Pernah Jadi Wabah, Ini Alasan Flu Spanyol Berbahaya
Halodoc, Jakarta - Virus corona telah menyerang ratusan ribu orang di seluruh dunia, dan telah ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO. Namun, tahukah kamu, bahwa dulu, tepatnya pada tahun 1918, ada sebuah wabah yang jauh lebih mengerikan dari Corona. Wabah tersebut bernama Flu Spanyol. Alasan Flu Spanyol berbahaya pada masa itu adalah jumlah korban yang sangat banyak.
Hingga saat ini, tidak jelas dari mana dan bagaimana virus penyebab Flu Spanyol muncul. Namun, pada akhir musim semi 1918, sebuah kantor berita di Spanyol mengabarkan adanya sebuah wabah penyakit dengan karakter epidemi telah muncul di Spanyol. Meski mereka mengabarkan bahwa wabah itu bersifat ringan, dua minggu setelah laporan tersebut diterbitkan, wabah Flu Spanyol telah menginfeksi 100.000 orang.
Fakta dan Alasan Flu Spanyol Berbahaya
Di hari-hari berikutnya, wabah Flu Spanyol dengan cepat berubah menjadi pandemi. Virologis Amerika Serikat, Jeffery Taubenberger, pun menjuluki Flu Spanyol sebagai The Mother Of All Pandemics. Berikut beberapa fakta sejarah dan alasan Flu Spanyol berbahaya, yang juga pernah sampai ke Indonesia pada 1918:
1. Gejala yang Mirip Flu
Gejala Flu Spanyol ditandai dengan sakit kepala dan kelelahan yang diikuti batuk kering, kehilangan nafsu makan, dan timbulnya masalah pada perut. Pada hari kedua, pengidap akan mengeluarkan keringat dan mengalami gangguan pernapasan. Lalu, gangguan pernapasan yang biasa disebut pneumonia itu akan berkembang lebih buruk lagi. Cepatnya penularan Flu Spanyol disebabkan karena virus itu menular lewat udara, sehingga jangkauannya lebih luas dan membuat jumlah korban sangat tinggi. Tercatat sekitar 60 persen dari populasi dunia tertular virus ini.
Baca juga: Selain Virus Corona, Ini 12 Wabah Mematikan Lainnya dalam Sejarah
2. Sampai ke Indonesia
Flu Spanyol kemungkinan masuk ke Indonesia melalui jalur darat. Pemerintah Hindia Belanda mencatat, virus ini pertama kali dibawa oleh penumpang kapal dari Malaysia dan Singapura, lalu menyebar melalui Sumatra Utara. Virus tersebut kemudian menyerang kota-kota besar di Jawa pada Juli 1918. Pada awal penyebarannya, penduduk tidak sadar akan adanya sebuah virus yang menyebar cepat dan ganas ini. Apalagi saat itu perhatian pemerintah masih tertuju pada penanganan penyakit menular lain seperti kolera, pes, dan cacar.
Pada awal kedatangannya di Indonesia, tidak banyak orang yang berpikir bahwa Flu Spanyol itu berbahaya. Asosiasi Dokter Batavia pun menyimpulkan bahwa Flu Spanyol tidaklah berbahaya, jika dibandingkan dengan flu pada umumnya. Akibatnya, dalam hitungan minggu, virus itu menyebar ke Jawa Barat (Bandung), Jawa Tengah (Purworejo dan Kudus), dan Jawa Timur (Kertosono, Surabaya, dan Jatiroto), sebelum mencapai Bali, Sulawesi, dan pulau-pulau lain di sekitarnya.
3. Kesalahpahaman tentang Flu Spanyol Jadi Penyebab Mengganasnya Wabah
Kesalahpahaman tentang Flu Spanyol menjadi salah satu penyebab telatnya penanganan terhadap pandemi itu. Dinas Kesehatan Sipil Hindia Belanda (BGD) bahkan sempat keliru dengan mengira penyakit itu adalah kolera. Akibatnya, setelah muncul berbagai gejala, pemerintah langsung menginstruksikan BGD untuk mengadakan vaksin kolera di tiap daerah.
Kesalahan penanganan ini justru membuat jumlah korban meninggal semakin banyak, yang sebagian besar dari kalangan Tionghoa dan Bumiputera. Selain itu menurut pengamatan BGD, gejala yang muncul akibat virus itu persis dengan flu biasa. Pengidap merasa pilek berat, batuk kering, bersin-bersin, dan sakit kepala akut di awal.
Namun, bukannya mereda, pada hari keempat atau kelima, virus telah menyebar hingga paru-paru dan berkembang menjadi pneumonia berat. Kalau pengidap Flu Spanyol sudah sampai tahapan ini, kecil kemungkinan bagi ia untuk bertahan. Itulah alasan mengapa Flu Spanyol berbahaya.
Baca juga: Hati-Hati, Ini Bahayanya Flu Australia
4. Terbatasnya Fasilitas Kesehatan pada Masa Itu
Banyaknya korban Flu Spanyol tidak diimbangi dengan jumlah fasilitas kesehatan yang tersedia, pada masa itu. Seluruh rumah sakit di dunia mendadak kebanjiran pasien. Banyak juga pasien yang tidak bisa ditampung rumah sakit itu, dan para dokter juga tak bisa berbuat banyak karena mayoritas dari mereka belum mengenal virus itu.
Keterbatasan fasilitas kesehatan juga membuat makin banyak pengidap Flu Spanyol yang tidak terawat. Pengobatan tradisional pun tidak banyak menolong. Dalam laporan BGD tahun 1920 menyebutkan, seluruh desa di Hindia Belanda terinfeksi penyakit ini. Akibatnya, banyak pintu rumah tertutup, jalan-jalan begitu lengang, anak-anak banyak yang menangis di rumah karena merasa haus, dan banyak binatang yang mati. Hari-hari yang sangat penuh dengan kesengsaraan.
5. Banyaknya Korban Jiwa
Ganasnya wabah Flu Spanyol, ditambah keterbatasan ilmu, teknologi, serta fasilitas kesehatan pada 1918, membuat penyakit ini begitu mengerikan. Meski tidak diketahui secara pasti berapa jumlah korban meninggal, diperkirakan pada November 1918, ada setidaknya 402.163 orang di Indonesia yang meninggal karena Flu Spanyol.
Kalau menurut Collin Brown dalam buku The Influenza Pandemic 1918 in Indonesia, jumlah korban Flu Spanyol di Indonesia berjumlah 1,5 juta jiwa. Sementara itu, wabah Flu Spanyol menyebabkan persentase kematian di Jawa Tengah dan Jawa Timur naik dua kali lipat bahkan lebih.
Baca juga: Mirip Flu Biasa, Ini Gejala Flu Babi yang Mesti Diwaspadai
Itulah beberapa fakta, sejarah, dan alasan Flu Spanyol berbahaya pada 1918. Jika belajar dari sejarah, tentu tidak ada yang ingin hal yang terjadi pada masa itu terulang, bukan? Jadi, saat masa pandemi corona ini, atau saat ada wabah penyakit lain di kemudian hari, biasakanlah untuk tidak menganggapnya sepele. Sebab, hal itulah yang menjadi salah satu alasan wabah Flu Spanyol menjadi tidak terkendali.
Tetaplah waspada, jaga kebersihan diri dan lingkungan, menerapkan gaya hidup sehat, menjaga jarak fisik, dan mengikuti semua instruksi dari pemerintah, selama masa pandemi corona saat ini. Jika merasa tidak enak badan, atau mengalami keluhan kesehatan apapun, segera download aplikasi Halodoc untuk membicarakannya pada dokter. Jika dokter menyarankan pemeriksaan lebih lanjut, kamu bisa gunakan aplikasi Halodoc juga untuk buat janji dengan dokter di rumah sakit.