Tubuh Sering Gemetar, Mungkin Pertanda Penyakit Serius
Halodoc, Jakarta - Jika sedang gugup atau kedinginan, tubuh gemetar mungkin adalah hal yang wajar. Namun, jika tubuh sering gemetar tanpa sebab yang jelas, sepertinya kamu perlu waspada. Dalam medis, kondisi ini disebut sebagai dystonia, yaitu gangguan pergerakan otot, yang ditandai dengan berkontraksinya otot secara berulang tanpa disadari. Kondisi ini dapat terjadi pada salah satu, beberapa, maupun seluruh tubuh.
Secara umum, dystonia diduga terjadi karena adanya perubahan komunikasi antara sel saraf pada beberapa bagian otak. Lalu, apakah tubuh sering gemetar karena dystonia ini adalah tanda penyakit serius? Bisa jadi, karena kondisi tubuh sering gemetar atau dystonia ini dapat muncul sebagai gejala dari berbagai penyakit lain, seperti:
- Penyakit Parkinson.
- Penyakit Huntington.
- Penyakit Wilson.
- Cedera otak traumatik.
- Stroke.
- Tumor otak.
- Kekurangan oksigen atau keracunan karbon monoksida.
- Infeksi, seperti tuberkulosis atau ensefalitis.
- Reaksi terhadap pengobatan tertentu.
Untuk mengetahui lebih pasti dan jelas tentang penyebab dari tubuh sering gemetar yang kamu alami, pemeriksaan medis lebih lanjut diperlukan. Kamu bisa berkonsultasi pada dokter di aplikasi Halodoc, atau buat janji dengan dokter di rumah sakit, untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Baca juga: Inilah 9 Jenis Dystonia yang Perlu Diwaspadai
Gejala Dapat Berkembang Menjadi Parah
Gejala yang dapat terjadi jika seseorang mengidap dystonia adalah tubuh sering gemetar akibat kontraksi otot yang tidak disengaja. Kondisi ini dapat terjadi pada bagian otot mana pun, seperti kepala, wajah, dan tubuh. Meski gemetar yang dialami awalnya ringan, gejala dapat berkembang dan menjadi semakin parah seiring berjalannya waktu. Perkembangan keparahan penyakit biasanya memerlukan waktu beberapa bulan hingga tahun.
Area otot yang paling sering mengalami gangguan adalah otot leher. Pada beberapa kasus, leher dapat mengalami kejang, bahkan bergerak-gerak ke samping atau dalam gerakan menyentak berulang kali. Jika dystonia telah berkembang menjadi lebih parah, atau pada tingkat tertinggi, gangguan otot ini dapat memengaruhi area lain, seperti bahu, lengan, dan kaki.
Parahnya lagi, dystonia juga dapat memengaruhi otot wajah, sehingga membuat kelopak mata tertutup sepenuhnya dan terjadi kebutaan fungsional. Selain itu, gangguan otot ini dapat memengaruhi pita suara dan menyebabkan seseorang berbicara terlalu pelan, tetapi dalam kondisi yang tegang.
Baca juga: Tangan Bergetar? Cari Tahu Penyebabnya
Sayangnya, kebanyakan orang tidak menyadari atau cenderung mengabaikan serangan dystonia ketika gejalanya masih ringan. Padahal, agar tidak menimbulkan masalah seperti kebutaan fungsional, cacat fisik, gangguan bicara dan nyeri, sebaiknya gejala awal tidak diabaikan.
Bagaimana Pengobatan untuk Dystonia?
Perlu diketahui bahwa tubuh sering gemetar akibat dystonia adalah kondisi yang tidak bisa disembuhkan. Berbagai pertolongan medis yang diberikan hanya dapat mengurangi gejala dan tingkat keparahannya. Berikut beberapa pengobatan medis untuk meringankan gejala dystonia:
1. Suntikan Botox (Botulinum Toxin)
Botulinum toxin, yang digunakan dalam suntikan botox, berfungsi untuk menghambat senyawa penyebab kekakuan otot, sehingga tidak mencapai target otot sasaran. Suntikan ini biasanya dilakukan langsung pada area yang terkena. Pengobatan dengan suntikan botox ini umumnya bertahan selama dua hingga tiga bulan sebelum dilakukan suntikan ulang.
2. Obat-Obatan
Obat-obatan yang diberikan untuk meredakan gejala dystonia berfungsi untuk menghambat sinyal-sinyal di otak dalam merangsang kekakuan otot. Jenis obat yang biasa diberikan adalah levodopa (untuk mengontrol gerakan motorik dan bisa diberikan pada pengidap penyakit Parkinson), obat antikolinergik (untuk menghambat kimia asetilkolin penyebab kejang otot), baclofen (untuk mengontrol kejang dan bisa diberikan pada pengidap lumpuh otak atau sklerosis ganda), diazepam (untuk menimbulkan efek relaksasi), tetrabenazine (untuk menghambat dopamin), dan clonazepam (untuk mengurangi gejala pergerakan otot yang berlebihan).
Baca juga: Bergerak-Gerak Secara Spontan, Kenali Tanda Sindrom Tourette
3. Fisioterapi
Selain suntikan dan obat, dokter mungkin juga akan menyarankan untuk melakukan terapi seperti fisioterapi, pijat, atau peregangan otot untuk meredakan nyeri otot. Dokter juga akan menyarankan untuk terapi bicara, terapi sensori untuk mengurangi kontraksi otot, hingga latihan pernapasan dan yoga.
4. Operasi
Metode ini digunakan jika cara pengobatan lain tidak membuahkan hasil. Operasi yang dilakukan adalah operasi stimulasi otak dalam dan operasi denervasi selektif. Dalam operasi stimulasi otak, dokter akan menanamkan elektroda atau baterai pada otak dan menggabungkannya dengan listrik dalam tubuh untuk menghambat gejala dystonia. Sementara itu, dalam operasi denervasi selektif, dokter akan memotong saraf penyebab kejang otot untuk menghentikan gejala secara permanen.
Referensi:
National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Diakses pada 2020. Dystonias Fact Sheet.
American Association of Neurological Surgeon. Diakses pada 2020. Dystonia.
WebMD. Diakses pada 2020. Dystonia: Causes, Types, Symptoms, and Treatments.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan