Takut atau Fobia? Kenali Gejala Fobia Ini
Halodoc, Jakarta – Takut dan fobia merupakan 2 hal yang selama ini kerap disangka sama. Tak heran memang, karena takut dan fobia memang dipicu oleh hal yang sama, yaitu respon fight or flight pada amigdala (bagian otak yang berfungsi merespon insting), hanya saja cara kerjanya berbeda. Lalu, bagaimana gejala fobia yang membedakannya dengan rasa takut biasa?
Ketika merasakan ancaman, otak akan memerintahkan kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon adrenalin dalam jumlah banyak. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan fisik dan emosional, seperti jantung berdebar, mata membelalak, napas tersengal, dan keringat dingin. Namun, rasa takut biasanya hanya berlangsung sebentar dan akan reda ketika pemicunya menghilang.
Baca Juga: Ketakutan yang Berlebihan, Ini Fakta di Balik Fobia
Berbeda dengan rasa takut biasa, fobia merupakan reaksi berlebih dan tidak masuk akal yang muncul ketika seseorang dihadapkan pada sumber ketakutannya yang bisa berupa tempat, situasi, atau objek tertentu. Orang yang memiliki fobia akan mengalami berbagai gejala khusus, baik secara fisik maupun mental.
Secara fisik, orang yang memiliki fobia biasanya akan mengalami serangan panik yang ditunjukkan dengan berbagai gejala fisik, seperti:
- Mual.
- Gemetar.
- Berkeringat.
- Mulut kering.
- Merasa kebingungan.
- Sakit kepala dan pusing.
- Sesak atau sulit bernapas.
- Perasaan seperti tercekik.
- Mati rasa atau kesemutan.
- Detak jantung meningkat cepat.
- Muka memerah dan tubuh menjadi lebih dingin.
- Peningkatan tekanan darah.
Selain gejala fisik, pengidap fobia juga akan mengalami berbagai gejala yang terkait mental atau kejiwaan, seperti:
- Perasaan cemas dan takut yang tidak bisa dikendalikan.
- Muncul perasaan bahwa sumber ketakutan yang ada di hadapan harus dihindari dengan segala cara.
- Menyadari bahwa rasa takut yang sedang dialami tidak masuk akal dan berlebihan, tetapi tetap tidak bisa berbuat apa-apa.
Baca Juga: Ketahui Jenis Fobia, Penyebab Rasa Takut yang Berlebihan
Pada fobia, berbagai gejala tersebut dapat muncul hanya dengan memikirkan objek yang ditakuti. Perlu diketahui bahwa fobia merupakan masalah yang dapat merusak fisik maupun mental, yang dapat berkembang menjadi depresi, isolasi sosial, dan gangguan kecemasan.
Oleh karena itu, jika kamu memiliki ketakutan berlebihan akan sesuatu, jangan ragu untuk bicarakan dengan psikolog di aplikasi Halodoc. Ungkapkan semua gejala yang kamu alami dan rasakan, sehingga psikolog bisa menentukan langkah penanganan terbaik yang bisa dilakukan. Namun, jika ingin melakukan pemeriksaan langsung, kamu bisa buat janji dengan psikolog di rumah sakit, melalui aplikasi Halodoc.
Baca Juga: Teman Punya Fobia? Bantu dengan Cara-Cara Ini
Diagnosis dan Pengobatan untuk Mengatasi Fobia
Untuk memastikan diagnosis fobia, dokter biasanya akan melakukan wawancara medis seputar gejala yang dialami. Hasil wawancara ini nantinya akan dianalisis dan dilihat apakah mengarah pada kondisi fobia atau tidak. Wawancara tambahan seputar riwayat penyakit yang pernah dialami, kehidupan sosial, dan riwayat penggunaan obat-obatan juga kadang diperlukan.
Kemudian, setelah diagnosis ditentukan, dokter akan menyarankan beberapa metode pengobatan untuk mengatasi fobia, yaitu beberapa jenis terapi seperti:
- Psikoterapi CBT, untuk menghentikan kecemasan, ketakutan, sekaligus memperbaiki pola pikir.
- Obat-obatan, meliputi komplikasi antidepresan, beta-blocker, dan antikecemasan.
- Hipnoterapi.
- Neuro-Linguistic Programming (NLP).
Referensi:
NHS Choices UK. Diakses pada 2019. Phobia.
Medical News Today. Diakses pada 2019. Everything You Need to Know About Phobias.
Healthline. Diakses pada 2019. Phobias.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan