Serba Serbi AstraZeneca yang Menyediakan 100 Juta Vaksin Corona
Halodoc, Jakarta - Dalam upaya pengendalian COVID-19 di Indonesia, pemerintah tidak hanya bekerja sama dengan China untuk mendatangkan tiga jenis vaksin corona. Pemerintah juga menyepakati pembelian vaksin AstraZeneca dari Eropa. Kesepakatan tersebut diperoleh dari hasil kunjungan pemerintah ke Inggris dan Swiss.
Tak tanggung-tanggung, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, Achmad Yurianto, seperti dikutip dari Kompas, mengatakan bahwa AstraZeneca telah berkomitmen untuk menyediakan 100 juta dosis vaksin corona untuk Indonesia, pada Maret 2021 nanti.
Namun, belum lama ini terdengar kabar bahwa Indonesia batal membeli vaksin corona buatan AstraZeneca. Kabar ini dibantah oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Ketua Komite Penanganan COVID-19, Airlangga Hartanto, dalam talk show daring yang ditayangkan di kanal YouTube resmi BNPB, Selasa (27/10). Menurutnya, vaksin corona buatan AstraZeneca tetap dapat menjadi kandidat vaksin potensial.
Meski begitu, ketersediaan vaksin AstraZeneca belum bisa diadakan dalam waktu dekat. Oleh karena itu, menurut Airlangga, Presiden RI, Joko Widodo, tetap akan mengkaji dan melihat perkembangan beberapa kandidat vaksin corona, sesuai dengan kebutuhan yang ada di Indonesia.
Baca juga: Alasan Pandemi Belum Tentu Usai Meski Vaksin Corona Ditemukan
Kenalan Lebih Jauh dengan Vaksin AstraZeneca
Vaksin AstraZeneca yang bernama ChAdOx1 atau dikenal sebagai AZD1222, telah dilakukan uji klinis dalam skala besar di beberapa negara, termasuk Brasil, Amerika Serikat, dan Inggris. Saat ini, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kekebalan yang kuat dari virus corona. Namun, hasil uji klinis belum keluar, dan diharapkan bisa dirilis sebelum akhir tahun.
Jika ingin kenalan lebih jauh dengan vaksin buatan AstraZeneca, kamu perlu tahu profil perusahaan pembuatnya, bukan? Melansir Forbes, AstraZeneca adalah holding company atau perusahaan induk yang bergerak di bidang riset, pengembangan, dan manufaktur produk farmasi. Perusahaan ini berdiri pada 17 Juni 1992, dan bermarkas di Cambridge, Inggris.
Dari dulu hingga kini, produk-produk dari AstraZeneca telah banyak digunakan di bidang kesehatan. Meliputi bidang onkologi, kardiovaskular, ginjal, metabolisme, dan pernapasan. Jika melihat laporan keuangan mereka pada 2020, AstraZeneca membukukan total pendapatan sebesar 26,2 miliar dollar Amerika Serikat atau sekitar 384,5 triliun Rupiah. Dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaannya, AstraZeneca mempekerjakan 70.600 karyawan.
Baca juga: Uji Coba Vaksin Corona Lemah pada Lansia, Apa Alasannya?
Bekerjasama dengan Universitas Oxford
Dalam proses pengembangan dan pembuatan vaksin corona, AstraZeneca menjalin kerja sama dengan Universitas Oxford, Inggris. Mengutip laman resmi AstraZeneca, perusahaan ini telah mencapai kesepakatan tentang pengembangan dan distribusi vaksin corona dengan Universitas Oxford.
Dalam kesepakatan ini, AstraZeneca akan bertanggungjawab di bidang pengembangan dan manufaktur secara global, serta pendistribusian vaksin ke seluruh dunia. Namun, pada awal September 2020 lalu, AstraZeneca dan Oxford sempat menghentikan semua uji klinis yang tengah dilakukan.
Penghentian sementara itu dilakukan setelah seorang relawan di Inggris mengalami kondisi medis yang bernama myelitis transversal. Sebenarnya, penangguhan ini merupakan yang kedua kalinya bagi Oxford dan AstraZeneca, setelah Juli 2020, uji klinis mereka juga dihentikan setelah seorang relawan mengalami gejala neurologis.
Adanya Relawan yang Meninggal di Brasil
Baru-baru ini, seorang relawan di Brasil dikabarkan meninggal dunia saat proses uji klinis vaksin AstraZeneca berlangsung. Kabar meninggalnya relawan itu diumumkan pada Rabu (21/10) lalu oleh Badan Pengawas Kesehatan Brasil, Anvisa.
Baca juga: Berjuang Hasilkan Vaksin COVID-19, Ini Kandidatnya
Meski begitu, penyelenggara menyebut uji klinis vaksin AstraZeneca tidak akan dihentikan. Setelah dilakukan peninjauan atas kasus kematian relawan tersebut, uji klinis vaksin kembali dilanjutkan. Namun, otoritas kesehatan Brasil tidak memberi penjelasan rinci tentang meninggalnya relawan tersebut, dengan alasan protokol kerahasiaan.
Terkait hal ini, Universitas Oxford mengatakan "penilaian cermat" yang dilakukan menunjukkan tidak ada masalah keamanan pada vaksin AstraZeneca. Di sisi lain, AstraZeneca mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka tidak bisa memberi penjelasan kasus per individu, tetapi dapat mengonfirmasi bahwa semua proses peninjauan yang diperlukan telah dilakukan.
Jadi, uji klinis vaksin AstraZeneca pun kembali dilanjutkan. Diperkirakan, vaksin dari AstraZeneca dan Universitas Oxford ini akan menjadi salah satu yang pertama tersedia di pasaran. Saat ini, pengujian tahap pertama dan kedua telah mencatatkan hasil memuaskan, sedangkan pengujian tahap ketiga masih dalam proses.
Mari kita tunggu hasil uji klinis vaksin corona hingga tahap akhir, ya. Tentu saja sambil terus mematuhi protokol kesehatan pencegahan COVID-19, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak fisik dengan orang lain. Kalau tidak enak badan, sebaiknya di rumah saja, lalu download aplikasi Halodoc untuk berbicara pada dokter, kapan dan di mana saja.
Referensi:
Kompas. Diakses pada 2020. Pemerintah Beli 100 Juta Dosis Vaksin Covid-19 dari AstraZeneca untuk 2021.
Kompas. Diakses pada 2020. Indonesia Batal Beli Vaksin AstraZeneca? Ini Penjelasan Airlangga
Forbes. Diakses pada 2020. AstraZeneca - Profile.
Reuters. Diakses pada 2020. Factbox: Development of AstraZeneca's potential coronavirus vaccine.
Reuters. Diakses pada 2020. AstraZeneca COVID-19 vaccine trial Brazil volunteer dies, trial to continue.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan