Serba-Serbi Bayi Kuning, Ini yang Perlu Diketahui
Halodoc, Jakarta – Gungsi organ tubuh Si Kecil yang belum sepenuhnya sempurna terkadang membuat ibu khawatir akan kesehatannya. Mungkin, ibu juga pernah mendapati tubuh Sang Buah Hati yang berubah warna menjadi kuning beberapa hari setelah ia dilahirkan. Kondisi ini dikenal dengan istilah neonatal jaundice.
Warna kuning pada kulit bayi terjadi karena tingginya kadar bilirubin pada tubuhnya. Memang tidak berbahaya, tetapi kalau tidak segera mendapatkan penanganan, Si Kecil akan rentan terserang kerusakan otak. Kondisi bayi kuning sendiri sering terjadi pada bayi yang baru lahir hingga berusia tujuh hari. Oleh karena itu, ibu memang perlu mengetahui metode perawatan bayi kuning sejak dini
Penyebab Bayi Kuning
Pada kondisi normal, terjadinya bayi kuning disebabkan karena belum berfungsinya organ hati pada tubuh bayi dengan baik. Sementara itu, bayi memiliki kadar sel darah yang cukup tinggi yang akan memicu terbentuknya bilirubin. Oleh karena tidak mampu menyerap bilirubin dengan sempurna, maka produksinya yang berlebihan akan membuat kulit bayi berubah kuning.
Kadar bilirubin yang tinggi tak menjadi satu-satunya penyebab terjadinya bayi kuning. Keadaan ini juga bisa disebabkan karena telah terjadi infeksi pada tubuh bayi, seperti sifilis atau rubella. Kurangnya enzim pada tubuh yang disertai dengan hipoksia atau tingkat oksigen yang rendah pun bisa memicu tubuh si kecil menjadi kuning. Pada kondisi akut, bayi kuning bisa disebabkan karena permasalahan organ hati.
Gejala Bayi Kuning
Tak hanya kulit, warna mata si kecil pun akan berubah warna menjadi kuning saat ia terkena jaundice. Sementara itu, air seni bayi yang seharusnya tidak memiliki warna akan berubah menjadi kuning pekat, diikuti oleh perubahan warna feses yang memucat.
Baca juga: Mulai Tumbuh Gigi, Ini Makanan Sehat Padat Pilihan untuk Si Kecil
Bayi kuning perlu mendapatkan penanganan medis segera apabila tubuhnya berubah warna kurang dari satu hari setelah ia dilahirkan. Selain itu, tubuh si kecil akan terserang demam yang membuatnya menjadi lemas dan tidak bernafsu untuk minum. Biasanya, bayi yang lahir dalam keadaan prematur akan lebih rentan untuk terkena bayi kuning.
Penanganan Bayi Kuning
Ada beberapa cara perawatan bayi kuning yang bisa ibu lakukan. Meski tidak berbahaya, ibu tetap perlu waspada jika kadar bilirubin pada tubuh Si Kecil berada jauh di atas batas, yaitu lebih dari 12 miligram/dL. Jika demikian, perlu dilakukan fototerapi untuk mengubah bilirubin pada tubuh sang buah hati menjadi biliverdin.
Saat melakukan fototerapi, bayi hanya akan menggunakan kacamata pelindung dan popok. Setiap tiga sampai empat jam sekali, penanganan bisa dihentikan agar ibu bisa memberi si kecil ASI untuk mencegah tubuhnya mengalami dehidrasi. Penganganan medis ini banyak dipilih karena tidak memiliki dampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan bayi, seperti munculnya ruam dan perubahan warna kulit menjadi lebih gelap akibat terlalu sering terkena sinar.
Selain itu, perawatan bayi kuning juga bisa dilakukan dengan sering memberikan ASI pada Si Kecil, umumnya hingga 12 kali setiap harinya. ASI dari ibu akan mendorong si kecil untuk buang air besar. Dengan demikian, bilirubin akan ikut terbuang bersama dengan feses Sang Buah Hati.
Pada kasus bayi kuning yang berat, biasanya dilakukan transfusi darah. Si Kecil akan menerima darah merah baru untuk mengganti sel darah merah yang rusak. Kadar darah merah yang tinggi akan mengurangi bilirubin yang ada dalam tubuh anak.
Baca juga: Fenomena Gastroschisis, Penyebab yang Belum Diketahui
Nah, jika terjadi keanehan pada kondisi tubuh Si Kecil yang baru lahir, ibu bisa menanyakannya langsung pada dokter lewat aplikasi Halodoc. Selain tanya dokter, ibu juga bisa melakukan cek lab dan membeli obat tanpa perlu keluar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!