Vaksin Astrazeneca Bisa Turunkan Risiko Penularan COVID-19, Ini Faktanya
“Vaksin Astrazeneca perlu diberikan sebanyak dua kali agar bisa memberi perlindungan yang efektif terhadap virus corona. Namun, vaksin tersebut juga bisa membantu mengurangi risiko penularan COVID-19 pada orang lain. Orang yang sudah menerima vaksin Astrazeneca dan terkena virus corona memiliki risiko yang lebih rendah untuk menularkannya ke orang lain. Meskipun orang tersebut baru menerima satu dosis vaksin.”
Halodoc, Jakarta – Vaksin Astrazeneca menjadi salah satu vaksin COVID-19 yang diberikan pada masyarakat di Indonesia saat ini. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaksin yang dikembangkan oleh University of Oxford ini memiliki efektivitas hingga 63 persen dalam memberi perlindungan terhadap infeksi SARS-CoV-2 bergejala.
Vaksin Astrazeneca perlu diberikan sebanyak dua kali dengan jarak waktu 8-12 minggu. Namun, vaksin tersebut nampaknya tidak hanya melindungi dari virus corona, tapi juga bisa membantu mengurangi risiko penularan COVID-19 pada orang lain.
Menurut hasil riset terbaru di Inggris, orang yang sudah menerima vaksin Astrazeneca, tapi terkena COVID-19, memiliki risiko 40-50 persen lebih rendah untuk menularkan virus ke seisi rumah. Meskipun orang tersebut baru menerima satu dosis vaksin Astrazeneca. Dengan catatan, vaksinasi dilakukan setidaknya 21 hari sebelum orang tersebut terkonfirmasi positif COVID-19. Berikut ulasannya.
Baca juga: Vaksin AstraZeneca Aman, Ketahui Syarat Ini
Efektivitas Vaksin Astrazeneca Mengurangi Penularan COVID-19
Dikutip dari The New England Journal of Medicine, penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menyelidiki apakah vaksinasi bisa mengurangi penularan virus corona di rumah tangga.
Ross J Harris PhD dari Public Health England, London, Inggris mengungkapkan bahwa penelitian dilakukan dengan menganalisis data Household Transmission Evaluation Dataset (HOSTED).
Data tersebut berisikan informasi tentang semua kasus COVID-19 yang dikonfirmasi laboratorium di Inggris, termasuk data alamat orang-orang tersebut. Lalu, menautkannya ke data yang berisikan semua orang yang sudah menerima vaksinasi COVID-19 di Inggris.
Peneliti lalu membandingkan risiko infeksi sekunder di antara kontak rumah tangga yang tidak divaksinasi dari orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 yang sudah menerima setidaknya satu dosis vaksin ChAdOx1 nCoV-19 (Oxford–AstraZeneca) atau BNT162b2 (Pfizer–BioNTech) selama 21 hari atau lebih sebelum tes COVID-19 dilakukan, dengan yang tidak divaksinasi pada infeksi COVID-19.
Peneliti menganalisis dengan model regresi logistik dengan penyesuaian untuk usia dan jenis kelamin orang dengan kasus indeks COVID-19 (pasien indeks) dan kontak rumah tangga, wilayah geografis, minggu kalender kasus indeks, deprivasi (skor gabungan dari dan faktor lainnya), dan jenis dan ukuran rumah tangga. Mereka juga mempertimbangkan waktu efek di antara pengidap yang sudah divaksinasi setiap saat hingga tanggal tes positif.
Penularan di Rumah Tangga Orang yang Sudah Divaksinasi Lebih Rendah
Antara 4 Januari dan 28 Februari 2021, ada 960.765 kontak rumah tangga pasien indeks yang tidak divaksinasi, dan ada 96.898 kasus sekunder COVID-19 atau sebesar 10,1 persen.
Secara keseluruhan, kemungkinan penularan di rumah tangga sekitar 40 hingga 50 persen lebih rendah di rumah tangga pasien indeks yang telah divaksinasi 21 hari atau lebih sebelum dites positif daripada di rumah tangga pasien indeks yang tidak divaksinasi. Temuan serupa untuk kedua vaksin.
Sebagian besar pasien indeks yang divaksinasi dalam kumpulan data peneliti, yaitu sebanyak 93 persen, hanya menerima dosis pertama vaksin. Penilaian risiko infeksi di antara kontak serumah menurut waktu vaksinasi pasien indeks menunjukkan efek perlindungan ketika vaksin telah diberikan setidaknya 14 hari sebelum tes positif.
Baca juga: Virus Corona Varian Delta Lebih Menular, Ini Cara Mencegahnya
Kekurangan Penelitian
Namun, Ross mengungkapkan bahwa HOSTED tidak menyertakan data tentang gejala atau nilai ambang dan hanya memiliki informasi tentang kasus yang didiagnosis.
Di antara pasien indeks, mereka yang sudah divaksinasi cenderung tidak menunjukkan gejala yang parah dan mungkin kurang menular dibandingkan mereka yang tidak divaksinasi.
Studi yang melibatkan tindak lanjut aktif dari kontak dan yang menggunakan tes serologis sudah menunjukkan tingkat penularan rumah tangga yang lebih tinggi daripada yang diamati dalam penelitian ini. Bias bisa terjadi jika penentuan kasus berbeda antara kontak rumah tangga orang yang divaksinasi dan orang yang tidak divaksinasi.
“Temuan kami sehubungan dengan waktu vaksinasi pasien indeks konsisten dengan data sebelumnya mengenai waktu perlindungan individu setelah vaksinasi. Dengan demikian, hal itu mendukung temuan keseluruhan,” tulis peneliti.
Peneliti lebih lanjut mengatakan bahwa mungkin ada kesalahan dalam pengelompokan indeks dan kasus sekunder yang ditentukan berdasarkan tanggal pengujian. Namun, kesalahan seperti itu bisa melemahkan perkiraan efek perlindungan dari vaksinasi.
Oleh karena itu, peneliti mengungkapkan bahwa data diperlukan untuk menginformasikan pengurangan penularan virus setelah menerima dua dosis vaksin. Penting mempertimbangkan temuan ini bersama dengan bukti lain yang muncul untuk menginformasikan manfaat vaksinasi.
Baca juga: Ketahui Efektivitas Vaksin COVID-19 dari Varian Alpha hingga Delta
Itulah penjelasan mengenai fakta vaksin Astrazeneca yang terbukti tidak hanya memberi perlindungan terhadap virus corona, tapi juga mengurangi risiko penularan virus kepada orang lain.
Bila kamu baru saja menerima vaksin Astrazeneca dan mengalami efek samping, kamu bisa beli obat untuk mengatasinya melalui aplikasi Halodoc. Tidak perlu keluar rumah, tinggal order lewat aplikasi dan pesananmu akan diantar dalam waktu satu jam. Yuk, download aplikasinya sekarang juga di App Store dan Google Play.