Sering Nonton Sambil Tiduran Bisa Picu Stroke, Benarkah?
Halodoc, Jakarta - Demam menonton drama kini sering dilakukan untuk mengisi waktu luang. Terlebih, kamu bisa menontonnya melalui layar TV maupun handphone. Namun, terkadang era yang serba praktis ini mendatangkan bahaya apabila kita tidak menggunakannya dengan bijak. Seperti yang dialami oleh remaja di China. Remaja yang tidak disebutkan namanya ini didiagnosis mengidap infark serebral akibat sering nonton sambil tidur.
Remaja berusia 19 tahun ini mulai merasa kejanggalan pada tubuhnya, seperti anggota tubuh sebelah kanan melemah dan mulai berbicara dengan jelas. Setelah dilarikan ke rumah sakit, remaja tersebut dinyatakan mengidap infark serebral yang sering dikenal sebagai stroke akibat kolesterol dan kalsium lemak menumpuk dalam pembuluh darah. Fakta lainnya mengungkapkan, selain gemar nonton sambil tidur, remaja ini juga punya kebiasaan merokok dan tidak pernah berolahraga.
Baca Juga: 7 Penyebab Stroke Menyerang Usia Muda
Apa Itu Infark Serebral?
Infark mengacu pada kematian jaringan. Sedangkan infark serebral didefinisikan sebagai kematian jaringan dalam otak, yang lebih dikenal sebagai stroke. Infark serebral terjadi ketika timbul lesi otak di mana sekelompok sel otak mati ketika tidak mendapatkan cukup suplai darah.
Banyak faktor yang memicu terjadinya infark serebral, seperti obesitas, merokok, sering mengonsumsi makanan yang tidak sehat, minum alkohol, dan tidak berolahraga. Pada kasus remaja asal China tersebut adalah ia memiliki berat badan berlebih, tidak aktif atau tidak pernah berolahraga serta memiliki kebiasaan merokok.
Stroke bisa menjadi fatal jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, mengetahui tanda-tanda stroke penting untuk mencegah terjadinya komplikasi. Pada umumnya stroke ditandai dengan kelumpuhan di berbagai bagian tubuh, sulit berbicara, kesulitan melihat dan sakit kepala.
Baca Juga: Pertolongan Pertama Cara Mengatasi Stroke Ringan
Penanganan Infark Serebral yang Terlanjur Terjadi
Penanganan stroke infark harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah kerusakan parah pada otak dan komplikasi yang berkaitan dengan stroke. Semakin cepat ditangani, semakin besar pula peluang untuk pulih. Jika dibiarkan terlalu lama tanpa penanganan, dikhawatirkan terjadi kerusakan permanen pada otak.
Penangan yang bisa dilakukan untuk penyakit ini yaitu:
- Terapi Oksigen
Dokter akan memberikan oksigen jika kadar oksigen dalam tubuh pengidap berkurang. Jika pengidap hilang kesadaran atau koma dan tidak mampu bernapas normal, dokter akan memberikan napas bantuan dengan intubasi dan memasang alat ventilator.
- Obat-obatan
Pemberian obat-obatan diperlukan untuk mengatasi penyumbatan aliran darah yang menyebabkan stroke infark. Obat yang diberikan berupa obat antikoagulan atau pengencer darah seperti aspirin dan warfarin, dan obat trombolitik untuk mengatasi penyumbatan di pembuluh darah otak.
Obat antihipertensi mungkin juga diberikan oleh dokter untuk mengontrol tekanan darah pengidap dan obat untuk mempertahankan fungsi otak (neuroprotektor). Kamu bisa beli obat resep dokter melalui aplikasi Halodoc.
- Operasi
Jika darah menggumpal atau terjadi pembekuan darah berukuran besar dan tidak bisa dihancurkan sepenuhnya dengan penyuntikan obat pengencer darah, maka tindakan akan dilanjutkan dengan operasi.
- Fisioterapi dan Terapi Okupasi
Setelah semua penanganan dilakukan, pengidap perlu menjalani fisioterapi dan terapi okupasi selama beberapa hari di rumah sakit. Terutama jika stroke infark menyebabkan kelumpuhan atau anggota tubuh melemah.
Stroke Bisa Dicegah Sejak Dini
Tips pencegahan stroke sebenarnya hampir sama dengan strategi untuk mencegah penyakit jantung. Tips berikut ini berfokus pada perubahan gaya hidup yang lebih sehat. Berikut sejumlah tips yang perlu diketahui, yaitu:
- Berhenti merokok. Merokok sering menjadi penyebab utama penyakit stroke. Maka dari itu, hentikan kebiasaan merokok untuk menurunkan risikonya. Jika tidak merokok, sebaiknya hindari asap rokok sebisa mungkin.
- Pertahankan berat badan yang sehat. Kelebihan berat badan bisa sebabkan stroke. Jika kamu memiliki berat badan berlebih, cobalah untuk menurunkannya sedikit demi sedikit dengan mengatur pola makan yang dibarengi dengan olahraga.
- Konsumsi buah dan sayur. Mengonsumsi banyak buah dan sayuran setiap hari dapat mengurangi risiko stroke.
- Olahraga teratur. Latihan aerobik atau kardio secara rutin dapat mengurangi risiko stroke. Olahraga dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan kadar kolesterol HDL dan meningkatkan kesehatan pembuluh darah dan jantung secara keseluruhan.
Baca Juga: Bisakah Orang dengan Stroke Sembuh Total?
Jadi, jangan lupa untuk tetap aktif bergerak dan rutin berolahraga setiap harinya. Lawan rasa malas demi mendapatkan tubuh yang sehat dan terhindar dari gangguan kesehatan. Kebiasaan buruk seperti rasa malas yang terus-menerus dibiarkan dapat menjadi bumerang untuk diri kita di kemudian hari.