Pola Pengasuhan Anak yang Tepat untuk Balita
Halodoc, Jakarta - Mengasuh balita selalu menjadi hal yang menantang. Meski ingin mulai mandiri dan melakukan banyak hal, mereka tidak selalu bisa bergerak secepat yang mereka inginkan atau mengekspresikan keinginan dengan jelas. Kadang juga balita cenderung mengalami kesulitan saat berurusan dengan batasan, kompromi, dan kekecewaan.
Maka tak heran jika kemudian emosi mereka meledak-ledak atau tantrum. Ya, pahamilah mereka, hujani dengan cinta, dan miliki pola pengasuhan yang tepat. Dengan pola pengasuhan yang tepat, kamu bisa mengajari Si Kecil bagaimana cara berperilaku baik, mematuhi aturan, dan tumbuh bahagia.
Baca juga: Balita Terlalu Kurus, Awas Malabsorpsi Kronis
Pola Pengasuhan untuk Balita
Tidak pernah ada standar nilai tertentu yang bisa diberikan oleh orangtua. Sebab, memang tidak ada sekolah untuk menjadi orangtua, bukan? Bahkan, sambil mengantarkan anak ke gerbang kedewasaan, orangtua justru jadi belajar banyak hal.
Bicara soal pengasuhan, tentu penting memilih pola yang tepat dan diterapkan sedini mungkin, seperti sejak balita. Namun, pola pengasuhan yang seperti apa sih yang tepat diterapkan pada Si Kecil? Berikut beberapa tipsnya:
1. Tunjukkan Cinta
Pastikan kucuran kasih sayang untuk anak melebihi jumlah konsekuensi atau hukuman. Dengan menunjukkan cinta, seperti memeluk, mencium, memuji, dan memberi perhatian, anak akan paham bahwa orangtuanya mencintainya. Jadi, ketika ia harus dihukum akan sesuatu atau diminta mematuhi aturan, ia akan tahu bahwa itu adalah demi kebaikannya.
2. Prioritaskan Keselamatan
Alih-alih membebani anak dengan aturan sejak awal, yang mungkin hanya membuatnya frustasi, lebih prioritaskanlah untuk mengarahkan mereka pada keselamatan terlebih dahulu. Kemudian secara bertahap tambahkan aturan sedikit demi sedikit.
Baca juga: Mengenal 2 Jenis Tantrum pada Anak
3. Cegah Amarah yang Meledak-ledak
Normal bagi seorang balita untuk memiliki amarah yang meledak-ledak. Terlebih jika ia belum pandai berbicara untuk mengutarakan maksudnya. Namun, ajarilah ia untuk mengatur emosinya. Kurangi frekuensi, durasi, atau intensitas kemarahan anak dengan cara berikut:
- Ketahui batasan anak. Ia mungkin berperilaku salah karena dia tidak mengerti atau tidak dapat melakukan apa yang kamu minta. Jangan paksakan jika hal ini terjadi
- Jelaskan cara mengikuti aturan. Daripada selalu berkata “Jangan!”, ajarkan dengan kalimat yang bernada positif. Misalnya, ketika anak bertengkar karena berebut mainan, katakan padanya "Mengapa kalian tidak bergantian?"
- Terima jawaban 'tidak' dengan tenang. Jangan bereaksi berlebihan saat anak mengatakan tidak pada apa yang kamu katakan. Ulangi permintaan dengan tenang dan sabar, tanpa membentak. Coba juga untuk mengalihkan perhatian anak atau membuat permainan dari perilaku yang baik. Anak akan lebih cenderung melakukan apa yang kamu katakan jika kamu membuat suatu kegiatan menyenangkan.
- Tawarkan pilihan, bila memungkinkan. Dorong kemandirian anak dengan membiarkannya memilih piyama atau cerita pengantar tidur.
- Hindari situasi yang dapat memicu atau kemarahan. Misalnya, hindari jalan-jalan panjang di mana anak harus duduk diam atau tidak bisa bermain, atau membawa aktivitas.
- Tetap pada jadwal. Pertahankan rutinitas harian agar anak tahu apa yang diharapkan.
- Dorong komunikasi. Ingatkan anak untuk menggunakan kata-kata dalam mengungkapkan perasaannya.
4. Terapkan Konsekuensi
Terlepas dari upaya terbaik yang bisa kamu lakukan, anak biasanya akan tetap melanggar aturan. Untuk mendorong anak bekerja sama, pertimbangkan untuk menggunakan metode ini:
- Konsekuensi alami. Biarkan anak melihat konsekuensi dari tindakannya, selama itu tidak berbahaya. Misalnya, jika anak melempar dan memecahkan mainan, jangan langsung memberinya mainan baru. Biarkan ia menyadari bahwa ia tidak akan memiliki mainan untuk dimainkan.
- Konsekuensi logis. Buat konsekuensi untuk tindakan anak, dengan memberitahunya jika dia tidak mengambil mainannya, kamu akan mengambil mainan itu selama sehari. Bantu anak dengan tugas itu, jika perlu. Jika anak tidak mau bekerja sama, ikuti konsekuensinya.
- Hak istimewa yang ditahan. Jika anak tidak berperilaku baik, balas dengan mengambil sesuatu yang disukai anak, seperti mainan favorit atau sesuatu yang terkait dengan kelakuan buruknya. Jangan mengambil sesuatu yang dibutuhkan anak, seperti makanan.
- Batas waktu. Ketika anak bertindak buruk, turun ke levelnya dan dengan tenang menjelaskan mengapa perilaku itu tidak dapat diterima. Ajak ia melakukan kegiatan yang lebih tepat. Jika perilaku buruk berlanjut, terapkan batas waktu sampai anak tenang dan dapat mendengarkan kamu. Setelah itu, yakinkan kembali anak tentang cintamu padanya dan bimbinglah dia ke aktivitas positif.
Baca juga: Kenali Tanda Balita yang Terlambat Tumbuh
5. Beri Contoh yang Baik
Anak-anak belajar bagaimana bertindak dengan memperhatikan orangtuanya. Jadi, salah satu cara terbaik untuk menunjukkan pada anak bagaimana berperilaku adalah dengan memberikan contoh positif baginya untuk diikuti.
Jika kamu masih menemukan kesulitan terkait pola pengasuhan anak yang tepat, download saja aplikasi Halodoc untuk berbicara dengan psikolog anak, kapan dan di mana saja. Psikolog anak mungkin akan memberi tips-tips pengasuhan terbaik yang bisa kamu coba.