Seberapa Penting Melakukan Terapi Radiasi untuk Penyakit Tiroid?
Halodoc, Jakarta – Tiroid merupakan kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terletak di bagian depan leher, tepatnya melilit batang tenggorokan (trakea). Kelenjar ini bekerja membantu tubuh untuk mengendalikan banyak fungsi vital tubuh. Ketika kelenjar ini mengalami gangguan, fungsi vital di tubuh tentu juga akan terpengaruh.
Jika tubuh membuat terlalu banyak hormon tiroid, maka seseorang akan berada pada kondisi yang disebut hipertiroidisme. Jika tubuh membuat hormon tiroid terlalu sedikit, maka seseorang bisa mengalami hipotiroidisme. Terapi radiasi adalah salah satu perawatan yang bisa dipilih untuk mengatasi penyakit tiroid. Namun, seberapa penting perawatan ini perlu dilakukan?
Baca juga: Ketahui 6 Persiapan Sebelum Melakukan Terapi Radiasi
Seputar Terapi Radiasi untuk Atasi Penyakit Tiroid
Kelenjar tiroid bekerja dengan menyerap yodium yang ada dalam tubuh. Terapi radiasi atau dalam dunia medis disebut sebagai radioiodine atau yodium radioaktif sering dibutuhkan untuk mengatasi penyakit tiroid, khususnya kanker tiroid.
Terapi ini bekerja dengan sel-sel tiroid yang tidak terkendali yang menyerap yodium secara berlebihan. Perawatan ini juga bekerja untuk mengecilkan jaringan tiroid yang tidak bisa dihilangkan dengan operasi atau untuk mengobati beberapa jenis kanker tiroid yang telah menyebar ke kelenjar getah bening dan bagian lain dari tubuh.
Menurut dari American Cancer Society, terapi radiasi membantu pengidap kanker tiroid papiler atau folikuler yang menyebar ke leher atau bagian tubuh lainnya untuk hidup lebih lama. Sayangnya, terapi radioiodine kurang jelas manfaatnya bagi orang-orang yang kankernya belum menyebar atau yang dapat dihilangkan sepenuhnya dengan operasi. Oleh sebab itu, pastikan untuk mendiskusikan dan mempertimbangkan perawatan ini dengan dokter terlebih dahulu.
Kalau kamu berencana mengunjungi rumah sakit untuk menemui dokter, kamu bisa membuat janji dengan dokter terlebih dahulu melalui aplikasi Halodoc. Tinggal pilih dokter di rumah sakit yang tepat sesuai dengan kebutuhan kamu lewat aplikasi.
Persiapan Sebelum Menjalani Prosedur Radioiodine
Seseorang yang akan menjalani radioiodine harus memiliki kadar hormon perangsang tiroid (TSH atau thyrotropin) yang cukup tinggi dalam darah. Hormon ini yang membuat jaringan tiroid dan sel kanker menyerap yodium radioaktif secara berlebih. Jika tiroid telah dihapus, ada beberapa cara untuk meningkatkan kadar TSH sebelum menjalani radioiodine.
Baca juga: 4 Penyakit Ini Memerlukan Terapi Radiasi
Salah satu caranya adalah berhenti minum pil hormon tiroid selama beberapa minggu. Ini bertujuan untuk menurunkan hormon tiroid (hipotiroidisme), sehingga kelenjar pituitari akan melepaskan lebih banyak TSH. Hipotiroidisme yang disengaja ini bersifat sementara, tetapi sering menyebabkan gejala seperti kelelahan, depresi, penambahan berat badan, sembelit, nyeri otot, dan berkurangnya konsentrasi.
Cara lainnya dengan mendapatkan suntikan thyrotropin yang dapat menahan hormon tiroid untuk jangka waktu yang lama. Obat ini perlu diberikan setiap hari selama 2 hari, diikuti dengan perawatan radioiodine pada hari ke-3. Kebanyakan dokter juga menganjurkan pengidap penyakit tiroid untuk mengikuti diet rendah yodium selama 1 atau 2 minggu sebelum perawatan.
Adakah Risiko Efek Sampingnya?
Setelah menjalani prosedur, tubuh akan mengeluarkan radiasi untuk beberapa waktu. Tergantung pada dosis radioiodine yang digunakan, pengidap mungkin perlu berada di rumah sakit selama beberapa hari setelah perawatan dan ditempatkan di ruang isolasi khusus untuk mencegah paparan radiasi ke orang lain. Efek samping jangka pendek dari terapi radiasi, seperti:
- Nyeri leher dan bengkak;
- Mual dan muntah;
- Pembengkakan dan kelembutan kelenjar ludah;
- Mulut kering;
- Perubahan untuk mengenali rasa.
Baca juga: Hal yang Perlu Diperhatikan Setelah Melakukan Terapi Radiasi
Kalau kamu mengalami gejala di atas setelah menjalani terapi radiasi, kamu dapat mengunyah permen karet atau mengisap permen keras untuk membantu masalah kelenjar ludah.