Selain Kanker, Kemoterapi Bisa Digunakan untuk Pengobatan Penyakit Ini

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   09 September 2021

“Selain kanker, terdapat jenis penyakit yang bisa diobati lainnya dengan kemoterapi. Di antaranya adalah penyakit kelainan sumsum tulang belakang, serta penyakit dengan gangguan sistem kekebalan tubuh seperti rupus dan rheumatoid arthritis. Meski menjadi cara efektif sebagai pengobatan, kemoterapi tetap dapat membawa risiko efek samping.”

Selain Kanker, Kemoterapi Bisa Digunakan untuk Pengobatan Penyakit IniSelain Kanker, Kemoterapi Bisa Digunakan untuk Pengobatan Penyakit Ini

Halodoc, Jakarta –  Kemoterapi adalah perawatan obat yang menggunakan bahan kimia kuat untuk membunuh sel-sel abnormal yang tumbuh cepat di tubuh. Kemoterapi paling sering digunakan untuk mengobati kanker, karena sel kanker tumbuh dan berkembang biak jauh lebih cepat daripada kebanyakan sel dalam tubuh.

Meskipun kemoterapi adalah cara yang efektif untuk mengobati banyak jenis kanker, pengobatan kemoterapi juga membawa risiko efek samping. Beberapa efek samping kemoterapi ringan dan dapat diobati, sementara yang lain dapat menyebabkan komplikasi serius. Lantas, penyakit apa saja yang bisa diobati dengan kemoterapi? Baca selengkapnya di sini!

Penyakit Sumsum Tulang Belakang dan Gangguan Imun Tubuh

Tadi sudah disinggung kalau kemoterapi bekerja untuk menghilangkan pertumbuhan sel-sel yang membelah dengan cepat dalam tubuh. Beberapa jenis kemoterapi juga langsung merusak DNA dan mengganggu pembangunan DNA. Berbagai jenis dan dosis kemo yang diberikan ditentukan oleh dokter berdasarkan kondisi dan penyakit yang dialami seseorang.

Selain kanker, jenis penyakit yang bisa diobati lainnya dengan kemoterapi adalah penyakit kelainan sumsum tulang belakang, serta penyakit dengan gangguan sistem kekebalan tubuh seperti rupus dan rheumatoid arthritis.

Baca juga: Kemoterapi Bisa Memicu Terjadinya Kanker Darah

Penyakit sumsum tulang adalah penyakit yang memengaruhi sumsum tulang dan sel darah. Penyakit ini biasanya dapat diobati dengan transplantasi sumsum tulang, juga dikenal sebagai transplantasi sel induk. Kemoterapi sering digunakan untuk mempersiapkan transplantasi sumsum tulang.

Dosis obat kemoterapi yang lebih rendah dapat membantu mengendalikan sistem kekebalan yang terlalu aktif pada penyakit tertentu, seperti lupus dan rheumatoid arthritis. Itulah sebabnya mengapa kemoterapi bisa juga digunakan sebagai bagian dari pengobatan orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh.

Dan sama seperti penanganan untuk kanker, kemoterapi untuk penyakit lainnya diberikan dalam berbagai bentuk mulai dari intravena, topikal, disuntikkan, atau diterima secara oral. Terkait kanker, kemoterapi adalah pilihan pengobatan untuk banyak jenis kanker. Ini mungkin direkomendasikan untuk kanker stadium awal, kanker metastatik, dan jika kanker kambuh.

Baca juga: 6 Cara Mudah untuk Tingkatkan Sistem Imun Tubuh

Kemoterapi menjadi pilihan selain operasi, terapi radiasi, dan obat-obatan lainnya. Pengidap kanker kemungkinan menjalani kemoterapi sebelum operasi (neoadjuvant) untuk mengecilkan tumor atau kemoterapi atau setelah operasi (adjuvant) untuk membunuh kanker yang mungkin tersisa. 

Penanganan Efek dari Kemoterapi

Studi menunjukkan, banyak kanker merespon dengan baik kemoterapi dosis rendah yang dikombinasikan dengan terapi radiasi dalam rejimen yang disebut kemoradiasi. Perlu diketahui bahwa setiap kemoterapi dapat memengaruhi pasien secara personal tergantung pada jenis kemoterapi dan dosis yang diberikan. 

Beberapa orang tetap dapat bekerja selama perawatan kemoterapi. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, kemoterapi dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada tiap-tiap orang. Efeknya bisa saja kelelahan, sembelit, rambut rontok, mual, dan perubahan suasana hati. 

Baca juga: Mengenal Lebih Jauh Fungsi Paru-Paru Tubuh

Beberapa orang mendapatkan sedikit efek samping atau bahkan tidak ada sama sekali. Beberapa efek kemoterapi yang bertahan lama dan berkembang lambat dapat mencakup: 

1. Masalah paru-paru, jantung, dan ginjal

2. Infertilitas

3. Kerusakan saraf, yang disebut neuropati perifer

4. Peluang lebih tinggi terkena kanker kedua

Mengubah pola makan dapat membantu mengatasi efek dari kemoterapi. Beberapa tips pola makan yang direkomendasikan buat mereka yang menjalani kemoterapi, yaitu: 

1. Perhatikan Asupan Kalori dan Protein 

Nafsu makan biasanya paling tinggi di pagi hari, sehingga bisa menjadi waktu yang tepat untuk makan lebih banyak bagi mereka yang menjalani kemoterapi. Jika memungkinkan, perbanyak asupan kalori dan nutrisi penting, seperti protein. 

2. Makanan Cair sebagai Alternatif

Jika makanan padat tidak menarik, cobalah menggantinya dengan makanan cair seperti jus, sup, atau susu. Terpenting adalah pastikan makanan masuk tepat pada porsinya. 

3. Makanan yang Didinginkan

Cara yang bisa dilakukan untuk merangsang selera makan, yaitu cobalah mengonsumsi makanan lunak dingin atau beku. Misalnya, seperti yogurt, milkshake, dan es loli.

4. Makan dalam Porsi Kecil

Makanlah lima atau enam kali sehari dengan porsi kecil untuk membantu agar tidak merasa terlalu kenyang dan mencegah mual sembari tetap mengisi asupan energi untuk tubuh.

Itulah informasi mengenai kemoterapi dan penyakit yang biasanya membutuhkan perawatan kemoterapi. Selengkapnya tanyakan pada dokter ahli langsung lewat aplikasi Halodoc, kapan saja dan di mana saja. 

This image has an empty alt attribute; its file name is HD-RANS-Banner-Web-Artikel_Spouse.jpg
Referensi:
Stanford Health Care. Diakses pada 2021. Conditions Treated with Chemotherapy
WebMD. Diakses pada 2021. 10 Things You Didn’t Know About Chemotherapy