Picu Sebuah Penyakit, Vaksin COVID-19 AstraZeneca Ditangguhkan
Halodoc, Jakarta - Dari banyaknya perusahaan farmasi dan universitas terkemuka yang gencar melakukan riset vaksin virus corona, AstraZeneca dan University of Oxford masuk ke dalam ‘pertarungan’ tersebut. Kini, kolaborasi keduanya sudah memasuki tahap uji klinis fase II, III, dan fase gabungan.
Vaksin AstraZeneca ini mengambil pendekatan pada vaksin vektor viral, dengan menggunakan adenovirus simpanse yang disebut ChAdOx1. Hasil penelitian pada monyet menunjukkan vaksin ini dapat memberikan perlindungan pada tubuh mereka.
Nah, baru-baru ini riset terhadap vaksin AstraZeneca ditangguhkan, karena diduga menimbulkan masalah kesehatan pada relawan atau peserta penelitian. Kira-kira masalah kesehatan atau penyakit apa yang berkaitan dengan vaksin ini?
Baca juga: Ini Tahapan Pengujian dan Perkembangan Global Vaksin Corona
Berjalan Lancar Sampai September
Melihat vaksin buatan AstraZeneca dan Oxford begitu potensial, pemerintah Amerika Serikat mengucurkan dana dukungan sebesar US$1,2 miliar untuk proyek tersebut. Pada bulan Juni lalu, bos besar AstraZeneca, Pascal Soriot, mengatakan AstraZeneca mampu memasok dua miliar dosis bila vaksin ini terbukti efektif.
Dalam percobaan uji klinis fase I/II, para peneliti tak menemukan adanya efek samping yang parah pada relawan vaksin. Sebaliknya, peneliti justru menemukan vaksin tersebut mampu meningkatkan antibodi relawan terhadap virus corona.
Masih belum terhalang kendala, Oxford dan AstraZeneca terus melakukan risetnya terhadap vaksin ini. Sukses di uji klinis fase I/II, vaksin AstraZeneca memasuki tahap uji klinis fase II/III di Inggris, dan India, serta uji klinis fase III di Brazil, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat.
Melihat potensialnya vaksin ini, Uni Eropa mencapai kesepakatan dengan AstraZeneca untuk memberikan 400 juta dosis jika uji coba memberikan hasil yang positif. AstraZeneca dan Oxford mengatakan, mereka dapat mulai memberikan vaksin ‘darurat’ paling cepat pada Oktober nanti.
Namun, vaksin yang dinilai potensial ini terbentur kendala pada 8 September lalu. AstraZeneca dan Oxford menghentikan uji cobanya terhadap vaksin ini ketika seorang relawan diduga menimbulkan sebuah bentuk peradangan yang disebut myelitis transversal.
Baca juga: Ini 7 Perusahaan Pembuat Vaksin Virus Corona
Gegara Efek Samping Vaksin?
Vaksin yang dibuat Oxford dan AstraZeneca ini disebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai vaksin kandidat utama, dan paling maju dalam hal pengembangannya. Sayangnya, dua hari lalu vaksin ini diduga memicu penyakit myelitis transversal. Riset terhadap vaksin COVID-19 ini pun diberhentikan sementara.
"Ini adalah tindakan rutin yang harus dilakukan setiap kali ada penyakit yang berpotensi tidak dapat dijelaskan di salah satu uji coba," jelas AstraZeneca.
Menurut The U.S. Food and Drug Administration, bila ada sebuah peristiwa merugikan (pada relawan) dalam uji coba obat atau vaksin, kemungkinan berhubungan dengan obat atau vaksin tersebut.
Nah, saat ini vaksin besutan Oxford dan AstraZeneca ini diduga memicu myelitis transversal pada relawan vaksin. Myelitis transversal merupakan sindrom peradangan yang mempengaruhi sumsum tulang belakang, dan sering dipicu oleh infeksi virus.
Pertanyaannya, apa penyakit ini benar-benar berkaitan langsung dengan vaksin AstraZeneca? Sayangnya, sampai saat ini belum ada laporan atau bukti yang mampu menjelaskan secara spesifik. Di samping itu, perusahaan farmasi raksasa ini juga menolak mengomentari peristiwa tersebut.
Baca juga: Kasusnya Meningkat, Ini 8 Cara Perkuat Sistem Imun Tangkal Virus Corona
Dari Infeksi sampai Autoimun
Myelitis transversal merupakan peradangan pada pada sumsum atau saraf tulang belakang. Penyakit ini dipicu oleh rusaknya penutup (selubung mielin) di sekitar sel saraf tulang belakang. Nah, kondisi ini yang bisa mengganggu sinyal antara saraf tulang belakang dengan bagian tubuh lainnya.
Seseorang yang mengalami penyakit ini akan mengalami beragam gejala. Contohnya nyeri, kelemahan otot, masalah kandung kemih atau usus, hingga kelumpuhan.
Lantas, kondisi apa yang dapat menyebabkan myelitis transversal? Menurut ahli di National Institutes of Health - MedlinePlus, mielitis transversal adalah kelainan sistem saraf yang jarang terjadi. Pada kebanyakan kasus, penyebabnya tidak diketahui.
Namun, terdapat beberapa kondisi yang diduga menyebabkan penyakit ini, antara lain:
- Infeksi bakteri, virus, parasit, atau jamur, seperti HIV, sifilis, varicella zoster (herpes zoster), virus West Nile, virus Zika, enterovirus, dan penyakit Lyme.
- Gangguan inflamasi lainnya seperti sarkoidosis, atau penyakit jaringan ikat yang disebut skleroderma.
- Gangguan pembuluh darah yang mempengaruhi tulang belakang.
- Gangguan sistem imun, seperti multiple sclerosis (MS), sindrom Sjögren, dan lupus.
Nah, bagi kamu yang mau tahu lebih jauh mengenai vaksin virus corona, atau memiliki masalah kesehatan di tengah pandemi COVID-19, bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Tidak perlu keluar rumah, kamu bisa menghubungi dokter ahli kapan saja dan di mana saja. Praktis, kan?