Sebabkan Peradangan Kantong Empedu, Ketahui Fakta Kolesistitis
Halodoc, Jakarta – Kantong empedu adalah organ kecil berbentuk menyerupai buah pir yang terletak di sisi kanan area abdomen, tepatnya berada di balik organ hati. Kantong empedu berfungsi menyimpan cairan pencernaan yang dialirkan ke usus halus (disebut sebagai zat empedu).
Terbentuknya batu empedu berpotensi menghambat aliran zat empedu, sehingga menyebabkan penumpukan zat di kantong empedu. Akibatnya, seseorang berisiko mengalami peradangan yang disebut kolesistitis. Kolesistitis yang tidak mendapatkan penanganan bisa memicu kerusakan kantong empedu secara permanen.
Baca Juga: 8 Tanda Seseorang Terkena Kolesistitis
Ketahui Gejala dan Penyebab Kolesistitis
Gejala utama kolesistitis adalah nyeri perut yang parah di bagian kanan atas. Nyeri muncul setelah konsumsi makanan tertentu, terutama makanan berlemak. Rasa sakit bisa menjalar hingga ke area punggung atau tulang belikat kanan. Gejala lainnya adalah mual, muntah, nafsu makan berkurang, demam, berkeringat, serta kulit dan mata menguning.
Sebagian besar kasus kolesistitis disebabkan karena penyumbatan saluran empedu, sehingga cairan empedu terperangkap di dalam kantong empedu. Akibatnya, terjadi iritasi dan tekanan pada kantong empedu yang menyebabkan pembengkakan dan infeksi. Selain karena penyumbatan saluran empedu, kolesistitis bisa terjadi akibat penyakit sepsis, AIDS, malnutrisi berat, luka bakar, dan diabetes.
Seseorang berisiko tinggi mengidap kolesistitis jika berjenis kelamin wanita, sedang hamil, berusia lanjut, mengidap obesitas, berat badan naik atau turun terlalu cepat, atau sedang menjalani terapi hormon tertentu.
Baca Juga: 4 Pantangan Makanan Bagi Pengidap Kolesistitis
Diagnosis dan Pengobatan Kolesistitis
Kolesistitis didiagnosis melalui metode Murphy's sign. Metode ini dilakukan dengan menekan perut bagian bawah tulang iga kanan. Saat menarik napas, kantong empedu bergeser dan menyentuh tekanan tangan dokter. Seseorang dicurigai mengidap kolesistitis jika mengalami nyeri selama pemeriksaan berlangsung. Untuk menetapkan diagnosis kolesistitis, dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa tes darah, USG, foto rontgen, MRI, atau CT scan.
Setelah diagnosis ditetapkan, pengidap kolesistitis menjalani pengobatan khusus. Di antaranya meliputi aktivitas berpuasa atau diet rendah lemak agar beban kerja kantong empedu berkurang, pemberian cairan melalui infus untuk mencegah dehidrasi, serta penggunaan obat-obatan untuk meredakan nyeri. Pada kasus yang parah, prosedur operasi pengangkatan kantong empedu (kolesistektomi) diperlukan. Tujuannya untuk mengurangi risiko komplikasi dan mencegah kekambuhan penyakit.
Cara Mencegah Kolesistitis
Perlu diketahui bahwa kolesistitis tidak bisa dicegah sepenuhnya, terutama jenis kolesistitis akut. Namun, risiko kolesistitis bisa dikurangi dengan membiasakan hal berikut:
-
Menerapkan pola makan sehat. Khususnya konsumsi makanan kaya serat dan rendah lemak, seperti buah dan sayuran.
-
Menjaga berat badan ideal. Caranya dengan menerapkan pola makan sehat dan aktivitas fisik. Setidaknya, kamu dianjurkan berolahraga selama 15-30 menit per hari. Jika berat badan berlebihan (kategori overweight atau obesitas), kamu dianjurkan menurunkan berat badan secara bertahap. Cukup buat target berat badan menurun sebanyak 1/2-1 kilogram per minggunya.
Baca Juga: Pengidap Batu Empedu Ternyata Berisiko Alami Kolesistitis
Itulah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kolesistitis. Kalau kamu punya keluhan serupa, jangan ragu berbicara dengan dokter Halodoc. Kamu hanya perlu membuka aplikasi Halodoc dan masuk ke fitur Talk to A Doctor untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan