Tes Widal Bisa Deteksi Malaria? Cek Faktanya
“Kesalahan pembacaan tes widal bisa mengindikasikan malaria. Ini karena, tes widal mampu mendeteksi antigen lain selain bakteri penyebab tipes.”
Halodoc, Jakarta – Tes widal adalah prosedur pemeriksaan yang sering digunakan untuk mendiagnosis penyakit tipes atau demam tifoid. Caranya dengan mengambil sampel darah seseorang yang diduga mengidap tipes. Nantinya, sampel darah dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.
Tes ini menggunakan prinsip reaksi antigen-antibodi. Ketika antigen yang dianggap sebagai benda asing ditemukan, antibodi akan bereaksi dengan menghasilkan penggumpalan (aglutinasi). Melalui proses ini, tes widal dianggap bisa mendeteksi penyakit lain selain tipes, contohnya malaria.
Benarkah Tes Widal Mampu Mendeteksi Malaria?
Meski lebih umum untuk mendeteksi bakteri penyebab tipes, kesalahan pembacaan tes widal juga bisa mengindikasikan penyakit lain, salah satunya malaria. Pasalnya, satu kali pembacaan tes belum cukup mendiagnosis tipes pada pasien.
Ini karena, hasil tes dapat bertumpang tindih dengan kondisi lain sehingga menunjukan hasil positif palsu atau negatif palsu. Hasil positif palsu bisa disebabkan oleh vaksinasi atau infeksi lain, termasuk infeksi akibat penyakit malaria.
Namun, hal ini amat jarang terjadi karena tes widal tidak ditujukan khusus untuk mendeteksi malaria. Dokter umumnya menggunakan rapid diagnosis test (RDT) untuk mendiagnosis malaria.
Gejala Malaria yang Penting Diketahui
Beberapa gejala khas dari malaria adalah menggigil dan banyak berkeringat. Gejala lain yang patut diwaspadai, yaitu:
1. Demam periodik
Gejala ini timbul akibat virus mengeluarkan berbagai antigen atau zat asing. Intensitasnya bisa berbeda-beda, tergantung jenis virus yang menginfeksi. Contohnya:
- P. falciparum (demam hampir setiap hari)
- P. vivax/ovale (demam setiap 3 hari)
- P. malariae (demam setiap 4 hari)
2. Anemia
Gejala ini timbul akibat pecahnya eritrosit yang telah terinfeksi. Eritrosit sendiri merupakan sel darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.
3. Gejala sistemik
Setiap pasien dapat mengalami gejala sistemik yang berbeda-beda. Misalnya, sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, berkeringat dan kedinginan. Pengidap malaria juga dapat mengalami kebingungan, kelelahan, sakit perut, diare, kehilangan selera makan, nyeri otot sampai kesulitan bernapas.
Cara Mencegah Penularan Malaria
Penyakit ini lebih rentan menimpa orang-orang yang tinggal di iklim tropis dan sub tropis. Lakukan tips di bawah ini untuk mencegah penularan malaria:
1. Gunakan losion anti nyamuk
Jangan lupa gunakan losion anti nyamuk saat bepergian ke luar rumah, terutama saat berkebun. Pasalnya, nyamuk ini suka berkembang biak di kebun, selokan atau penampungan air yang kotor.
2. Buang barang-barang bekas
Barang bekas juga bisa menjadi sarana nyamuk untuk bertelur. Buang pot yang sudah tidak dipakai, ban bekas atau barang-barang lain yang sekiranya dapat menampung air.
3. Batasi aktivitas di luar ruangan
Kurangi aktifitas di sore dan pagi hari, yaitu saat nyamuk lebih aktif. Jika harus ke luar rumah, kenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh. Misalnya menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang. Jangan lupa menggunakan losion untuk mencegah gigitan nyamuk.
Ketahuilah bahwa tidak ada tindakan pencegahan yang 100 persen efektif. Oleh sebab itu, cari perhatian medis segera jika kamu terserang demam saat bepergian atau setelah malaria sedang marak terjadi.
Punya keluhan kesehatan? Segera periksakan diri ke dokter untuk mendapat diagnosis yang tepat. Segera lakukan pemeriksaan melalui aplikasi Halodoc supaya lebih mudah dan praktis. Jangan tunda untuk memeriksakan diri sebelum kondisinya semakin memburuk.