Vaksin Corona Tetap Dibutuhkan Meski Sudah Pernah Terinfeksi

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   01 Maret 2021
Vaksin Corona Tetap Dibutuhkan Meski Sudah Pernah TerinfeksiVaksin Corona Tetap Dibutuhkan Meski Sudah Pernah Terinfeksi

Halodoc, Jakarta - Saat ini dunia telah memasuki tahap baru dalam upaya memerangi virus corona. Beberapa vaksin sudah tersedia dan lolos uji, sehingga vaksin-vaksin ini akan menjadi senjata untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 ini ke banyak orang.

Pada Desember 2020, U.S. Food and Drugs Administration telah mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin pertama yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech. Aturan darurat ini memungkinkan distribusi vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 di seluruh Amerika Serikat. Kemudian muncul pertanyaan di benak banyak orang, apakah mereka yang sudah terinfeksi masih perlu diberikan dua dosis vaksin? Ketahui jawabannya melalui ulasan berikut!

Baca juga: Vaksin Corona Digratiskan, Kelompok Orang Ini Jadi Prioritas

Vaksin Untuk Mereka yang Sudah Terinfeksi

Ternyata vaksin tetap dibutuhkan jika kamu sudah terinfeksi virus corona. Sebab, beberapa negara telah melaporkan reinfection atau orang-orang yang terinfeksi kembali oleh virus corona, meskipun jumlahnya masih sangat kecil. Selain itu, ada beberapa alasan mengapa vaksin dibutuhkan, antara lain: 

Kekebalan Alami Mungkin Berkurang

Ketika seseorang mengembangkan COVID-19, sistem kekebalan mereka belajar untuk mengenali virus dan mulai memproduksi antibodi untuk melawannya. Jika orang tersebut sembuh dari penyakitnya, ia mungkin memiliki kekebalan terhadap infeksi ulang virus untuk jangka waktu tertentu setelahnya. Namun, pertanyaan tentang berapa lama kekebalan itu bertahan. 

Dr. David Hirschwerk, spesialis penyakit menular di Northwell Health di Manhasset, New York, menyebutkan bahwa para ahli tidak tahu berapa lama kekebalan yang dipicu oleh infeksi ini bisa bertahan, dan seseorang yang terinfeksi pada musim semi mungkin tidak lagi dilindungi secara imunologis sekarang di Desember. Memang masuk akal bahwa seseorang dengan infeksi COVID-19 kemungkinan kebal setidaknya selama 3 hingga 4 bulan, tetapi para ahli belum memiliki data yang pasti untuk mendukung ini.

Vaksinasi dapat Meningkatkan Kekebalan

Mendapatkan vaksinasi dapat membantu memperkuat kekebalan terhadap COVID-19. Dalam uji klinis yang sedang berlangsung, Pfizer dan BioNTech telah mempelajari vaksin mereka pada orang dengan dan tanpa riwayat terpapar virus. Penelitian mereka hingga saat ini menemukan bahwa vaksin tersebut 95 persen efektif mencegah COVID-19.

Temuan mereka menunjukkan bahwa vaksin bisa membantu mencegah infeksi ulang pada orang yang telah terpapar virus, serta menurunkan risiko infeksi pada orang yang tidak memiliki riwayat pajanan.

Dr. Miriam Smith, kepala penyakit menular di Long Island Jewish Forest Hills in Queens menjelaskan bahwa data dari uji coba fase 2/3 untuk vaksin Pfizer-BioNTech, menunjukkan vaksin tersebut aman dan kemungkinan efektif pada orang dengan bukti infeksi SARS-CoV-2 sebelumnya. Vaksin harus ditawarkan kepada semua orang tanpa memandang riwayat infeksi gejala atau asimtomatik sebelumnya. 

Baca juga: Ini Alasan Harus Tetap Jaga Imun Meski Vaksin Corona Tersedia

Menimbang Manfaat dan Risikonya

Vaksin Sinovac (CoronaVac), yang saat ini digunakan dalam program vaksinasi di Indonesia, memiliki beberapa risiko efek samping, seperti mual hingga lemas. Sama seperti vaksin Sinovac, Vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 juga membawa beberapa risiko efek samping. Meski begitu, efek samping yang ditunjukkan juga cenderung ringan dan hanya sebentar. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis risiko-manfaat saat hendak melakukan vaksinasi. 

Dalam kasus ini, risiko atau efek samping dari vaksin itu rendah, dan manfaat dari vaksin adalah membuatmu memiliki kekebalan yang panjang terhadap COVID. Dengan itu, para ahli menganjurkan agar masyarakat mendapatkan vaksin, meskipun mereka sudah pernah terpapar dan terinfeksi COVID.

Sejauh ini, efek samping yang dilaporkan sering dialami oleh penerima vaksin Sinovac adalah mual, kesemutan, kesulitan bernapas, lemas, dan jantung berdebar. Meski begitu, efek samping tersebut dapat dihilangkan dalam waktu singkat dengan atau tanpa pengobatan, serta beberapa orang lainnya memerlukan observasi lebih lanjut.

Beberapa kelompok orang juga mungkin menghadapi risiko reaksi merugikan yang lebih tinggi daripada yang lain. Misalnya, jika kamu memiliki riwayat reaksi alergi yang parah terhadap salah satu bahan yang terkandung dalam vaksin, kamu dianjurkan untuk tidak menerimanya.

Baca juga: Menolak Vaksinasi Corona, Apa Efeknya pada Tubuh dan Lingkungan?

Itulah alasan pentingnya vaksinasi meski kamu sudah pernah terinfeksi COVID-19. Sementara untuk kamu yang belum terinfeksi, tetap jaga kesehatan dan kebersihan diri dengan menerapkan physical distancing, memakai masker, dan rutin mencuci tangan dengan sabun. Jika kamu merasa ada gejala yang mirip dengan COVID-19, jangan ragu untuk mendiskusikannya terlebih dahulu dengan dokter di Halodoc. Dokter akan memberikan saran kesehatan yang tepat atau menganjurkan untuk melakukan tes COVID-19 untuk memastikan penyebab gejala yang kamu miliki.

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2020. Even if You’ve Had COVID-19 You Still Need the Vaccine.
Huff Post. Diakses pada 2020. You Need The Coronavirus Vaccine If You Already Had COVID-19?