Perubahan Hormon Bisa Menyebabkan Terjadinya Keputihan
"Keputihan dapat terjadi secara normal atau mungkin akibat dari peradangan pada vagina (vaginitis). Ada beberapa penyebab keputihan seperti ketidakseimbangan hormon, hingga pengaruh pil KB."
Halodoc, Jakarta – Keputihan dapat terjadi secara normal atau mungkin akibat dari peradangan pada vagina (vaginitis). Perubahan hormon juga bisa menyebabkan terjadinya keputihan.
Ketika kadar hormon estrogen tinggi, estrogen merangsang serviks untuk menghasilkan sekresi (lendir), dan sejumlah kecil lendir dapat dikeluarkan dari vagina. Tingkat estrogen tinggi dapat terjadi selama siklus menstruasi, masa kehamilan, dan konsumsi obat kesuburan.
Keputihan Normal Muncul saat Masa Subur
Perubahan hormon bisa menyebabkan terjadinya keputihan dan ini adalah sesuatu yang normal. Biasanya, keputihan yang normal tidak berbau, berwarna putih susu atau tipis, dan bening.
Selama masa-masa subur, jumlah dan tampilan keputihan bisa saja bervariasi. Misalnya, di tengah siklus ketika sel telur dilepaskan (saat ovulasi), serviks menghasilkan lebih banyak lendir, dan lendir lebih tipis.
Kehamilan, penggunaan pil KB (kontrasepsi oral), dan gairah seksual juga dapat memengaruhi jumlah dan tampilan keputihan. Setelah menopause, kadar estrogen yang menurun, seringkali mengurangi jumlah keputihan yang normal.
Ketidakseimbangan hormon karena stres atau kondisi kesehatan lainnya, seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS), juga dapat menyebabkan peningkatan keputihan. PCOS berpengaruh pada 10 persen perempuan usia reproduksi.
PCOS tidak hanya menimbulkan gejala keputihan, pada beberapa perempuan lainnya bisa saja mengalami gejala lain termasuk pertumbuhan rambut pada wajah dan tubuh yang berlebihan, penambahan berat badan, menstruasi yang tidak teratur, dan ketidaksuburan.
Kalau keputihan yang normal bening dan tidak berbau, keputihan yang abnormal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Lebih berat dari biasanya.
2. Lebih tebal.
3. Putih dan menggumpal (seperti keju cottage).
4. Keabu-abuan, kehijauan, kekuningan, atau semburat darah.
5. Bau busuk atau amis.
6. Disertai dengan rasa gatal, terbakar, ruam, atau nyeri.
Kalau keputihan yang kamu alami sudah mengganggu dengan tanda-tanda yang disebutkan sebelumnya atau bahkan menemukan tinja atau darah dalam keputihan, jangan ditunda segera periksakan diri ke dokter.
Mau tahu apa saja obat-obatan yang dapat mengatasi keputihan? Baca di artikel ini: “7 Obat Keputihan yang Bisa Dipilih Berdasarkan Penyebabnya”
Penanganan Keputihan “Normal”
Walaupun keputihanmu masih tergolong normal, tetap saja ketidaknyamanan ini perlu diatasi. Ada beberapa cara penanganan keputihan “normal” yang bisa kamu lakukan, berikut adalah cara-caranya:
Baca juga: Tidak Perlu Panik, Ini Cara Mengatasi Keputihan
1. Kenakan panty liner saat mengalami keputihan yang banyak. Penggunaan panty liner dapat melindungi celana dalam sekaligus membantu kamu merasa lebih kering sepanjang hari.
2. Gunakan celana dalam katun untuk sirkulasi udara yang maksimal. Pilihlah bahan celana dalam yang dapat membantu mencegah infeksi jamur dibandingkan dengan bahan lain, seperti nilon, yang lebih mudah memerangkap panas dan mendorong pertumbuhan jamur.
3. Basuh vagina dengan benar dari depan ke belakang sehabis buang air kecil atau mandi. Membasuh vagina dengan benar dapat mengurangi risiko infeksi tertentu.
4. Pilih pembersih vagina yang tidak beraroma untuk mengurangi risiko iritasi. Pembersih vagina yang aman adalah yang bebas gliserin dan paraben, serta diformulasikan khusus untuk keseimbangan pH vagina. Ada baiknya kamu menghindari douche atau menggunakan sabun di dalam vagina. Sebagai gantinya, kamu bisa membersihkan area luar (vulva) dengan lembut dan bilas dengan air untuk menjaga jaringan vagina tetap sehat.
Itulah informasi mengenai keputihan dan perubahan hormon. Informasi selengkapnya mengenai kesehatan vagina bisa kamu tanyakan kepada dokter obgyn di Halodoc. Apabila kamu mau membeli obat, juga bisa dilakukan lewat Toko Kesehatan di Halodoc!