Vaksin Bisa Menyebabkan Bayi Autis, Mitos atau Fakta?
Halodoc, Jakarta - Vaksin sejatinya bertujuan untuk mencegah atau membuat tubuh kebal terhadap suatu penyakit. Namun, apa kamu pernah mendengar desas-desus mengenai vaksinasi yang bisa menyebabkan autis? Hmmm, bikin khawatir, kan?
Kabar angin ini sebenarnya sudah beredar sejak lama. Bahkan, hingga kini sebagian orang, khususnya orangtua yang baru memiliki anak mempercayai hal tersebut.
Lantas, benarkah fakta medisnya berkata seperti itu? Ataukah ini hanya sekadar mitos belaka? Nah, agar tak ikut tersesat, simak penjelasan seputar vaksin dan efek samping yang bisa menyertainya.
Baca juga: Penting, Ketahui Perbedaan Vaksin Polio Tetes dan Vaksin Polio Injeksi
1. Vaksin BCG
Gunanya vaksin BCG untuk bayi adalah mencegah terserang penyakit tuberculosis atau yang dikenal dengan nama TBC. Pemberian vaksin BCG hanya satu kali, ketika anak baru dilahirkan sampai ia berusia dua bulan. Efek samping vaksin ini bisa menimbulkan bekas luka pada bekas suntikan. Biasanya muncul selama 2-6 minggu setelah suntik BCG.
2. Vaksin Hepatitis B
Vaksin hepatitis B diberikan setelah pemberian vitamin K setelah lahir. Vaksin ini mampu mencegah terjadinya hepatitis B. Pemberian vaksin hepatitis B bisa kembali dilakukan saat Si Kecil berusia satu bulan dan di kisaran usia 3-6 bulan. Biasanya efek samping vaksin hepatitis B berupa gatal-gatal, pembengkakan pada wajah, atau kulit kemerahan.
3. Vaksin DTP
Vaksin DTP adalah jenis vaksin gabungan untuk mencegah penyakit difteri, tetanus, dan pertusis atau batuk rejan. Vaksin DTP diberikan dengan ketentuan sebanyak lima kali. Pemberiannya di usia dua bulan, empat bulan, enam bulan, satu setengah tahun, dan lima tahun. Efek samping dari vaksin DTP bisa berupa demam, rasa nyeri, radang, dan mual.
Baca Juga: Hindari Tertular Campak dengan Vaksin
4. Vaksin Polio
Vaksin polio oral (OPV-0) biasanya diberikan saat bayi baru lahir. atau saat bayi berusia dua, empat, serta enam bulan. Vaksin ini bisa diberikan lagi saat anak berusia satu setengah tahun dan terakhir di usia lima tahun.
Vaksin polio bisa diberikan dalam bentuk OPV melalui mulut atau IPV yang diberikan dengan cara disuntikkan dalam otot. Efek samping vaksin ini bisa menimbulkan demam dan kehilangan nafsu makan.
Kembali ke pertanyaan awal, benarkah vaksin bisa memicu autisme pada anak?
Hoaks atau Hasil Riset?
Pernah mendengar selentingan kalau vaksin bisa menyebabkan autisme? Kalau pernah, percayakah pada hal tersebut? Kilas balik pada tahun 2000. Saat itu, campak telah dieliminasi di Amerika Serikat (AS).
Namun, orang yang tidak divaksinasi dan bepergian ke negara lain (yang banyak terdapat kasus campak), kembali ke AS dengan virus ini. Hal ini yang menyebabkan wabah campak kembali muncul.
Sayangnya, beberapa orangtua di AS, tidak membiarkan anak-anak mereka divaksinasi. Alasannya, kekhawatiran yang tidak berdasar pada vaksin MMR yang melindungi tubuh dari campak, gondong, dan rubella. Katanya vaksin ini bisa menyebabkan autisme pada anak. Namun, benarkah fakta medisnya seperti itu?
Baca juga: Usia Berapa Sebaiknya Anak Mulai Imunisasi?
Ternyata, menurut ahli dalam National Institutes of Health (NIH), penelitian besar terhadap ribuan anak tidak menemukan hubungan antara vaksin apa pun dan autisme. Singkat kata, organisasi kesehatan utama di Amerika Serikat, Inggris, dan di tempat lainnya mengatakan, tidak ada hubungan antara vaksin MMR dan autisme.
Ahli di NIH juga mengatakan, penelitian pertama yang mengatakan vaksin dapat meningkatkan risiko autisme telah terbukti curang. Bahkan, dokter yang menulis studi tersebut dilarang melakukan praktik di negara asalnya, Inggris.
Hal ini juga pernah ditegaskan oleh Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dalam “Hoax Imunisasi Masih Beredar” di laman Sehat Negeriku (1 Mei 2019) milik Kementerian Kesehatan RI. Katanya, imunisasi bisa menyebabkan autis adalah hoaks.
Nah, yakin masih enggan memberikan vaksin pada Si Kecil? Jika ingin bertanya lebih lanjut tentang vaksin, segera bicarakan langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!