Stres Secara Emosional dan Fisik Bisa Picu Penyakit Graves, Benarkah?
Halodoc, Jakarta – Penyakit Graves adalah salah satu jenis gangguan sistem imun yang menyebabkan produksi hormon tiroid berlebih (hipertiroid). Pada kasus penyakit Graves, sistem imun yang seharusnya melindungi tubuh justru menyerang kelenjar tiroid (penyakit autoimun). Akibatnya, kelenjar tiroid yang diproduksi berlebih dan menimbulkan gangguan pada jantung, otot, tulang, siklus haid, mata, kulit, dan masalah kesuburan.
Baca Juga: Bikin Kelenjar Tiroid Agresif, Ketahui Fakta Penyakit Graves
Kenali Gejala Penyakit Graves
Penyakit Graves ditandai dengan pembesaran kelenjar tiroid (goiter), tremor, palpitasi jantung, disfungsi ereksi, gairah seksual menurun, perubahan siklus haid, kehilangan berat badan, suasana hati berubah-ubah (mood swings), sulit tidur, diare, rambut rontok, mudah lelah, dan sensitif terhadap udara panas.
Sebagian pengidap penyakit Graves juga mengalami sejumlah gejala khas. Di antaranya meliputi mata menonjol (exophthalmos), mata terasa kering, tekanan pada mata, kelopak mata membengkak, mata merah, mata sensitif terhadap cahaya, penglihatan ganda, dan kehilangan penglihatan.
Gejala ini banyak terjadi pada pengidap penyakit Graves oftalmopati. Pada kasus penyakit Graves dermopati, gejalanya berupa kulit yang memerah dan menebal, biasanya terjadi pada area tulang kering atau bagian atas kaki.
Benarkah Stres Sebabkan Penyakit Graves?
Stres emosional atau fisik yang terjadi dalam jangka panjang meningkatkan risiko penyakit Graves, terutama pada orang dengan gen yang rentan terhadap penyakit ini. Selain faktor stres, berikut ini penyebab dan faktor risiko penyakit Graves:
- Penyebab penyakit Graves: Gangguan pada fungsi sistem imun. Pada kasus penyakit Graves, tubuh menghasilkan antibodi thyroid-stimulating immunoglobulins (TSI) yang menyerang sel-sel tiroid sehat.
- Faktor risiko penyakit Graves: Siapa saja berisiko terkena penyakit Graves. Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko penyakit Graves. Di antaranya meliputi jenis kelamin wanita, berusia di bawah 40 tahun, faktor genetik, mengidap penyakit autoimun lain, kebiasaan merokok, dan faktor kehamilan.
Baca Juga: Tanda dan Gejala Penyakit Graves yang Sebabkan Kelenjar Tiroid Agresif
Diagnosis dan Pengobatan Penyakit Graves
Diagnosis diawali dengan menanyakan gejala yang timbul dan riwayat penyakit yang pernah diidap. Untuk memastikan diagnosis, dilakukan tes darah, tes serapan yodium radioaktif, atau tes pencitraan. Setelah diagnosis ditetapkan, berikut ini pengobatan yang bisa dipilih pengidap penyakit Graves:
- Terapi yodium radioaktif. Dilakukan untuk menghancurkan sel tiroid yang terlalu aktif dan mengecilkan kelenjar tiroid, sehingga gejala yang muncul berkurang secara bertahap. Terapi ini tidak direkomendasikan bagi wanita hamil, ibu menyusui, dan pengidap masalah mata.
- Konsumsi obat-obatan. Misalnya obat antitiroid dan obat penghambat beta. Obat antitiroid berfungsi mengganggu produksi hormon tiroid yang dipicu oleh yodium. Obat ini bisa dikonsumsi sebelum atau sesudah menjalani terapi yodium radioaktif sebagai pelengkap. Sedangkan obat penghambat beta dikonsumsi untuk menghambat efek hormon tiroid pada tubuh.
- Pembedahan. Tujuannya untuk mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar tiroid.
Baca Juga: 4 Komplikasi Penyakit Graves yang Pengaruhi Tiroid
Itulah fakta penyakit Graves akibat stres emosional dan fisik. Kalau kamu punya pertanyaan lain seputar penyakit Graves, jangan ragu bertanya pada dokter Halodoc. Kamu hanya perlu membuka aplikasi Halodoc dan masuk ke fitur Talk to A Doctor untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan