Selain Mendaki Gunung, Ini 6 Hal yang Memicu Hipotermia
Halodoc, Jakarta – Hipotermia sering dikenal sebagai kedinginan ekstrem. Hal ini termasuk keadaan darurat medis akibat tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada menghasilkan panas, sehingga suhu dapat menurun drastis. Normalnya, orang sehat bersuhu 37 derajat Celcius. Ketika mengalami hipotermia, suhu bisa menurun sampai di bawah 35 derajat Celcius. Penurunan ekstrem ini dapat membuat jantung, sistem saraf dan organ lainnya tidak bekerja optimal.
Baca Juga: 3 Gejala Hipotermia yang Dialami Pendaki Gunung
Ketika kondisinya tidak ditangani sesegera mungkin, hipotermia dapat mengakibatkan kegagalan jantung dan sistem pernapasan yang bisa berujung kematian. Itu mengapa hipotermia dianggap sebagai kondisi darurat medis. Kasus hipotermia sering dialami oleh orang yang sedang mendaki gunung. Alasannya, semakin tinggi ketinggian maka suhu udara juga semakin rendah. Ketika tubuh tidak mampu beradaptasi dengan perubahan suhu ini, maka orang tersebut bisa mengalami hipotermia.
Faktor Penyebab Hipotermia
Selain mendaki gunung, ada penyebab lain yang bisa menyebabkan hipotermia, di antaranya:
-
Berendam di Air Dingin. Hipotermia dapat timbul dari lingkungan yang dingin, seperti selama musim dingin, atau dapat terjadi secara tiba-tiba misalnya ketika seseorang seseorang jatuh ke air dingin atau terlalu lama berendam di dalam air. Selain itu, orang-orang bisa kehilangan panas lebih cepat di air daripada di darat.
-
Pendingin ruangan yang berlebihan. Pendingin ruangan yang berlebihan dapat menyebabkan hipotermia. Hal ini rentan dialami oleh orang yang lebih tua. Orang tua biasanya lebih sensitif terhadap perubahan suhu.
-
Zat terlarang. Penyalahgunaan zat juga bisa meningkatkan risiko hipotermia.
-
Mengidap masalah kesehatan. Mengidap kesehatan mental atau fisik ternyata juga meningkatkan risiko terjadinya hipotermia.
-
Gangguan metabolisme. Gangguan metabolisme umumnya menyebabkan tingkat metabolisme basal yang lebih rendah. Gangguan ini menyebabkan tubuh menghasilkan lebih sedikit panas secara internal.
-
Paparan toksin dan gangguan fungsi tubuh. Terpapar racun atau disfungsi kelenjar tiroid, adrenal, atau hipofisis juga bisa menjadi penyebab hipotermia.
Baca Juga: Ajak Anak Jogging saat Pagi Gelap Bisa Terkena Hipotermia?
Bagaimana Mengidentifikasi Gejala Hipotermia?
Menggigil adalah reaksi utama tubuh ketika suhu mulai menurun. Alasannya, menggigil menjadi reaksi tubuh sebagai upaya untuk menghangatkan diri. Selain menggigil, hipotermia juga ditandai dengan cara berikut ini:
-
Bicara cadel atau bergumam;
-
Napas lambat dan dangkal;
-
Denyut nadi melemah;
-
Kecanggungan atau kurangnya koordinasi;
-
Mengantuk atau hilangnya energi;
-
Kebingungan atau kehilangan memori;
-
Hilang kesadaran;
-
Kulit berubah menjadi merah cerah.
Orang yang mengalami hipotermia biasanya tidak menyadari kondisinya karena gejalanya sering dimulai secara bertahap. Jika kamu ingin tahu lebih lanjut tentang kondisi ini, seperti pertolongan pertama apa yang bisa dilakukan, kamu dapat bertanya ke dokter Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call.
Baca Juga: Bukan Hubungan Intim, Ini Skin to Skin Atasi Hipotermia
Kalau kamu berencana mendaki gunung dan tidak ingin mengalami hipotermia, pastikan mengenakan pakaian tertutup dan mampu menjaga tubuh tetap hangat. Jangan lupa untuk mengenakan topi dan pelindung lainnya untuk mencegah panas tubuh keluar dari kepala, wajah, dan leher. Hindari melakukan aktivitas yang membuat tubuh banyak berkeringat. Alasannya karena pakaian basah dan cuaca dingin berisiko menghilangkan panas tubuh lebih cepat.
Referensi :
Medical News Today. Diakses pada 2019. Everything you need to know about hypothermia.
NHS. Diakses pada 2019. Hypothermia.
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Hypothermia.
Healthline. Diakses pada 2019. Hypothermia.