Sering Disebut Bikin Gemuk, Berapa Jumlah Kalori Gorengan?

8 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   29 Februari 2024

“Buah memiliki banyak keistimewaan bagi kesehatan tubuh. Kandungan nutrisinya membuat buah ini baik untuk kesehatan pencernaan, kardiovaskular, metabolisme, dan kesehatan kulit.”

Sering Disebut Bikin Gemuk, Berapa Jumlah Kalori Gorengan?Sering Disebut Bikin Gemuk, Berapa Jumlah Kalori Gorengan?

DAFTAR ISI

  1. Kalori Aneka Jenis Gorengan
  2. Mengapa Gorengan Tidak Sehat?
  3. Tips Membuat Gorengan yang Sehat dan Bergizi
  4. Risiko Mengonsumsi Gorengan Berlebih
  5. Rekomendasi Dokter Gizi di Halodoc

Halodoc, Jakarta – Meski enak dan bikin nagih, gorengan memiliki kalori yang cukup banyak. Nah, sebaiknya jangan berlebihan mengonsumsi makanan ini, apalagi jika kamu sedang diet untuk menurunkan berat badan. Salah hitung kalori karena kebablasan bisa bikin diet gagal. 

Kalori gorengan sebenarnya bervariasi, tergantung jenis dan bahan.  Jika kamu termasuk orang yang gemar makan gorengan setiap hari, yuk simak berapa kalori yang ada dalam kudapan ini!

Kalori Aneka Jenis Gorengan

Gorengan adalah camilan enak dan gurih, yang mungkin sulit untuk kamu hindari. Namun, gorengan adalah salah satu musuh terbesar jika kamu sedang diet, karena kalorinya yang tinggi. 

Kalori gorengan bisa berbeda-beda, tergantung pada jenis dan bahan. Namun, pada umumnya, berikut ini adalah rentang kalori makanan sejuta umat tersebut per potongnya:

Bakwan

  • Kalori: 137.
  • Lemak: 75 persen.
  • Karbohidrat: 19 persen.
  • Protein: 6 persen.

Tempe goreng tepung

  • Kalori: 72.
  • Lemak: 50 persen.
  • Karbohidrat: 29 persen.
  • Protein: 20 persen.

Tahu isi

  • Kalori: 134.
  • Lemak: 44 persen.
  • Karbohidrat: 26 persen.
  • Protein: 30 persen.

Pisang goreng

  • Kalori: 68.
  • Lemak: 44 persen.
  • Karbohidrat: 54 persen.
  • Protein: 2 persen.

Cireng

  • Kalori: 70.
  • Lemak: 58 persen
  • Karbohidrat: 36 persen.
  • Protein: 5 persen.

Risoles

  • Kalori: 96.
  • Lemak: 36 persen.
  • Karbohidrat: 37 persen.
  • Protein: 27 persen.

Mengapa Gorengan Tidak Sehat?

Siapa yang bisa menolak kegurihan gorengan yang renyah dan gurih? Sayangnya, kelezatan tersebut sering kali tidak sejalan dengan kesehatan tubuh. 

Terlepas dari rasanya yang lezat, makanan ini memiliki beberapa dampak negatif pada kesehatan.  Pertama-tama, gorengan memiliki kandungan lemak jenuh yang tinggi.

Proses penggorengan menggunakan minyak panas dalam jumlah yang relatif cukup banyak. Lemak jenuh yang terkandung dalam minyak tersebut dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh. 

Mengonsumsi gorengan secara berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan masalah kesehatan lainnya. Selain itu, makanan ini juga rentan terhadap oksidasi. Saat minyak panas terpapar udara dan panas berulang kali, terjadi reaksi oksidasi yang dapat menghasilkan senyawa berbahaya seperti radikal bebas. 

Senyawa ini dapat merusak sel-sel tubuh dan memicu peradangan dalam tubuh. Peradangan kronis ini berkaitkan dengan penyakit seperti diabetes, kanker, dan penyakit autoimun. Ketahui lebih lanjut mengenai penyakit autoimun di artikel Gejala Awal yang Umum Muncul pada Penyakit Autoimun.

Selanjutnya, proses penggorengan pada suhu tinggi juga dapat menghasilkan senyawa karsinogenik. Beberapa studi menunjukkan, menggunakan minyak berulang kali dalam penggorengan dapat menghasilkan senyawa beracun. 

Contohnya seperti aldehid dan hidrokarbon aromatik polisiklik. Konsumsi senyawa-senyawa ini dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker.

Terakhir, meskipun gorengan memiliki rasa yang enak, namun sering kali memiliki sedikit nilai gizi. Gorengan umumnya mengandung banyak kalori dan sedikit serat, protein, vitamin, dan mineral. Jika mengonsumsinya secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh.

Punya masalah dengan berat badan, sebaiknya konsultasikan dengan Spesialis Gizi Klinik lewat aplikasi Halodoc.

chat dengan dokter

Tips Membuat Gorengan yang Sehat dan Bergizi

Setelah membaca kandungan nutrisinya, dapat kamu ketahui kalau kalori gorengan memang cukup besar. Apalagi, kamu mungkin tergoda untuk makan lebih dari satu potong saat ngemil. Tentu ini akan membuat kalori menjadi surplus. 

Di samping upaya penurunan berat badan, makan gorengan juga bisa memicu berbagai masalah kesehatan. Mengetahui hal tersebut, ada beberapa upaya agar camilan favorit ini jadi lebih sehat:

1. Menggoreng dengan minyak zaitun

Minyak nabati adalah minyak buatan di mana banyak petrokimia berbahaya terlibat dalam proses pemurnian. Minyak mustard, ghee, atau minyak zaitun lebih cocok jadi pengganti untuk menggoreng.

Soalnya, minyak ini lebih stabil pada suhu tinggi daripada minyak sulingan. Selain jenisnya, kamu juga perlu ciri minyak goreng yang sehat. Baca informasinya di artikel ini 5 Ciri Minyak Goreng Sehat yang Layak Konsumsi.

2. Selalu gunakan minyak segar dan bersih

Selalu gunakan minyak segar dan bersih saat menggoreng makanan. Minyak yang pemakaiannya sudah berulang membuat makanan terasa gosong. Selain itu, minyak ini kemungkinan besar juga kehilangan nutrisinya.

3. Pilih tepung yang lebih sehat

Ganti tepung terigu biasa dengan tepung gandum atau tepung bebas gluten seperti tepung beras atau tepung jagung. Ini akan memberi rasa dan tekstur yang serupa tetapi, dengan nilai gizi yang lebih baik.

4. Tambahkan soda kue

Ini mungkin tampak aneh. Namun, sebenarnya, bisa membantu mengurangi kalori gorengan. Makanan dengan olahan soda kue dapat membantu mengurangi penyerapan minyak dalam makanan.

5. Cek suhu

Pastikan suhu minyak untuk menggoreng tepat. Suhu ideal untuk menggoreng makanan harus berkisar antara 162 – 204 derajat Celsius.  

6. Masukkan bahan ketika suhu minyak sudah panas

Selain itu, jika minyak tidak cukup panas untuk menggoreng, makanan tersebut akan menyerap lebih banyak minyak. Ini tentu akan meningkatkan kalori gorengan dan memicu banyak masalah kesehatan. Celupkan adonan ketika minyak sudah benar-benar panas.

Risiko Mengonsumsi Gorengan Berlebih

Makan gorengan berlebih dapat memberikan risiko bagi kesehatan. Apa saja risikonya?

1. Memicu mual

Makan gorengan terlalu banyak dapat memicu mual. Hal ini terjadi karena kandungan minyak yang terserap pada bahan makanan tersebut. Walaupun di awal makan terasa enak dan renyah, kalau sudah terlampau banyak kamu bisa mual.

2. Meningkatkan kolesterol

Menggoreng adalah proses memasak yang kompleks yang mengubah komposisi makanan melalui oksidasi, polimerisasi, dan hidrogenasi. Selama menggoreng, makanan dapat kehilangan air dan menyerap lemak, dan minyak goreng menjadi rusak, terutama jika kamu gunakan kembali.

Makanan gorengan mengandung lemak jenuh dan trans yang tinggi. Kondisi ini meningkatkan kadar kolesterol darah dan merusak dinding arteri. Area yang rusak di pembuluh darah akhirnya mengembangkan plak, mempersempit arteri dan mempersulit pemompaan darah.

Menurut jurnal ilmiah berjudul Association of fried food consumption with all cause, cardiovascular, and cancer mortality: prospective cohort study di BMJ Journals, mengatakan bahwa makanan berminyak tinggi kalori, lemak trans, dan lemak jenuh. Hal ini meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, lonjakan kadar kolesterol, tekanan darah, dan penyakit jantung.

3. Risiko penyakit jantung

Ketika terjadi penumpukan plak pada arteri, hal ini berisiko menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah. Kondisi ini bernama aterosklerosis. Aterosklerosis akan menempatkanmu pada peningkatan risiko berbagai kondisi masalah jantung.

4. Berisiko mengalami stroke

Pada akhirnya, kondisi ini akan berdampak pada gangguan kesehatan lainnya. Ini termasuk juga stroke. Penumpukan plak di arteri yang membawa darah ke otak bisa menyebabkan stroke. Ketika suplai darah ke otak terbatas, ini bisa memicu kerusakan otak karena kekurangan oksigen dan nutrisi. 

5. Penambahan berat badan

Peningkatan berat badan sudah jelas menjadi efek dari makan camilan berminyak terlalu banyak. Hal ini termuat dalam jurnal Nutrition, Metabolism, & Cardiovascular Diseases.

Menurut studi dalam jurnal tersebut, walaupun efek samping ini tidak secara langsung berbahaya, tetapi sangat bisa memengaruhi lemak tubuh. Kenaikan berat badan yang berlangsung terus menerus dapat berdampak pada kualitas kesehatan secara keseluruhan.

6. Mengembangkan diabetes melitus tipe 2

Seperti studi dalam The American Journal of Clinical Nutrition, sering mengonsumsi makanan yang digoreng dapat mengembangkan diabetes tipe 2.  

7. Masalah tenggorokan

Makan makanan berminyak dan panas dapat memicu gangguan tenggorokan. Batuk, iritasi pada saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, suara serak, adalah ciri-cirinya. 

Bisa jadi hal ini terjadi akibat kandungan minyaknya, atau terlalu banyak mengonsumsi asupan makanan gorengan. Kalau saat ini kamu sedang mengalami gangguan tenggorokan, yuk baca cara mengatasinya di artikel Bagaimana Cara Mengatasi Sakit Tenggorokan?

Selain itu kamu juga bisa baca fakta menarik tentang gorengan dan minuman dingin di artikel Minum Es dan Makan Gorengan Bisa Bikin Radang Tenggorokan?

Rekomendasi Dokter Gizi di Halodoc

Jika kamu masih ingin bertanya lebih lanjut seputar pola makan sehat, kamu bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis gizi di Halodoc.

Berikut ini adalah  rekomendasi dokter spesialis gizi di Halodoc yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 7 tahun. 

Mereka juga memiliki penilaian yang baik dari pasien-pasien yang pernah mereka tangani sebelumnya.

Ini daftarnya:

1. dr. Diani Adrina Sp.GK

Dokter Diani Adrina Sp.GK adalah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti pada 2001 dan Universitas Indonesia pada 2007.

Saat ini, ia berpraktik di Jakarta Selatan dan tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI).

Dengan pengalaman selama 23 tahun, dr. Diani Adrina Sp.GK bisa memberikan saran terkait pola makan sehat.

Ia juga bisa membantu meninjau status gizi, memberi terapi nutrisi dan pola makan, dan masih banyak lagi. 

Chat dr. Diani Adrina Sp.GK mulai dari Rp 49.000,- di Halodoc. 

2. dr. Annisa Fauziah Sp.GK

Kamu dapat menghubungi dr. Annisa Fauziah Sp.GK. Ia merupakan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro pada 2015.

Saat ini, dr. Annisa Fauziah Sp.GK menjalani praktik di Tegal, Jawa Tengah dan aktif tergabung sebagai anggota IDI dan (PDGKI).

Dengan pengalaman selama 9 tahun,dr. Annisa Fauziah Sp.GK bisa memberikan saran pola makan sehat.

Chat dr. Annisa Fauziah Sp.GK mulai dari Rp 49.000,- di Halodoc.

3. dr. Karina Marcella Widjaja Sp.GK

Kamu juga bisa menghubungi dr. Karina Marcella Widjaja Sp.GK yang merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) pada 2017 dan Universitas Indonesia pada 2023.

Saat ini, dr. Karina Marcella Widjaja Sp.GK menjalani praktik di Tangerang, Banten dan merupakan anggota aktif IDI dan (PDGKI).

Dengan pengalaman selama 6 tahun, dr. Karina Marcella Widjaja Sp.GK bisa memberikan tips pola makan sehat.

Chat dr. Karina Marcella Widjaja Sp.GK mulai dari Rp 49,000,- di Halodoc.

Jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tak perlu khawatir.

Sebab kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc atau berkonsultasi dengan dokter lainnya. Pakai Halodoc sekarang juga!

Referensi:
Fat Secrets. Diakses pada 2024. Bakwan.
Fat Secrets. Diakses pada 2024. Tempe Goreng Tepung.
Fat Secrets. Diakses pada 2024. Tahu Isi.
Fat Secrets. Diakses pada 2024. Pisang Goreng.
Fat Secrets. Diakses pada 2024. Cireng.
Fat Secrets. Diakses pada 2024. Risoles.
NDTV Food. Diakses pada 2024. How To Make Fried Food Healthier – Easy Tips And Hacks.
Eat This Not That. Diakses pada 2024. Dangerous Side Effects of Eating Fried Foods, According to Science.
Medical News Today. Diakses pada 2024. Eating fried foods could increase death risk, study warns.
BMJ Journals. Diakses pada 2024. Association of fried food consumption with all cause, cardiovascular, and cancer mortality: prospective cohort study.
Nutrition, Metabolism, & Cardiovascular Diseases. Diakses pada 2024. Consumption of fried foods and weight gain in a Mediterranean cohort: the SUN project.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan