Sering Tertukar, Ini Perbedaan Gumoh dan Muntah Pada Bayi
“Meski terlihat serupa, nyatanya gumoh dan muntah pada bayi merupakan dua hal yang berbeda. Keduanya dapat dibedakan berdasarkan kuantitas cairan yang keluar dari mulut bayi.”
Halodoc, Jakarta – Setelah ibu memberikan ASI, ada kalanya bayi akan mengeluarkan lagi cairan susu dari mulutnya. Nah, ibu mungkin bingung apakah keluarnya cairan tersebut merupakan gumoh atau muntah. Sebab keduanya terlihat sama, tapi sebenarnya gumoh dan muntah adalah dua hal yang berbeda, lo.
Oleh karena itu, penting untuk ibu mengetahui perbedaan antara gumoh dan muntah yang dialami anak. Tujuannya agar ibu dapat memberikan penanganan yang tepat kepada Si Kecil jika dirinya mengalami kondisi tersebut. Penasaran apa perbedaannya? Yuk, ketahui informasinya di sini!
Perbedaan Antara Gumoh dan Muntah
Berikut adalah perbedaan antara gumoh dan muntah, yaitu:
1. Gumoh
Gumoh merupakan kondisi normal di mana bayi mengeluarkan sebagian susu yang telah ia minum dari mulutnya. Lantaran ukuran lambung bayi yang baru lahir terlalu kecil untuk menampung jumlah susu yang terlalu banyak. Selain itu, gumoh juga bisa terjadi jika bayi menelan udara terlalu banyak saat minum ASI.
Menurut data yang diperoleh dari IDAI, 25% bayi Indonesia mengalami gumoh lebih dari 4 kali pada bulan pertama, dan 50% bayi mengalami gumoh 1-4 kali per hari sampai usia 3 bulan.
Kondisi gumoh yang normal biasanya terjadi setelah menyusui, berlangsung kurang dari 3 menit, dan tidak disertai oleh gejala lain. Volume susu yang dikeluarkan setiap bayi saat gumoh berbeda-beda, tapi rata-rata kurang dari 10 ml atau sekitar 1-2 sendok makan.
Setelah gumoh, bayi akan terlihat lebih nyaman. Bayi yang mengalami gumoh juga terlihat aktif, dapat mengalami peningkatan berat badan yang baik dan tidak mengalami gangguan pernapasan.
2. Muntah
Perbedaan antara gumoh dan muntah yang paling utama terletak pada seberapa banyak cairan yang dikeluarkan dari mulut bayi. Jika bayi mengeluarkan lebih dari 10 ml cairan dengan cara disemburkan dari perut yang juga membuat otot dinding perutnya berkontraksi, itu berarti bayi ibu mengalami muntah.
Terkadang bayi juga bisa mengeluarkan cairan muntah dari hidung. Namun, muntah baru dialami oleh bayi ketika ia berumur dua bulan. Muntah bisa menjadi pertanda adanya gangguan kesehatan atau gangguan pencernaan pada bayi.
Cara Mengatasi Gumoh dan Muntah
Agar bayi bisa gumoh, ibu bisa membantu ia bersendawa setelah menyusui, dengan cara-cara berikut:
- Letakkan Bayi di Pangkuan Dengan Posisi Tengkurap
Ibu bisa menelungkupkan bayi di atas pangkuan, dan menopang dadanya agar posisi kepala lebih tinggi dari tubuhnya. Elus-elus punggung si kecil sampai dia bersendawa.
- Posisikan Bayi Menghadap ke Belakang
Sediakan handuk kecil pada bahu sebagai alas untuk menahan muntahan susu bayi, lalu gendong bayi menghadap ke belakang dengan bersandar di bahu ibu. Posisikan tubuh bayi dalam keadaan tegak, lalu elus-elus lembut punggungnya sampai dia bersendawa.
- Menggendong Bayi Menghadap ke Depan
Ibu juga bisa menggendong bayi menghadap ke depan dengan cara menopang tengkuk dan bokongnya di depan tubuh ibu. Letakkan handuk kecil di dada si kecil untuk menahan muntahan. Lalu usahakan agar kepala si kecil sedikit lebih tinggi dari dadanya.
Sementara itu, cara mengatasi muntah pada bayi berbeda-beda tergantung dari penyebabnya. Oleh karena itu, sebaiknya ibu segera membawa bayi yang muntah untuk diperiksa oleh dokter.
Kapan Gumoh dan Muntah Perlu Diwaspadai?
Meski normal, beberapa kondisi gumoh juga dapat menjadi indikasi akan gangguan kesehatan. Oleh sebab itu, ibu perlu mewaspadai kondisi gumoh dan segera memeriksakannya ke dokter, apabila bayi:
- Tidak mengalami kenaikan berat badan setelah gumoh.
- Gumoh dengan paksa.
- Mengeluarkan cairan berwarna hijau atau kuning saat gumoh.
- Mengeluarkan gumoh dengan bercak darah atau cairan yang terlihat seperti bubuk kopi.
- Menolak menyusui berulang kali.
- Ada bercak darah di tinjanya.
- Mengalami kesulitan bernapas atau tanda-tanda penyakit lainnya.
- Mulai gumoh pada usia 6 bulan atau lebih.
- Menangis lebih dari tiga jam sehari dan lebih mudah marah dari biasanya.
- Memiliki lebih sedikit popok basah dari biasanya.
Di sisi lain, ada beberapa tanda bayi mengalami muntah yang tidak normal dan perlu segera ditangani dokter, yaitu:
- Cairan yang dimuntahkan berwarna kehijauan, karena mungkin saja bayi mengalami gangguan pada ususnya.
- Bayi terlihat sangat kesakitan dan rewel.
- Selain muntah, bayi juga demam hingga 39 derajat Celsius.
- Perut bayi membengkak.
- Bayi muntah secara hebat terus menerus dalam waktu yang cukup lama, tanpa ada tanda-tanda perbaikan.
- Terdapat bercak darah yang banyak pada muntahannya.
Itulah perbedaan antara gumoh dengan muntah pada bayi. Keduanya dapat dibedakan melalui beberapa aspek. Namun, perbedaan paling utama dari gumoh dan muntah adalah kuantitas cairan yang dikeluarkan dari mulut bayi.
Namun, jika bayi mengalami gumoh atau muntah berkepanjangan dan tidak terlihat tenang setelahnya, segeralah memeriksakan dirinya ke dokter. Sebab, kondisi ini juga dapat menjadi merupakan indikasi akan gangguan kesehatan serius.
Nah, melalui aplikasi Halodoc, ibu bisa membuat janji medis di rumah sakit untuk memeriksakan Si Kecil. Tentunya tanpa perlu mengantre atau menunggu berlama-lama. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, download Halodoc sekarang juga!
Referensi:
IDAI. Diakses pada 2022. Bedanya ‘Gumoh’ dan Muntah pada Bayi.
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Spitting up in babies: What’s normal, what’s not.
WebMD. Diakses pada 2022. Your Baby: Spitting Up and Vomiting.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan