Tenang, Anak OCD Bisa Bersosialisasi dengan Cara Ini
Halodoc, Jakarta - Tidak sedikit orangtua yang belum mengetahui dengan pasti apa itu Obsessive Compulsive Disorder atau disapa OCD. Gangguan ini termasuk ke dalam masalah kejiwaan, ketika seseorang memiliki ketakutan atau kecemasan yang tidak bisa diterima oleh akal sehat yang diatasi dengan melakukan aktivitas “ritual”. Kecemasan yang sering mengganggu ini disebut obsesi, sementara gerakan antisipasinya disebut kompulsi.
Selama pertumbuhan dan perkembangan normal anak dan remaja, kebiasaan dan pikiran obsesif biasanya terjadi dengan tujuan dan fokus berdasarkan usia. Kebiasaan ini, seperti misalnya mengumpulkan mainan atau hobi tertentu untuk remaja, bisa membantu mereka untuk bersosialisasi dan belajar untuk mengatasi rasa cemas berlebih. Pada kasus anak OCD, pikiran obsesif ini hadir dalam frekuensi yang teramat sering dan intens, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Lalu, Bagaimana Anak OCD Bersosialisasi dengan Lingkungan Sekitarnya?
Pada dasarnya, kecemasan yang berlebihan membuat anak selalu melakukan yang diyakini mampu membuatnya lebih tenang. Jika tidak segera dihentikan, hal ini membuatnya sulit untuk bersosialisasi karena ia terlampau cemas akan kondisi lingkungan sekitarnya. Lalu, bagaimana cara anak OCD bersosialisasi?
Baca juga: 3 Ciri Obsessive Compulsive Disorder, Jadi Salah Satunya?
Tentu saja dengan pendampingan dari orangtua. Peran dan dukungan dari orangtua menjadi faktor yang penting untuk mengatasi gangguan OCD pada anak. Setiap kali Si Kecil hendak melakukan hal yang sama berulang kali, ibu atau ayah bisa membantu menjelaskan padanya bahwa hal yang dikhawatirkan sebenarnya tidak terjadi. Misalnya, anak terlalu khawatir tangannya masih dalam keadaan kotor, sehingga ia kembali mencucinya lagi dan lagi. Nah, ibu atau ayah bisa memberitahukan padanya bahwa sebenarnya tangannya telah bersih dari kuman dan kotoran setelah ia mencucinya pertama kali.
Pengobatan Mungkin Diperlukan
Jika ibu khawatir terhadap kondisi anak OCD, tidak ada salahnya untuk melakukan terapi untuk mengatasi gangguan psikis yang sedang dialaminya. Namun, ibu tidak boleh lupa, ibu dan ayah harus tetap mendampinginya setiap saat ia menjalani proses terapinya. Ini bisa membantu mengurangi rasa takut, kecemasan, sekaligus kepercayaan dirinya. Bisa juga anak diberikan obat anticemas dan antidepresan.
Baca juga: Kenali 4 Gejala yang Dialami Pengidap OCD
Biasanya, terapi yang banyak dipilih untuk mengobati OCD pada anak adalah terapi Exposure and Response Prevention atau ERP. Ibu bisa mencobanya untuk mengobati OCD yang dialami sang buah hati. Terapi ini mengutamakan situasi atau kondisi yang menjadi penyebab atau pemicu utama mengapa anak mengalami OCD. Melalui cara ini, anak akan diajak untuk perlahan mengatasi hal apa yang membuatnya merasa cemas berkepanjangan.
Anak harus melalui terapi ini tanpa melakukan tindakan kompulsif seperti yang biasa ia lakukan ketika mengalami kecemasan berlebihan untuk mulai mengurangi apa yang ia cemaskan secara perlahan. Memang mungkin terdengar menakutkan bagi anak, tetapi terapi ini cukup membantu mengurangi gejalanya.
Baca juga: Benarkah Trikotilomania Berkaitan dengan OCD?
Biasanya, tingkatan dan frekuensi anak dalam melakukan tindakan kompulsif bisa berkurang seiring dengan rutinnya ia melakukan terapi. Setelah berhasil melalui tahapan yang ringan, ia mungkin akan diajak untuk mulai mengatasi cemas yang tingkatannya lebih berat. Setelah sepenuhnya sembuh, ia pun bisa lebih baik dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Jadi, jangan takut jika anak OCD tidak mampu bersosialisasi. Ibu hanya butuh kesabaran dan pendampingan yang intim agar Si Kecil bisa lebih mampu untuk mengatasi apa yang menjadi kecemasannya. Tanyakan langsung pada dokter jika ibu membutuhkan saran tentang Si Kecil. Download dan pakai aplikasi Halodoc untuk memudahkan ibu bertanya jawab. Atau, gunakan juga Halodoc untuk beli obat maupun cek lab.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan