Risiko Stunting pada Anak Meningkat selama Pandemi
“Pandemi COVID-19 memang membuat banyak aspek jadi lebih sulit, salah satunya risiko stunting pada anak. Sebelum pandemi saja, angka anak stunting di Indonesia sudah cukup tinggi. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan, orangtua harus lebih memperhatikan gizi dan nutrisi anak. Karena tinggi atau berat badan anak yang tidak optimal, tidak selalu disebabkan oleh keturunan.”
Halodoc, Jakarta – Pandemi virus corona berdampak pada banyak hal, termasuk kesehatan dan tumbuh kembang anak. Kondisi dunia saat ini disebut bisa meningkatkan risiko stunting pada anak, termasuk di Indonesia. Bukan tanpa alasan, risiko stunting pada anak bisa meningkatkan karena terbatasnya akses layanan kesehatan dan makanan sehat untuk anak.
Hal itu bisa menyebabkan anak mungkin mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi. Tentu saja, hal ini akan meningkatkan risiko stunting atau gangguan tumbuh kembang lain pada Si Kecil. Stunting terjadi karena masalah gizi kronis yang kemudian memicu anak memiliki tinggi badan di bawah angka normal alias kerdil.
Baca juga: Agar Si Kecil Tambah Tinggi, Coba 4 Makanan Ini
Risiko Stunting di Masa Pandemi
Stunting menyebabkan anak memiliki perawakan pendek akibat gangguan pertumbuhan yang sebagian besar terjadi karena masalah nutrisi. Stunting bisa terjadi karena asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, atau asupan tidak dapat mencukupi kebutuhan gizi. Nah, hal ini mungkin terjadi di tengah pandemi virus corona.
Ada keterbatasan asupan makanan sehat dan akses terhadap layanan kesehatan. Angka stunting anak di Indonesia sebenarnya cukup tinggi, bahkan sebelum pandemi terjadi. COVID-19 membuat terhambatnya layanan kesehatan, masalah ekonomi, hingga distribusi makanan yang kurang merata. Alhasil, risiko penyakit bisa meningkat, termasuk stunting pada anak.
Hal ini sebenarnya tidak boleh dibiarkan begitu saja. Ada banyak dampak jangka panjang yang negatif jika stunting terus dibiarkan terjadi pada anak. Sayangnya, masih banyak salah kaprah terhadap kondisi stunting. Anak yang gagal tumbuh atau memiliki tubuh pendek sering disebut sebagai “masalah keturunan”.
Baca juga: 5 Fakta Penting Mengenai Stunting
Padahal, bukanlah masalah genetik. Kondisi ini terjadi karena ada gangguan atau kurang asupan nutrisi yang baik. Faktor lingkungan sekitar juga disebut memengaruhi risiko stunting. Nutrisi yang dikonsumsi sangat memengaruhi pertumbuhan anak. Orangtua mungkin saja “menurunkan” kebiasaan makan yang kurang baik, sehingga meningkatkan risiko stunting pada anak.
Dampak Stunting pada Tumbuh Kembang Anak
Stunting menyebabkan anak mengalami tumbuh kembang yang tidak optimal. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi tinggi dan berat badan saja, kekurangan gizi dalam waktu lama sejak usia dini bisa berdampak pada kecerdasan dan kesehatan tubuh anak.
Berikut ini kondisi yang bisa terjadi pada anak yang mengalami stunting:
1. Memiliki Tubuh Pendek dan Berat Badan Rendah
Anak-anak yang mengidap stunting mungkin tidak akan bertumbuh tinggi secara maksimal. Akibatnya, mereka memiliki tubuh yang lebih pendek dari anak-anak seusianya dan cenderung memiliki berat badan yang rendah juga.
2.Memiliki Tingkat Kecerdasan di Bawah Rata-rata
Stunting juga menyebabkan anak tidak mengembangkan kemampuan intelektual mereka secara maksimal. Akibatnya, anak stunting tidak bisa menyerap pelajaran dengan baik selama usia sekolah dan tidak memiliki prestasi yang baik.
Hal ini juga bisa berpengaruh pada produktivitasnya pada saat dewasa nanti. Melansir dari The Power of Nutrition, orang yang mengalami stunting pada masa kanak-kanak berpenghasilan 20 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak mengalami stunting.
3. Anak jadi Mudah Sakit
Kekurangan gizi juga bisa menyebabkan anak memiliki sistem kekebalan tubuh yang tidak baik, sehingga ia akan mudah jatuh sakit.
4.Berisiko Mengidap Berbagai Penyakit
Anak yang stunting berisiko tinggi mengidap penyakit kardiovaskular saat dewasa, seperti jantung koroner dan stroke. Selain itu, berbagai risiko kesehatan lainnya yang juga bisa terjadi pada pengidap stunting, antara lain diabetes mellitus, hipertensi, dan anemia.
Salah satu cara terbaik untuk mencegah stunting pada anak adalah dengan memenuhi asupan nutrisi yang dibutuhkan. Di tengah situasi pandemi seperti saat ini, hal itu mungkin akan terasa sulit tapi bukan berarti tidak bisa.
Cara yang bisa dilakukan anak tidak mengalami stunting, yaitu dengan memenuhi asupan nutrisi lengkap, tidak hanya nasi tapi juga disertai lauk dan sayuran bergizi seimbang.
Stunting sama sekali tidak boleh disepelekan dan sebaiknya mendapat perhatian khusus. Sebab, stunting pada anak bisa memicu masalah kesehatan lainnya, termasuk perkembangan yang terhambat, sistem imun yang rendah sehingga anak mudah sakit, gangguan sistem pembakaran, hingga penurunan fungsi kognitif.
Masalah gizi yang sangat parah bisa menyebabkan kematian pada bayi dan anak. Stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak dan IQ anak. Pada jangka panjang, stunting bisa memicu terjadinya penyakit berbahaya, seperti diabetes melitus, hipertensi, obesitas, dan jantung koroner. Kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama bisa meningkatkan risiko stunting.
Baca juga: Ayo Cari Tahu MPASI Terbaik untuk Mencegah Stunting
Sangat penting untuk memperhatikan asupan nutrisi dan gizi seimbang pada anak. Jika dibutuhkan, lengkapi dengan konsumsi suplemen tambahan agar Si Kecil terhindar dari malnutrisi.
Diskusikan kondisi Si Kecil pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Bila perlu beli suplemen yang diresepkan dokter untuk Si Kecil melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang!