Studi Sebut Vaksinasi Bisa Perlambat Penularan Virus Corona

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   04 Maret 2021
Studi Sebut Vaksinasi Bisa Perlambat Penularan Virus Corona Studi Sebut Vaksinasi Bisa Perlambat Penularan Virus Corona

Halodoc, Jakarta - Pagebluk COVID-19 masih terus berlangsung. SARS-CoV-2 kini sudah menyerang lebih dari 1,3 juta jiwa di negara kita. Dari angka tersebut sekitar 36 ribu orang meninggal dunia akibat penyakit COVID-19. Kabar baiknya sekitar 1,1 juta jiwa berhasil pula dari ancaman penyakit tersebut.

Baik pemerintah di Indonesia maupun negara lainnya terus berupaya untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Berbagai cara dilakukan demi memperlambat penularan virus corona. Nah, cara yang kini gencar dilakukan adalah program vaksinasi COVID-19.

Vaksin COVID-19 disebut-sebut dapat memperlambat penularan COVID-19. Vaksin virus corona diharapkan dapat menciptakan herd immunity sehingga penularan virus corona kian melambat, bahkan menghilang.

Baca juga: Jumlah Vaksin Corona yang Dibutuhkan untuk Capai Herd Immunity

Vaksin COVID-19 Perlambat Penularan Virus Corona

Dari beragamnya merek vaksin yang digunakan masyarakat global, vaksin Pfizer kini menyita perhatian banyak mata. Menurut sebuah studi, vaksin Pfizer tampaknya memperlambat penyebaran virus corona serta mencegah orang sakit parah.

Kabai baiknya, temuan ini mendukung penelitian serupa oleh Public Health England dan studi Oxford-AstraZeneca, yang meneliti apakah vaksin dapat menghentikan penyebaran virus. Para peneliti mengatakan hasil itu adalah berita benar yang menggembirakan.

Namun, mereka memperingatkan bahwa tindakan pencegahan lainnya masih diperlukan untuk memerangi virus corona.

Menurut sebuah penelitian di Rumah Sakit Addenbrooke, Cambridge menyebutkan vaksin COVID-19 buatan Pfizer tampaknya memperlambat penyebaran virus corona. Penelitian di rumah sakit tersebut dilakukan dengan menguji staf terhadap virus corona secara rutin. Pengujian ini juga termasuk mereka yang tidak menunjukkan gejala apa pun.

Vaksinasi di RS Addenbrooke dilakukan pada awal Desember tahun 2020 lalu. Sebulan setelahnya terdapat petugas yang sudah di vaksin COVID-19 dan belum divaksin. Nah, menurut hasil pemeriksan rutin sebanyak 17 dari 1.000 staf yang tidak divaksinasi dinyatakan positif pada pertengahan Januari 2021.

Sementara itu, hanya empat dari 1.000 petugas yang mendapat dosis pertama vaksin teridentifikasi positif. Selain itu, terdapat penurunan serupa di antara orang-orang yang tidak memiliki gejala, tapi masih dites positif. Dengan kata lain, masih ada potensi seseorang menyebarkan virus tanpa disadari.

Menurut peneliti, satu dosis vaksin Pfizer dapat mengurangi risiko infeksi hingga 70 persen. Sementara itu, dua dosis Pfizer dapat mengurangi infeksi hingga 80 persen. Sedangkan vaksin Oxford-AstraZeneca diperkirakan mampu mengurangi infeksi sekitar dua pertiga.

Baca juga: Picu Sebuah Penyakit, Vaksin COVID-19 AstraZeneca Ditangguhkan

"Anda tidak dapat menyebarkan virus jika tidak terinfeksi. Penelitian ini menunjukkan bahwa vaksin memblokir infeksi pada seseorang yang tidak memiliki gejala," kata Prof Lawrence Young, dari Warwick Medical School seperti dikutip dalam BBC.

Mau tahu lebih jauh mengenai manfaat dan efek samping vaksin COVID-19? Kamu bisa bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc

Apa Kabar Vaksin di Indonesia?

Pfizer menjadi salah satu vaksin COVID-19 yang rencananya akan digunakan di Indonesia. Namun, menurut jubir vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan RI dr Nadia Tarmizi (17/2), belum ada keputusan final dengan vaksin Corona Pfizer-BioNTech. Rencananya pemerintah akan mendatangkan vaksin Pfizer sebanyak 50 dosis.

Lalu, bagaimana dengan vaksin lainnya yang digunakan di negara kita, contohnya vaksin Sinovac? Pada Januari lalu, Kepala BPOM Penny K Lukito mengungkapkan hasil analisis interim uji klinis di Bandung menunjukkan efikasi Sinovac sebesar 65,3 persen. Angka ini telah memenuhi persyaratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu di atas 50 persen. Sayangnya, hingga kini belum ada penelitian serupa mengenai vaksin Sinovac, seperti pada vaksin Pfizer di atas.

Namun, tim uji klinis vaksin COVID-19 menyatakan, dari hasil penelitian vaksin COVID-19 Sinovac aman untuk digunakan. Hal tersebut disimpulkan berdasarkan kondisi relawan setelah dua tahap penyuntikan. "Saya katakan bahwa selama ini kalau keamanannya cukup baik," kata Ketua Tim Peneliti Uji Klinis Vaksin COVID-19 Kusnandi seperti dikutip dari Youtube IKA Unpad, Selasa (5/1/2021).

Menurut Kusnandi, keamanan vaksin disimpulkan setelah tak ditemukannya efek samping luar biasa dari vaksin Sinovac saat penelitian dilakukan. Bahkan, Presiden Joko Widodo telah bersedia menjadi orang yang pertama disuntik vaksin Sinovac untuk membuktikan keamanan vaksin tersebut.

Divaksin Bukan Berarti Kebal

Meski vaksin COVID-19 disebut-sebut dapat memperlambat penularan virus corona, tapi jangan sekali-kali menganggap kalau tubuh bakal kebal serangan SARS-CoV-2 setelah divaksin. Pada dasarnya vaksin memang menjadi senjata terampuh untuk meredam serangan virus corona. 

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaksinasi merupakan salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit, termasuk COVID-19. Vaksin membantu sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melawan patogen seperti virus atau bakteri, yang membuat tubuh aman dari penyakit yang disebabkannya. 

Hal yang perlu ditegaskan, tak selamanya vaksin dapat melindungi tubuh 100 persen dari serangan virus dan bakteri. Nah, hal yang sama berlaku untuk vaksin COVID-19. 

Menurut para pakar, seseorang yang divaksin COVID-19 tidak langsung kebal 100 persen atas penyakit ini.  Sebab masih memerlukan waktu untuk meningkatkan antibodi di dalam tubuh. Di samping itu, meski telah disuntik dua kali (dosis vaksinasi untuk COVID-19), tak membuat antibodi tubuh langsung prima. Masih perlu waktu untuk membuat antibodi jadi prima.

Baca juga: Ini 6 Fakta Mutasi Virus Corona Terbaru dari Inggris

Itulah sebabnya, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan agar masyarakat tidak berasumsi bahwa mereka sepenuhnya kebal setelah divaksinasi.

Di samping itu, perlindungan yang diberikan oleh vaksin dapat memudar seiring bergulirnya waktu. Itulah sebabnya, beberapa vaksin memerlukan suntikan penguat bertahun-tahun kemudian. Termasuk pula virus corona yang kita diberikan sebanyak dua dosis. 

Referensi:
BBC. Diakses pada 2021. Coronavirus spread slowed by vaccines, study suggests
Kompas.com. Diakses pada 2021. Studi Jelaskan Vaksinasi Covid-19 Dapat Memperlambat Penularan Virus 
CNN. Diakses pada 2021. Yes, you can still get infected with Covid-19 after being vaccinated. Here's why
CDC. Diakses pada 2021. Facts about COVID-19 Vaccines
Detik.com. Diakse pada 2021. Kemenkes RI: Belum Ada Keputusan Final dengan Vaksin Corona Pfizer 
Kompas.com. Diakses pada 2021. Tim Uji Klinis: Vaksin Covid-19 Aman Digunakan, tapi Efektivitas Belum Diketahui