Update Corona: Plasma Darah Sudah Diuji di RSPAD
Halodoc, Jakarta – Plasma darah pasien yang sembuh dari corona disinyalir bisa digunakan sebagai obat untuk mereka yang terinfeksi Covid-19. Dilansir dari liputan6.com, penelitian mengenai plasma darah sudah diuji coba di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Soebroto Jakarta.
Sejauh ini hasilnya cukup efektif, tetapi masih memerlukan riset berskala besar di mana plasma darah dapat meningkatkan pembentukan antibodi. Sejauh ini negara-negara yang menggunakan plasma darah untuk mengobati corona adalah Indonesia, China, India, Amerika Serikat, Italia, dan Iran. Selengkapnya mengenai plasma darah dan corona bisa dibaca di bawah ini!
Pasien Sembuh dari Corona
Terapi plasma menggunakan darah yang disumbangkan oleh pasien yang pulih untuk memperkenalkan antibodi pada mereka yang sedang dirawat (masih sakit). Konsep terapi plasma darah ini didasarkan pada premis bahwa darah pasien yang telah pulih dari Covid-19 mengandung antibodi dengan kemampuan spesifik melawan virus corona.
Penjelasannya adalah antibodi pasien yang pulih setelah dimasukkan ke dalam tubuh seseorang yang sedang dalam perawatan, akan mulai menargetkan dan melawan virus corona pada pasien yang sedang sakit.
Baca juga: Perkembangan Pandemi Corona di Indonesia Membaik
Namun, tidak semua pasien yang sembuh yang bisa digunakan plasma darahnya. Darah yang akan disumbangkan diperiksa terlebih dahulu untuk kemudian diperiksa keberadaan agen penyebab penyakit lainnya, seperti Hepatitis B, Hepatitis C, HIV, dan lain-lain.
Jika dianggap aman, darah kemudian diambil melalui proses ekstraksi “plasma”, yaitu bagian cair dari darah yang mengandung antibodi. Plasma yang kaya antibodi setelah diekstraksi, kemudian dimasukkan ke dalam tubuh pasien yang sedang dirawat.
Ahli imunologi Universitas John Hopkins Arturo Casadevall mengatakan, konsep plasma darah ini sederhana. Pasien yang sembuh dari penyakit menular seringkali menghasilkan antibodi yang dapat melindungi dari serangan infeksi tersebut ke depannya. Kekebalan inilah yang dapat ditransfer dengan memberikan serum kepada mereka yang berisiko terinfeksi.
Risiko Terapi Plasma Darah
Selain berbicara tentang keberhasilan terapi plasma darah ini, studi oleh ahli imunologi John Hopkins menyatakan beberapa risiko yang terkait dengan pengobatan ini adalah:
Baca juga: Terapi Plasma Darah Siap Diluncurkan Tiga Minggu Lagi
- Transfer infeksi
Ketika transfusi darah terjadi, ada risiko infeksi yang tidak disengaja dapat ditransfer ke pasien.
- Peningkatan infeksi
Terapi ini mungkin gagal untuk beberapa pasien yang dapat mengakibatkan peningkatan bentuk infeksi.
- Efek pada sistem kekebalan
Pemberian antibodi mungkin pada akhirnya menekan respon imun alami tubuh, membuat pasien Covid-19 rentan terhadap infeksi ulang berikutnya.
Sebenarnya ini bukan pertama kali terapi plasma darah dipertimbangkan sebagai pengobatan untuk infeksi virus. Pada tahun 2014, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan penggunaan terapi plasma darah untuk mengobati pasien dengan plasma yang kaya antibodi dari mereka yang telah pulih dari penyakit virus Ebola.
Kemudian, digunakan juga untuk pengobatan orang yang terinfeksi sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), yang juga disebabkan oleh virus corona. Dan selama pandemi virus influenza H1N1 1918 (flu Spanyol), terapi ini digunakan secara eksperimental. Pada tahun 2009, terapi plasma darah juga digunakan sebagai pengobatan selama infeksi H1N1.
Butuh informasi lebih detail mengenai terapi plasma darah, bisa ditanyakan langsung di aplikasi Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Chat with a doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat, kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah.