Seberapa Efektif Mencegah Kehamilan dengan KB Spiral?
Halodoc, Jakarta - Bagi kamu yang baru ingin menggunakan alat kontrasepsi, apakah sudah pernah mengenal alat bernama intrauterine device (IUD)? Kalau belum, bagaimana dengan spiral KB? Spiral KB atau IUD adalah salah satu alat kontrasepsi yang umum digunakan, selain kondom dan pil KB.
Spiral KB ini bekerja dengan cara menghambat gerakan sperma menuju saluran rahim. Dengan begitu, terjadinya pembuahan pada sel telur pun bisa dicegah sehingga tidak terjadi kehamilan. Pertanyaannya, seberapa efektif mencegah kehamilan dengan KB spiral?
Baca juga: Pahami 8 Fakta Mengenai Kontrasepsi IUD
Spiral KB Efektif Cegah Kehamilan?
Mau tahu seberapa efektif spiral KB untuk mencegah kehamilan? Menurut National Health Service (NHS) - UK, jika dipasang dengan benar, IUD memiliki keefektifan sebesar 99 persen. Sangat, efektif bukan? Keunggulannya lagi, IUD ini bisa bertahan lama, 5 hingga 10 tahun bergantung pada jenisnya.
Selain sangat efektif untuk mencegah kehamilan, spiral KB masih memiliki beberapa keunggulan lainnya, seperti:
- Setelah dipasang, IUD langsung berfungsi.
- Bisa hamil segera setelah IUD dilepas.
- Kebanyakan orang yang memiliki kandungan bisa menggunakannya.
- IUD aman digunakan oleh ibu menyusui.
- Tidak ada efek samping hormonal, seperti jerawat, sakit kepala atau nyeri payudara.
- Tidak terpengaruh oleh obat lain.
- Tidak mengganggu hubungan seks.
- Tidak ada bukti bahwa IUD memengaruhi berat badan, atau meningkatkan risiko kanker serviks, kanker rahim (rahim), atau kanker ovarium.
Ingat, meski memiliki berbagai keunggulan, spiral KB juga punya beberapa kekurangan. Selain itu, KB spiral tidak direkomendasikan digunakan oleh semua kelompok wanita.
Oleh sebab itu, bagi kamu yang ingin menggunakan spiral KB, sebaiknya perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Tidak perlu keluar rumah, kamu bisa menghubungi dokter ahli kapan saja dan di mana saja. Praktis, kan?
Baca juga: Benarkah IUD Lebih Baik dari KB Suntik?
Jangan Lebih dari 6 Tahun
Meski bisa digunakan hingga 10 tahun (berdasarkan jenisnya), tapi penggunaannya sebaiknya jangan terlalu lama, terutama pada pasangan yang masih produktif dan mengharapkan keturunan. KB spiral yang digunakan terlalu lama bisa memicu masalah pada ibu di kemudian hari.
Melansir dari laman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - Info Sehat FKUI, penggunaan spiral KB berbahan cuprum atau tembaga dapat mempengaruhi peluang hamil atau return of fertility.
“Jika memasang IUD jenis copper T (CuT) sebaiknya jangan lebih dari 6 tahun. Setelah 6 tahun bisa ganti kontrasepsi lain yang sesuai keinginan dan kenyamanan,” kata dokter ahli kandungan dr Irvan Adenin, SpOG dalam promosi doktor Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM).
Efek samping itu terungkap dalam risetnya yang berjudul Hubungan Komponen Inflamasi Dengan Glikodelin Dan Perannya Sebagai Mekanisme Kerja AKDR Lippes Loop.
Riset ahli tersebut membandingkan mekanisme kerja Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) tipe CuT yang mudah ditemui di pasaran, dan lippes loop (LL) yang tak lagi digunakan sejak 1969. Bagaimana hasil penelitiannya?
Riset tersebut menggunakan hewan uji tikus yang juga menghasilkan glikodelin. Protein ini yang dapat menghalangi sperma bertemu ovum, dalam mekanisme kerja kontrasepsi IUD yang disebut sperma oocyt binding. Menurut studi tersebut, tipe CuT dan LL sama-sama meningkatkan produksi glikodelin yang mencegah terjadinya kehamilan.
Baca juga: 13 Fakta Tentang Kontrasepsi IUD yang Perlu Diketahui
Akan tetapi, penggunaan spiral KB tipe CuT dapat menyebabkan kematian sel endometrium atau selaput lendir pada rahim. Sementara itu, hal ini tidak terjadi pada penggunaan spiral tipe LL yang terus digunakan hingga menopause.
Singat kata, semakin lama seseorang menggunakan spiral KB tipe CuT, maka peluang kembali hamil makin kecil.
Nah, bagi kamu yang ingin menggunakan spiral KB sebagai alat kontrasepsi, bisa kok memeriksakan diri ke rumah sakit pilihan. Sebelumnya, buat janji dengan dokter di aplikasi Halodoc sehingga tidak perlu mengantre sesampainya di rumah sakit. Praktis, kan?