Tak Hanya Gatal, Dermatitis Atopik Berisiko Turunkan Kualitas Hidup Pengidapnya
“Dermatitis atopik dapat menurunkan kualitas hidup pengidapnya akibat gejala gatal, kering, dan kemerahan pada kulit. Pengidapnya akan mengalami ketidaknyamanan dan dampak sosial serta psikologis yang signifikan.”
Halodoc, Jakarta – Dermatitis atopik (eksim) adalah salah satu bentuk eksim yang paling umum dialami oleh anak-anak.1 Masalah kesehatan ini menyebabkan kulit menjadi gatal, kering, dan pecah-pecah.1,2
Dermatitis atopik biasanya bersifat jangka panjang (kronis).1 Meski begitu kondisi ini dapat membaik secara signifikan, atau bahkan hilang sama sekali seiring bertambahnya usia anak.1
Ketahui di bawah ini gejala dan tingkat keparahannya, serta cara tepat mengatasi gejala yang muncul!
Gejala Dermatitis Atopik dan Tingkat Keparahannya
Gejala dermatitis atopik dapat bervariasi pada masing-masing pengidap. Hal tersebut tergantung pada usianya, rutinitas perawatan kulit, jenis eksim, kondisi kesehatan, dan tingkat keparahannya.2
Meski memiliki gejala yang bervariatif, umumnya pengidapnya akan mengalami eksim atau rasa gatal di kulit yang berkisar dari ringan hingga parah.1,2 Mereka juga akan mengalami beberapa gejala berupa:1,2
- Kulit kering.
- Pembengkakan.
- Kulit meradang dan berubah warna.
- Kulit jadi mengeras dan kasar.
- kulit tebal, kasar, kasar
- Muncul bercak bersisik.
- Lepuhan di kulit.
Pada pemilik kulit terang, ruam akan tampak berwarna kemerahan.1 Sementara pada kulit gelap, lesinya akan tampak keunguan, abu-abu, atau kecoklatan yang disertai dengan bercak kering dan bersisik.1
Selain itu, lokasi munculnya ruam pun bergantung pada usia pengidapnya, contohnya:2
- Bayi. Bercak merah, kering, bersisik di wajah, terutama pipi dan tersebar di seluruh tubuh.
- Balita dan anak-anak. Ruam terlokalisasi pada lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, dan siku.
- Anak usia sekolah dan orang dewasa. Terjadi di lipatan persendian terlipat, terutama bagian belakang lutut dan siku bagian dalam.
Semua pengidap eksim akan mengalami disfungsi pada pelindung kulit, sehingga kulit rentan terhadap kerusakan.2 Masalah ini memiliki 3 tingkat keparahan, yaitu akut, subakut, dan kronis.2
1. Eksim akut
Ini adalah fase awal eksim, yang disebut dengan dermatitis atopik, di mana gejala pertama kali muncul.2 Kondisi ini dialami oleh 15–30% anak-anak di tahun pertama dan 2–10% orang dewasa.2 Di fase ini, pengidapnya akan mengalami ruam gatal.2
2. Eksim subakut
Fase ini terjadi antara eksim akut dan kronis, di mana kulit mengalami pengelupasan pecah-pecah.2 Rasa gatalnya mungkin saja berkurang, tetapi hal ini bukan menjadi pertanda kesembuhanan.2 Sebab, rasa gatalnya bisa menjadi akut atau berkembang menjadi kronis.2
3. Eksim kronis atau parah
Pada eksim kronis, rasa gatal bisa bertambah parah dan lesi bisa menyebar hingga menutupi area kulit yang lebih luas.2 Kulit akan mengalami penebalan dan retakan, lebih menonjol, serta hiperpigmentasi.2
Semakin berat tingkat keparahannya, semakin besar dampak dermatitis atopik pada kualitas hidup pengidapnya.3,4 Terkadang mereka dapat mengembangkan masalah fisik seperti infeksi kulit yang meluas, ataupun dampak psikologis seperti penurunan rasa percaya diri.1,3,4
Ketahui penjelasan lain terkait dengan dermatitis atopik dalam artikel ini: Mengenal Dermatitis Atopik, Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobatinya.
Dampak Dermatitis Atopik pada Aspek Kehidupan
Akibat rasa gatal dan gejala yang mengganggu penampilan kulit, pengidap dermatitis atopik bisa mengalami dampak berupa:
1. Kualitas tidur yang buruk
Menurut jurnal The Journal of Allergy and Clinical Immunology dalam studi berjudul Patient perspectives on the management of atopic dermatitis, rata-rata pengidap akan mengalami serangan dermatitis atopik sebanyak 67 malam per tahun.3
Studi di atas juga menyebutkan, pasien dengan penyakit parah mempunyai lebih banyak gangguan tidur malam akibat serangan gejala yang muncul.3 Jumlahnya setara dengan 162 malam per tahun.3
2. Penurunan produktivitas dan perubahan gaya hidup
Pengidap dermatitis atopik (DA) juga mengalami perubahan gaya hidup sehari-hari. Masih dari jurnal di atas, sebanyak 86% pengidapnya menghindari setidaknya satu aktivitas sehari-hari.3 Contohnya seperti mandi atau memakai baju yang mengekspos tangan dan kaki.3
Serangan DA juga berdampak negatif terhadap kinerja dan produktivitas tugas sekolah anak secara keseluruhan.3,4 Rata-rata anak dan orang dewasa mengambil 2.5 hari libur per tahun akibat serangan DA.3
Sementara pasien dengan kondisi yang lebih parah, mereka bisa mengambil hari libur lebih panjang, yaitu rata-rata 5.3 hari per tahun.3
3. Psikososial
Psikososial merujuk pada interaksi kompleks antara aspek-aspek psikologis dan sosial dalam kehidupan seseorang. Hal tersebut mencakup pengaruh pikiran, emosi, dan perilaku.
Pada pengidap dermatitis atopik, ada sebanyak 51% pasien yang mengalami penurunan kondisi psikis saat terjadi serangan DA.3 Kondisi ini mempengaruhi harga diri pasien, suasana hati, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk membangun serta mengelola hubungan.3
Rata-rata, 43% pasien sangat khawatir ketika menunjukkan dirinya di depan umum saat terjadi kekambuhan gejala.3 Hal ini secara signifikan lebih sering terjadi pada 53% pasien dewasa berusia di atas 18 tahun.3
Rasa gatal akibat dermatitis atopik adalah penyebab disease burden yang paling besar.5 Disease burden atau “beban penyakit” merujuk pada dampak suatu kondisi kesehatan tertentu pada populasi atau individu, baik dari segi kesehatan fisik maupun ekonomi.
Dalam jurnal terbitan Advances in Therapy dengan judul Psychosocial comorbidities and health status among adults with moderate-to-severe atopic dermatitis: A 2017 US National Health and Wellness Survey Analysis, ada sebanyak 56.6% pasien yang melaporkan kesulitan tidur, 70.7% mengalami depresi, dan 60.9% mengalami kecemasan akibat dermatitis atopik.4
Terapi untuk Mengobati Dermatitis Atopik
Cara utama mengatasi DA dengan menghindari alergen dan iritan yang bisa memicu kambuhnya eksim.1,2 Langkah perawatan bergantung pada jenis, tingkat keparahan, dan riwayat penyakit pengidapnya.2 Terapi yang tepat tidak hanya mampu mengatasi gejala DA, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup pengidapnya.1,2
1. Perawatan topikal
Contoh terapi topikal menggunakan:
- Steroid topikal untuk mengurangi peradangan akut.1,2
- Emolien, yang melembabkan dan menghidrasi kulit kering.1,2
- Obat antiinflamasi topikal.2
- Penghambat kalsineurin untuk menekan sistem kekebalan tubuh.1,2
2. Obat-obatan sistemik
Dengan menggunakan:
- Antibiotik, jika DA terjadi bersamaan dengan infeksi bakteri pada kulit.2
- Antihistamin untuk menekan rasa gatal akut.1,2
- Obat biologis, yang dapat mengurangi peradangan.2
- Obat imunosupresif seperti JAK inhibitor yang dapat menghentikan rasa gatal akibat eksim, bahkan terkadang dalam waktu beberapa hari.6
3. Terapi fisik
Di sini dokter akan menggunakan gelombang cahaya ultraviolet B dan psoralens UVA dalam terapi cahaya untuk merawat area yang terdampak.2 Perawatan ini hanya berlaku untuk pengidap eksim yang sudah mencapai tahap kronis.2
4. Pengobatan rumahan
Caranya dengan melembapkan kulit secara teratur menggunakan produk yang tidak mengiritasi dan bebas alergen serta parfum.2 Langkah ini dapat membantu menghidrasi kulit dan meringankan gejala pada fase akut.2
Pengidapnya juga bisa melakukan mandi oatmeal dengan air hangat, yang bertujuan untuk mengurangi rasa gatal.2 Jika perlu, konsumsilah probiotik untuk memelihara mikrobioma baik di permukaan kulit.2
5. Rutin melakukan pemeriksaan ke dokter
Rutin melakukan konsultasi ke dokter spesialis kulit bila gejala DA tak kunjung membaik. Tujuannya untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan mengetahui terapi terbaru untuk mengobati DA.
Referensi:
1. National Health Service UK. Atopic eczema. Diakses pada 2024.
2. Medical News Today. Acute eczema: What to know. Diakses pada 2024.
3. Zuberbier T, Orlow SJ, Paller AS, et al. Patient perspectives on the management of atopic dermatitis. J Allergy Clin Immunol. 2006;118(1):226-232. Diakses pada 2024.
4. Kwatra SG, Gruben D, Fung S, DiBonaventura M. Psychosocial Comorbidities and Health Status Among Adults with Moderate-to-Severe Atopic Dermatitis: A 2017 US National Health and Wellness Survey Analysis. 2021;38(3):1627-1637. Diakses pada 2024.
5. National Eczema Association. Mental Health and Eczema – Seeing the Unseen. Diakses pada 2024.
6. American Academy of Dermatology Association. JAK INHIBITORS: WHAT YOUR DERMATOLOGIST WANTS YOU TO KNOW. Diakses pada 2024.
GCMA PP-UNP-IDN-0494-JAN-2024
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan