen dalam arteri yang normal berada di kisaran 75 sampai 100 milimeter merkuri atau mm Hg. Bila tekanan oksigen berada di bawah 60 mm Hg, hal itu menunjukkan bahwa tubuh memerlukan oksigen tambahan. Sementara bila diperiksa dengan menggunakan pulse oksimetri, konsentrasi oksigen dalam jaringan yang normal adalah 95-100 persen. Di bawah nilai tersebut berarti oksigen di dalam tubuh rendah.
Hypoxia adalah kondisi yang sangat berbahaya. Tanpa oksigen yang cukup, otak, ginjal dan berbagai organ dalam tubuh dapat rusak hanya dalam beberapa menit setelah gejala dimulai. Bila kadar oksigen dalam darah terus menurun, organ-organ tersebut dapat mati dan hal ini mengancam jiwa.
COVID-19 pada dasarnya adalah penyakit pernapasan, dan pada kasus yang parah, penyakit tersebut dapat mengurangi jumlah oksigen yang dapat diserap paru-paru. Itulah mengapa tingkat oksigen darah yang sangat rendah ditemukan pada sejumlah pasien COVID-19 di Indonesia.
Baca juga: Ini Bahayanya Jika Darah Kekurangan Oksigen
Penyebab Hypoxia Tidak Menimbulkan Gejala Pada Pengidap COVID-19
Sebuah studi yang ditulis oleh Dr. Martin J. Tobin, seorang profesor kedokteran paru dan perawatan kritis di Loyola University Medical Center, di Maywood, IL, meneliti 16 pasien COVID-19 dengan tingkat oksigen yang rendah (memiliki nilai 50 persen dari kisaran normal 95-100 persen) yang tidak mengalami sesak napas atau dispnea.
Melalui penelitian tersebut, ditemukan beberapa mekanisme patofisiologis bertanggung jawab atas sebagian besar kasus silent hypoxia, termasuk penilaian awal tingkat oksigen pasien dengan pulse oksimetri.
“Pulse oksimetri sangat akurat saat pembacaan oksigen tinggi, namun alat tersebut dapat melebih-lebihkan tingkat keparahan kadar oksigen yang rendah pada seseorang saat pembacaan rendah,” jelas Dr Tobin.
Bagaimana respon otak terhadap tingkat oksigen yang rendah juga adalah salah satu faktor yang menyebabkan pengidap COVID-19 tidak merasakan gejala apa-apa saat mengalami hypoxia. Ketika kadar oksigen pengidap menurun, otak tidak merespons sampai oksigen turun ke tingkat yang sangat rendah.
Selain itu, lebih dari separuh pengidap COVID-19 juga memiliki kadar karbon dioksida yang rendah yang dapat mengurangi dampak kadar oksigen yang sangat rendah. Dr. Tobin juga mencurigai bahwa virus corona dapat memengaruhi reseptor tubuh sehingga tidak merespons pada tingkat oksigen yang rendah. Hal ini dikaitkan dengan kurangnya penciuman yang ditemukan pada dua pertiga pasien COVID-19.
Baca juga: Penyebab Hipoksia yang Berdampak pada Fungsi Tubuh
Waspada Gejala Happy Hypoxia
Mengingat happy hypoxia sangat berbahaya bila tidak ditangani segera, penting bagi pengidap COVID-19 untuk mewaspadai gejala kondisi tersebut. Segera kunjungi rumah sakit bila kamu mengalami gejala-gejala seperti batuk, denyut jantung meningkat atau melambat, nafas menjadi cepat, sesak napas, berkeringat, dan penurunan kesadaran. Kamu harus segera membuat janji di rumah sakit pilihan untuk melakukan pemeriksaan dengan menggunakan aplikasi Halodoc.
Pengobatan happy hypoxia bertujuan untuk memasukkan lebih banyak oksigen ke dalam tubuh pengidap. Dokter mungkin akan memberikan oksigen melalui kanul hidung atau melalui sungkup masker yang menutupi hidung dan mulut. Bagi banyak orang, cara ini cukup untuk membuat tingkat oksigen dalam tubuh kembali normal.
Referensi:
Medical News Today. Diakses pada 2020. COVID-19: How do we explain 'happy' hypoxia?.
Science Daily. Diakses pada 2020. Study explains potential causes for 'happy hypoxia' condition in COVID-19 patients.
WebMD. Diakses pada 2020. Hypoxia and Hypoxemia.
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Hypoxemia.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan