Sesak Napas Pasca Covid, Apa Sebabnya?

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   14 Maret 2022

“Studi terbaru mengungkapkan bahwa kondisi sesak napas yang berkepanjangan, menjadi komplikasi persisten yang berkaitan dengan kerusakan paru-paru akibat COVID-19. Menurut periset, orang-orang dengan gejala menetap 3-6 bulan setelah infeksi mempunyai gangguan imunitas seluler pada saluran napasnya dan kerusakan paru yang berkelanjutan.”

Sesak Napas Pasca Covid, Apa Sebabnya?Sesak Napas Pasca Covid, Apa Sebabnya?

Halodoc, Jakarta – Sedari awal pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh coronavirus jenis SARS-CoV-2, fenomena long covid merupakan suatu kondisi berkepanjangan yang perlu diwaspadai. Sebab, fenomena tersebut dapat membuat seorang penyintas COVID-19 masih merasakan gejalanya dalam jangka waktu yang lama, meskipun telah terkonfirmasi sembuh.

Salah satu gejala long covid yang paling umum adalah sesak napas yang kerap dialami oleh penyintas COVID-19. Namun, kira-kira apa penyebab dari sesak napas yang terjadi pasca dinyatakan sembuh dari COVID-19? Yuk, ketahui penjelasannya di sini!

Penyebab Sesak Napas Setelah Sembuh dari COVID-19

Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan pada Immunity mengungkapkan kalau sesak napas yang berkepanjangan, termasuk sebagai salah satu komplikasi persisten yang berkaitan dengan kerusakan paru-paru akibat COVID-19. Kondisi sesak napas tersebut banyak dilaporkan selama fase akut infeksi COVID-19, tetapi gejalanya mungkin dapat bertahan lebih lama. Ditemukan bahwa aktivitas sel kekebalan jangka panjang di saluran udara mungkin menjadi penyebab utama dari komplikasi tersebut.

Beberapa orang yang telah pulih dari infeksi akut SARS CoV-2 menderita gangguan pernapasan berkepanjangan, beberapa bulan hingga beberapa tahun setelah virus sudah tidak ada lagi. Pada studi yang dilakukan oleh Vijayakumar, Boustani, Ogger, Papadaki dkk, yang dimuat di Immunity journal, menunjukkan bahwa orang-orang dengan gejala menetap 3-6 bulan setelah infeksi mempunyai gangguan imunitas seluler pada saluran napasnya dan kerusakan paru yang berkelanjutan.

Pada review artikel di majalah Nature immunology, menyebutkan bahwa long covid terjadi karena proses peradangan yang terlambat mereda, terutama pada penderita COVID dengan gejala sebelumnya. Pada beberapa studi menunjukkan bahwa masih ada peningkatan sitokin inflamasi dan sel-sel radang, respons peradangan berlebih ini juga bisa memicu fibrosis pada paru dan menyebabkan penurunan fungsi paru. Beberapa studi menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2 mempunyai kemampuan mengganggu keseimbangan imunitas seluler dan menyebabkan peradangan pada jaringan paru.

Ada hal menarik yang ditemukan pada laman patients safety learning. Hasil survei yang dilakukan kelompok LongCovidSOS bersama the University of Exeter dan University of Kent, tentang bagaimana respons pasien long covid terhadap vaksin COVID, menunjukkan bahwa 56.7% mengalami perbaikan gejala.

Para peneliti mempelajari pasien COVID-19 yang mengalami sesak napas berkelanjutan, melalui pengamatan sel-sel kekebalan tubuh yang berubah pada saluran udara pasien. Pengamatan tersebut menunjukkan hasil bahwa tanda-tanda kerusakan paru yang terjadi mungkin akan membaik dari waktu ke waktu. 

Kendati demikian, para peneliti menegaskan bahwa temuan ini harus dipelajari secara lebih mendalam. Pasalnya, studi ini tidak dapat menentukan apakah ada pasien yang memiliki tanda-tanda sebelum infeksi terjadi pada tubuhnya.

Waspadai juga Gejala Akan Kondisi Long Covid Lainnya

COVID-19 memang dipandang sebagai penyakit yang menyerang paru-paru. Namun, penyakit ini juga dapat merusak sejumlah organ lainnya sebagai dampak jangka panjangnya. Misalnya seperti organ jantung, ginjal, hingga otak. Umumnya orang yang lebih tua atau orang dengan banyak kondisi medis serius, merupakan kelompok yang paling mungkin mengalami gejala COVID-19 berkepanjangan. 

Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa mereka yang muda dan sehat pun dapat merasa tidak sehat selama berminggu-minggu, hingga berbulan-bulan setelah dinyatakan sembuh pasca infeksi COVID-19. Ketika kondisi ini terjadi, berikut adalah beberapa gejala long covid yang dikutip dari laman Mayo Clinic yang perlu diwaspadai selain sesak napas, antara lain:

  • Kelelahan 
  • Batuk.
  • Nyeri sendi dan otot.
  • Nyeri dada.
  • Mengalami brain fogging atau kesulitan berpikir dan berkonsentrasi.
  • Sakit kepala.
  • Detak jantung cepat atau berdebar.
  • Demam intermiten.
  • Gangguan tidur.
  • Pusing.
  • Menurunnya kemampuan indra perasa dan penciuman.
  • Kecemasan dan depresi.

Nah, itulah penjelasan mengenai penyebab sesak napas pasca terinfeksi COVID-19. Kondisi sesak napas yang berkepanjangan termasuk sebagai salah satu komplikasi persisten yang berkaitan dengan kerusakan paru-paru akibat COVID-19. 

Jika kamu merasakan sesak napas berkepanjangan atau gejala long covid lainnya setelah terinfeksi, sebaiknya segeralah periksakan dirimu ke dokter. Hal ini bertujuan agar penanganan yang tepat dapat segera dilakukan untuk meredakan gejalanya.

Melalui aplikasi Halodoc, kamu bisa membuat janji rumah sakit dengan dokter spesialis paru pilihanmu. Tentunya tanpa perlu mengantre atau menunggu lama. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, download Halodoc sekarang juga!

Referensi: 
Detik Health. Diakses pada 2022. Masih Sesak Napas Pasca COVID-19? Waspada Tanda Kerusakan pada Paru-paru. 
Imperial College London. Diakses pada 2022. Ongoing ‘immune injuries’ might cause persistent breathlessness after COVID-19.
Immunity Journal. Diakses pada 2022. Immuno-proteomic profiling reveals aberrant immune cell regulation in the airways of individuals with ongoing post-COVID-19 respiratory disease.
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. COVID-19 (coronavirus): Long-term effects. 
American Lung Association. Diakses pada 2022. Long COVID (Post COVID-19 Conditions). 
Patient Safety Learning. Diakses pada 2021. The impact of COVID vaccination on symptoms of Long Covid. An international survey of 900 people with lived experience (May 2021)
Nature Immunology | VOL 23 | February 2022 | 194–202 | www.nature.com/natureimmunology

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan