Tantangan Menjadi Single Mother dan Solusinya

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   19 April 2018
Tantangan Menjadi Single Mother dan SolusinyaTantangan Menjadi Single Mother dan Solusinya

Halodoc, Jakarta – Menurut data yang dihimpun oleh German Socio-economic Panel Study, lebih dari 80 persen orangtua tunggal di Amerika Serikat berstatus single mother. Penelitian lebih lanjut juga memaparkan bahwasanya lebih banyak tantangan menjadi single mother ketimbang single father. Tidak hanya finansial saja yang menjadi persoalan tetapi juga stigma sosial mengenai wanita yang yang hidup sendiri dengan anak.

Menjadi single mother punya tantangan emosi sekaligus sosial. Berikut adalah beberapa tantangan menjadi single mother dan tips menjadi single mother yang tangguh.

  1. Tidak Punya Pasangan untuk Berbagi Perkembangan Anak

Salah satu tantangan utama menjadi single mother adalah tidak punya pasangan untuk berbagi perkembangan anak. Ini menjadi problem yang paling berat. Di mana-mana orangtua selalu mendiskusikan soal pendidikan yang terbaik untuk anak ataupun solusi paling pas untuk masalah perkembangan anak. Sebagai single mother, ibu harus memutuskan sendiri segala sesuatunya.

Tapi sebenarnya saran ataupun solusi tidak hanya datang dari pasangan saja. Ibu bisa menemukan saran-saran lain dari orangtua, teman yang juga memiliki anak, atau bergabung dengan komunitas single mother.

Kalau ibu ingin tahu lebih banyak mengenai persoalan tumbuh-kembang anak, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untuk ibu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor orangtua bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

  1. Persoalan Finansial

Menjadi single mother yang ditinggalkan pasangan membuat ibu harus menanggung beban finansial. Satu-satunya solusi adalah ibu harus bekerja dan mengatur waktu untuk menjaga anak. Ibu bisa mempekerjakan babysitter, atau kalau memang dana terbatas, jangan sungkan untuk meminta bantuan kepada saudara untuk menjaga anak selama ibu bekerja. (Baca juga: Anak Mengalami Cyber Bullying? Orangtua Harus Apa?)

  1. Pertanyaan Anak Mengenai Ayahnya

Tentunya ini menjadi salah satu beban seorang single mother, menjelaskan pertanyaan-pertanyaan dari anak yang sulit untuk dijawab jujur. Pertanyaan ini mungkin muncul ketika anak melihat teman-temannya dijemput oleh ayahnya, sedangkan ia sendiri tidak mengalami hal yang sama. Apalagi ketika anak membutuhkan sosok ayah untuk diajaknya bermain, bercerita, berbagi pengalaman di sekolah.

Pastinya sulit bagi ibu untuk menghadapi situasi ini. Karena ibu seolah dipaksa berperan sebagai ayah juga. Kesabaran dan rasa kasih sayang akan memberikan kekuatan kepada ibu untuk mengambil dua peran ini. Di masa-masa awal memang sulit, tapi lama-kelamaan ibu akan terbiasa memegang dua “profesi” ini sekaligus

  1. Kerinduan dan Merasa Tersaingi Ketika Anak Sedang Berada di Keluarga Ayahnya

Tidak bisa dibohongi ketika mantan pasangan sudah memiliki keluarga baru, mau tak mau anak akan berkenalan dengan keluarga baru tersebut. Wajar jika muncul perasaan tersaingi atau juga kangen ketika anak tidak berada di sisi ibu. Mungkin juga muncul kekhawatiran kalau anak merasa lebih nyaman di lingkungan baru ketimbang bersama dengan ibu.

Menghilangkan kekhawatiran terhadap hal-hal yang seperti itu memang rasanya susah. Namun, pada akhirnya ibu harus siap menerima perubahan pada anak. Saat mengasuh dan mengarahkan anak, ibu tetap harus membebaskan anak untuk memilih hal-hal yang membuatnya bahagia.

  1. Kurang Merawat Penampilan

Kesibukan bisa membuat single mother melupakan perawatan diri. Tak hanya lupa menjaga penampilan, malahan stres dan kurangnya perhatian pada diri sendiri bisa saja terjadi. Untuk single mother yang punya kesibukan, jangan lupa untuk menjaga “kewarasan” ibu dengan mengambil me time. Bisa dengan salon, menonton di bioskop, atau kegiatan apa pun yang ibu sukai.

Sebenarnya trik menjadi single mother akan ibu temukan sendiri seiring berjalannya waktu. Tidak ada pakem yang benar-benar cocok untuk setiap orang. Ibu perlu bersabar agar tetap kuat menghadapi tantangan yang ada.