Selain Kehilangan Suara, Ini Gejala Lain Kanker Laring
Halodoc, Jakarta – Kehilangan suara sebenarnya tidak menjadi satu-satunya tanda kalau seseorang mengidap kanker laring. Suara serak juga bisa karena pilek, infeksi dada, atau penggunaan suara yang berlebihan seperti berteriak ataupun menjerit.
Ada beberapa kondisi yang lebih spesifik lagi yang menjadi tanda seseorang mengidap kanker laring. Kesulitan menelan, rasa sakit atau sensasi terbakar di tenggorokan, dan penurunan berat badan. Penurunan berat badan adalah gejala umum dari banyak kanker, termasuk kanker laring. Ingin tahu lebih lanjut mengenai dampak kanker laring? Baca lanjutannya di sini!
Baca juga: Waspada, Ini Penyebab Kanker Tenggorokan
Gejala Kanker Laring
Gejala kanker tenggorokan dapat bervariasi berdasarkan lokasi spesifiknya. Kadang-kadang, itu dapat menyebabkan benjolan teraba di leher, meskipun gejala ini tidak selalu ada. Penting juga untuk dicatat bahwa benjolan leher sering dikaitkan dengan infeksi saluran pernapasan atas, seperti radang tenggorokan, dan tidak selalu menunjukkan adanya kanker.
Benjolan-benjolan ini sebenarnya adalah kelenjar getah bening yang telah membesar sementara untuk melawan infeksi. Setelah infeksi sembuh, kelenjar getah bening kembali ke ukuran normal dan benjolan hilang. Ketika benjolan terjadi tanpa infeksi atau bertahan lama setelah infeksi sembuh mungkin merupakan tanda kanker tenggorokan.
Selain benjolan, pembengkakan atau ketebalan di leher, beberapa tanda dan gejala kanker tenggorokan lainnya termasuk:
-
Kesulitan menelan (disfagia);
-
Perasaan bahwa makanan telah bersarang di tenggorokan;
-
Suara serak dan perubahan vokal lainnya;
-
Sakit tenggorokan yang terus-menerus;
-
Sensasi sakit di mulut di mana area mulut jadi mudah berdarah atau tidak sembuh dalam beberapa hari;
-
Bercak merah atau putih pada gusi, lidah atau lapisan pipi;
-
Mati rasa di mulut atau lidah;
-
Hidung tersumbat kronis; dan
-
Sakit telinga.
Siapa yang Paling Berisiko?
Semua orang bisa saja terkena kanker laring. Beberapa faktor yang meningkatkan risikonya adalah usia, genetik, dan gaya hidup. Pengguna tembakau alias perokok memiliki risiko lebih besar mendapatkan kanker laring.
Kebanyakan orang dengan kanker ini memiliki riwayat merokok atau paparan tembakau lainnya cenderung mengidap kanker laring. Semakin sering intensitas merokoknya, semakin besar juga risikonya. Ini termasuk segala jenis rokok, baik pipa maupun cerutu.
Baca juga: Hentikan Kebiasaan Merokok untuk Mencegah Kanker Tenggorokan
Ternyata risiko yang sama juga dialami mereka yang tidak merokok, tetapi terpapar asap rokok. Kemudian, konsumsi alkohol sedang atau berat (lebih dari 1 gelas sehari) juga meningkatkan risiko kanker laring.
Menggabungkan dua kebiasaan merokok dan minum alkohol bisa meningkatkan risiko terkena kanker laring lebih tinggi. Tidak mendapatkan nutrisi yang cukup juga bisa terkena kanker laring. Disarankan bahwa makan lebih sedikit makanan yang digoreng dan makanan olahan dan makan lebih banyak makanan nabati dapat membantu mengurangi risiko kanker laring.
Infeksi HPV jenis tertentu juga dapat menyebabkan beberapa bentuk kanker, termasuk kanker laring. Beberapa kanker amandel justru dipicu oleh infeksi HPV—walaupun bukan pemicu utama, tetapi diyakini aktivitas seksual tidak sehat, seperti oral bisa jadi salah satu penyebabnya.
Bagaimana pengobatannya? Semua tergantung pada stadium kanker dan kesehatan pengidap secara keseluruhan. Fokus utama perawatan adalah mencoba menyelamatkan laring dan suara jika memungkinkan. Kebanyakan ahli tidak merekomendasikan operasi yang mengangkat laring, kecuali tidak ada pilihan lain.
Kalau ingin tahu lebih banyak mengenai kanker laring, bisa langsung tanyakan ke Halodoc. Dokter ataupun psikolog yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Referensi: