Vaksin Sebabkan Bayi Autis, Yakin? Ini Manfaat dan Efek Sampingnya
“Imunisasi membantu bayi menciptakan sistem kekebalan agar tidak terserang penyakit yang tidak diinginkan di kemudian hari. Manfaat imunisasi bayi akan terasa saat virus penyebab penyakit menyerang. Menurut ahli, tidak ada hubungan antara vaksin anak dengan penyebab autis pada bayi. Dengan kata lain, kabar yang menyebutkan vaksin bisa sebabkan bayi autis hanyalah hoaks.”
Halodoc, Jakarta - Seperti yang sudah umum diketahui, ada berbagai manfaat imunisasi bagi bayi. Imunisasi membantu bayi menciptakan sistem kekebalan agar tidak terserang penyakit yang tidak diinginkan di kemudian hari. Manfaat imunisasi bayi akan terasa saat virus penyebab penyakit menyerang. Dengan begitu, imunisasi mencegah gejala yang serius terjadi pada anak.
Namun, ditengah informasi manfaat imunisasi bagi bayi, banyak bermunculan berita hoaks yang meresahkan. Desas-desus yang beredar katanya efek samping vaksin bisa memicu autisme pada anak. Pertanyaannya, benarkah fakta medisnya seperti itu? Nah, agar tak ikut tersesat dengan kabar hoaks, yuk simak penjelasan seputar vaksin dan efek samping yang bisa menyeratinya.
Baca Juga: Hindari Tertular Campak dengan Vaksin
1.Vaksin Hepatitis B
Vaksin hepatitis B diberikan setelah pemberian vitamin K setelah lahir. Gunanya untuk mencegah terjadinya pendarahan akibat defisiensi vitamin K. Pemberian vaksin hepatitis B bisa kembali dilakukan saat Si Kecil berusia satu bulan dan di kisaran usia 3-6 bulan. Biasanya efek samping vaksin hepatitis B berupa gatal-gatal, pembengkakan pada wajah, atau kulit kemerahan.
2. Vaksin BCG
Gunanya vaksin BCG untuk bayi adalah mencegah terserang penyakit tuberkulosis atau yang dikenal dengan nama TBC. Pemberian vaksin BCG hanya satu kali, ketika anak baru dilahirkan sampai ia berusia dua bulan. Efek samping vaksin ini bisa menimbulkan bisul pada bekas suntikan. Biasanya muncul selama 2-6 minggu setelah suntik BCG.
3. Vaksin Polio
Vaksin polio oral (OPV-0) biasanya diberikan saat bayi baru lahir. atau saat bayi berusia dua, empat, serta enam bulan. Vaksin ini bisa diberikan lagi saat anak berusia satu setengah tahun dan terakhir di usia lima tahun. Vaksin polio bisa diberikan dalam bentuk OPV melalui mulut atau IPV yang diberikan dengan cara disuntikkan dalam otot. Efek samping vaksin ini bisa menimbulkan demam dan kehilangan nafsu makan.
Baca juga: Penting, Ketahui Perbedaan Vaksin Polio Tetes dan Vaksin Polio Injeksi
4.Vaksin DTP
Vaksin DTP merupakan jenis vaksin gabungan untuk mencegah penyakit difteri, tetanus, dan pertusis atau batuk rejan. Vaksin DTP diberikan dengan ketentuan sebanyak lima kali. Pemberiannya di usia dua bulan, empat bulan, enam bulan, satu setengah tahun, dan lima tahun. Efek samping vaksin DTP bisa berupa demam, rasa nyeri, radang, dan mual.
Kembali ke pertanyaan di awal kalimat, benarkah vaksin bisa memicu autisme pada anak?
Vaksin Sebabkan Anak Autis, Masa Sih?
Pernah mendengar selentingan kalau vaksin bisa menyebabkan autisme? Kalau pernah, percayakah pada argumen tersebut? Kilas balik pada tahun 2000. Kala itu campak telah dieliminasi di Amerika Serikat (AS). Namun, orang yang tidak divaksinasi dan bepergian ke negara lain (yang banyak terdapat kasus campak), kembali ke AS dengan virus ini. Hal inilah yang menyebabkan wabah campak kembali muncul.
Sayangnya, beberapa orangtua di AS, tidak membiarkan anak-anaknya divaksinasi. Alasannya, kekhawatiran yang tidak berdasar pada vaksin MMR yang melindungi tubuh dari campak, gondong, dan rubella. Katanya vaksin ini bisa menyebabkan autisme pada anak.
Padahal, menurut ahli dalam National Institutes of Health (NIH), penelitian besar terhadap ribuan anak tidak menemukan hubungan antara vaksin apapun dan autisme. Singkat kata, organisasi kesehatan utama di Amerika Serikat, Inggris, dan di tempat lainnya mengatakan, tak ada hubungan antara vaksin MMR dan autisme.
Baca juga: Usia Berapa Sebaiknya Anak Mulai Imunisasi?
Menurut Ahli di NIH, penelitian pertama yang mengatakan vaksin dapat meningkatkan risiko autisme telah terbukti curang. Bahkan, dokter yang menulis studi tersebut dilarang melakukan praktik di negara asalnya, Inggris.
Masih enggak percaya? Hal itu pernah ditegaskan kok oleh Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dalam “Hoax Imunisasi Masih Beredar” di laman Sehat Negeriku (1 Mei 2019) milik Kementerian Kesehatan RI. Katanya, imunisasi bisa menyebabkan autis adalah hoaks.
Jadwal Imunisasi Bayi Menurut IDAI
Imunisasi perlu diberikan segera pada bayi yang baru lahir. Kemudian, pemberian vaksin dilanjutkan sesuai dengan jadwal yang tersedia. Imunisasi pada 6 bulan pertama usia anak disebut imunisasi wajib. Artinya, bayi harus mendapatkan jenis vaksin ini untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh dan menghindari risiko penularan penyakit.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian vaksin alias imunisasi adalah hal yang penting, terutama pada anak. Vaksin disebut sebagai alat atau produk yang bisa menghasilkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. IDAI telah memperbarui jadwal imunisasi untuk bayi pada tahun 2021 lalu. Berikut ini panduan singkat rekomendasi imunisasi untuk bayi berusia 0–18 bulan dari IDAI:
- Bayi baru lahir, yaitu bayi berusia kurang dari 24 jam disarankan untuk segera mendapatkan imunisasi hepatitis B (HB-1) dan polio 0.
- Pada bayi usia 1 bulan, vaksinasi yang bisa diberikan adalah polio 0 dan BCG.
- Selanjutnya, imunisasi diberikan pada saat bayi berusia 2 bulan. Di usia ini, penting untuk memberikan vaksin DP-HiB 1, polio 1, hepatitis 2, rotavirus, PCV.
- Memasuki usia 3 bulan, imunisasi yang bisa diberikan pada anak adalah DPT-HiB 2, polio 2, dan hepatitis 3.
- Di umur 4 bulan, ibu bisa membawa Si Kecil untuk mendapatkan imunisasi DPT-HiB 3, Polio 3 (IPV atau polio suntik), hepatitis 4, dan rotavirus 2.
- Jadwal imunisasi selanjutnya adalah saat bayi berusia 6 bulan. Pada saat ini, bayi bisa diberikan vaksin PCV 3, influenza 1, serta rotavirus 3 (pentavalen).
- Memasuki usia 9 bulan, Si Kecil disarankan untuk mendapat vaksin campak atau MR. Pemberian vaksin ulang atau booster dilakukan saat anak berusia 18 bulan.
- Pada usia 18 bulan, bayi juga perlu mendapatkan suntikan penguat atau booster vaksin hepatitis B, polio, DTP, dan HiB.
Mau tahu lebih jauh mengenai vaksin anak? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa kapan dan di mana saja mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Referensi:
Kementerian Kesehatan RI - Sehat Negeriku. Diakses pada 2021. Hoax Imunisasi Masih Beredar
National Institutes of Health - MedlinePlus. Diakses pada 2021. Measles.
NHS Choices UK. Diakses pada 2021. Health A-Z. Vaccinations.
IDAI.Diakses pada 2021. Jadwal Imunisasi Anak Usia 0–18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia 2020.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan