Risiko Prosedur Pemeriksaan Rontgen pada Anak
“Rontgen menggunakan sinar radiasi untuk menghasilkan gambar. Banyak orang yang khawatir soal efek dari paparan radiasi rontgen.”
Halodoc, Jakarta – Rontgen adalah metode pemeriksaan menggunakan radiasi gelombang elektromagnetik atau sinar-X untuk menampilkan gambar bagian dalam tubuh. Dokter kerap melakukan metode ini untuk mendiagnosis penyakit. Walaupun dibutuhkan, tak sedikit orang yang ragu melakukannya lantaran khawatir soal paparan radiasi.
Setiap orang dari rentang pelbagai usia sejatinya tidak boleh terpapar oleh radiasi. Dilansir dari National Cancer Institute, radiasi dengan gelombang cukup panjang dapat merusak DNA dan menyebabkan kanker. Itu sebabnya, pemeriksaan rontgen kudu dilakukan secara hati-hati.
Risiko Pemeriksaan Rontgen untuk Anak
Anak-anak jauh lebih rentan terkena efek radiasi jika dibandingkan orang dewasa. Sebab, selama masa pertumbuhan, sel-sel anak masih mengalami pembelahan. Adanya radiasi bisa mempengaruhi dan menghambat proses tersebut.
Bukan itu saja, anak di bawah 16 tahun juga berisiko 2 kali lipat terkena kanker dari orang dewasa. Sebab, mereka dinilai punya usia yang lebih panjang sehingga peluang perkembangan kanker lebih besar.
Oleh sebab itu, dokter dan orang tua perlu menimbang betul besaran manfaat pemeriksaan ini. Jangan sampai dampaknya lebih besar ketimbang manfaatnya. Tetapi, pemeriksaan rontgen umumnya menggunakan radiasi yang relatif rendah jika dibandingkan dengan tes pencitraan lain seperti CT-Scan.
Hal yang Bisa Dilakukan untuk Meminimalisir Paparan Radiasi pada Anak
Walaupun paparan radiasi dalam pemeriksaan rontgen relatif kecil, orang tua perlu berusaha meminimalisir efek tersebut. Pertama, tanyakan dokter seberapa urgensi-nya pemeriksaan rontgen. Tanyakan juga alternatif pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi (USG) yang menggunakan gelombang suara.
Lewat pertanyaan-pertanyaan ini, orang tua bisa lebih melek soal kegunaan rontgen dan risiko efek radiasi. Disini orang tua bersama dokter juga bisa saling menimbang manfaat dan kerugiannya.
Jika dokter yang disambangi masih menyarankan pemeriksaan rontgen tetapi orang tua masih ragu, pertimbangkan untuk berpindah ke rumah sakit khusus anak-anak. Tipe rumah sakit tersebut umumnya punya fasilitas yang spesifik untuk anak. Boleh jadi pemeriksaan radiasinya lebih ramah untuk usia mereka.
Setelah menjalani pemeriksaan, simpan hasil foto rontgen. Tujuannya agar anak tidak perlu foto ulang untuk mengurangi risiko paparan radiasi.
Selain mendiagnosis penyakit, foto rontgen sering dimanfaatkan untuk memeriksa gigi. Menurut The American Dental Association (ADA), anak-anak dan remaja yang mengalami gigi berlubang perlu melakukan rontgen gigi sekitar 6-12 bulan sekali. Untuk anak yang giginya bermasalah, pemeriksaan bisa dilakukan satu sampai dua tahun sekali saja.
Ahli menyebut kalau risiko pemeriksaan ini untuk anak-anak cenderung rendah. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan soal prosedur gigi tersebut.
Yang jadi masalah ketika dokter gigi merekomendasikan pemeriksaan dengan CT Scan. Perlu diketahui bahwa CT Scan hanya digunakan ketika anak mengalami cedera di bagian rahang atau perlu memperbaiki posisi gigi yang abnormal. Untuk pemeriksaan rutin dalam masalah gigi sederhana, anak hanya membutuhkan rontgen saja.
Jika ibu punya pertanyaan lain soal pemeriksaan rontgen untuk anak, segera menghubungi dokter melalui aplikasi Halodoc. Dokter ahli yang di bidangnya akan menjawab dan memberikan solusi atas kendala yang dialami Si Kecil. Jangan ragu untuk menghubungi dokter, download Halodoc sekarang juga!
Referensi:
Medical News Today. Diakses pada 2022. Lifetime cancer risks from X-rays for children ‘relatively low’.
Healthline. Diakses pada 2022. X-Ray Cancer: What You Need to Know.
Radiology Info. Diakses pada 2022. Pediatric X-ray.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan